Jul 1, 2020

Kita Butuh Resiliensi untuk Bisa Bangkit dari Keterpurukan


Lirik lagu "no more tears" di atas bercerita tentang nasib para kaum yang dalam keadaan terpuruk. Seperti nasib SettiaBlog. Haruskah kita menyerah dengan keadaan? Di bawah ini ada potongan lirik yang cukup menginspirasi.
I will keep carrying on
'Cause God only gives you to strong enough to handle
I must be pretty God-damn strong
But the will to survive is acknowledging I am alive and I will keep driving on

(Saya akan terus melanjutkan, Sebab Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan Anda, Yah, aku pasti sangat kuat, Karena keinginan untuk bertahan hidup membuat aku masih hidup dan aku akan terus mengemudi)
As long as there's a child's laughter
As long as there's a starry sky
As long as there's a beating in my chest, there's a willingness to try
As long as I see poetry in ordinary things, you know
I will, I will, I will, I will see love's shining face

(Selama ada tawa anak kecil, Selama masih ada bintang di langit, Selama ada detak di dadaku, ada kemauan untuk mencoba).

Dengan kata lain, tidak ada kata menyerah. Tapi sebenarnya di klip Lindsey Stirling di atas SettiaBlog tertarik dengan motif tirai yang di buat background Lindsey. Sekarang wajahnya juga tambah cantik dan dewasa. Seperti wanita sebenarnya ndak tomboy lagi. Kok malah nglantur ke mana-mana. Sekarang kembali ke bahasan.


Jika hidup adalah sebuah perjalanan. Lalu, sejauh kita melangkahkan kaki hingga saat ini, berapa kali kita jatuh? Berapa kali kita gagal? Berapa kali kita merasa terpuruk dan seakan tak bisa melangkah lagi?

Kegagalan, kesulitan, dan penderitaan adalah bagian dari pengalaman hidup manusia yang tidak dapat dihindari. Dari waktu ke waktu, kita akan berjumpa dengan peristiwa-peristiwa yang tidak terduga, dan mungkin saja membuat kita terjebak dalam keterpurukan. Begitulah roda kehidupan berjalan.

Setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam menanggapi peristiwa kemalangan. Sebagian orang terjebak dalam keterpurukan, tapi sebagian yang lain memilih untuk berusaha bangkit dari keterpurukan dan belajar dari pengalaman sulit itu. Perbedaan cara dalam bereaksi terhadap kemalangan dipengaruhi oleh sumber daya psikologis yang dimiliki oleh seseorang. Dalam bahasa psikologi, sumber daya psikologis yang mendorong seseorang untuk bangkit kembali dari keterpurukan, akrab disebut sebagai resiliensi.

“Seperti bola bekel, seseorang yang resilien akan memantul dan naik kembali dengan cepat saat terjatuh.”

Resiliensi diartikan sebagai sebuah kapasitas dinamis pada seseorang untuk bisa bertahan dan pulih dari tantangan yang mengancam stabilitas dan kelangsungan hidup. Resiliensi dapat juga dilihat sebagai kemampuan yang memengaruhi keberhasilan seseorang dalam mengatasi stres. Seseorang yang resilien memiliki peluang lebih besar untuk bisa menyesuaikan diri, bangkit, dan tetap berkembang meskipun berhadapan dengan situasi sulit atau terpuruk.

Seseorang yang resilien memiliki kecenderungan bahwa ia telah berdamai dengan emosi negatifnya sehingga ia merasa netral atau merasakan emosi positif meskipun berada dalam situasi stres. Emosi positif inilah yang membuat seseorang mampu bangkit dari situasi terpuruknya. Dampaknya, orang-orang dengan kemampuan resilien yang baik akan merasakan kesejahteraan dan kepuasan dalam hidup baik secara fisik, psikologi maupun spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi dapat mencegah atau mengurangi tingkat keparahan kecemasan dan depresi saat seseorang berada dalam situasi penuh tekanan.

Resiliensi terdiri dari lima aspek yang menandakan seseorang memiliki kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan. Berikut ini adalah aspek-aspek resiliensi yang dijelaskan oleh Connor dan Davidson.

Kompetensi Personal, Standar yang Tinggi, dan Kegigihan

Saat berada dalam situasi sulit, seseorang yang resilien memiliki sikap optimis dan tidak putus asa dalam mencapai tujuan hidup yang telah direncanakan. Seseorang yang resilien juga senantiasa berusaha melakukan yang terbaik dalam menghadapi setiap tantangan dalam hidup.

Percaya terhadap Naluri, Toleransi terhadap Afek Negatif, dan Kuat Menghadapi Tekanan

Dalam situasi sulit, seseorang yang resilien memiliki keteguhan hati dan rasa percaya diri untuk mampu mengatasi tantangan hidup dengan kekuatan yang dimilikinya. Di sisi lain, resiliensi akan membantu seseorang untuk tenang, fokus, dan mampu membuat keputusan sulit saat berada di bawah tekanan.

Penerimaan Positif terhadap Perubahan dan Kemampuan Menjalin Hubungan yang Aman dengan Orang Lain

Seseorang yang memiliki resiliensi berusaha untuk menerima diri dan situasi hidup yang ada secara apa adanya. Hal ini membuat seseorang mudah menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang terjadi dalam hidup. Seseorang yang mudah menyesuaikan diri dengan perubahan akan mampu mengembangkan potensi positif dalam dirinya di berbagai situasi. Di sisi lain, seseorang yang resilien memiliki hubungan sosial yang hangat dengan orang-orang di sekitarnya. Ia juga tahu dengan pasti kapan waktu yang tepat untuk mencari pertolongan apabila dirasa ia tidak mampu mengatasi kesulitannya sendiri.

Kontrol diri

Seseorang yang resilien berusaha berpikir jernih dan mengatasi pikiran-pikiran buruk yang datang saat ditimpa kesulitan. Resiliensi yang dimiliki juga dapat membantu seseorang untuk pulih secara emosional dan tidak larut dalam suasana hati yang kelam. Selain itu, seseorang yang resilien berusaha bertindak secara hati-hati dalam situasi apa pun. Ia memastikan segala yang dilakukan dibawah kontrol dan kesadaran diri yang penuh.

Spiritualitas

Spiritualitas adalah aspek resiliensi yang berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan. Seseorang yang resilien berpegang teguh pada nilai-nilai spiritual, sehingga senantiasa meyakini bahwa Tuhan akan menyertai, menolong, dan memberikan yang terbaik bagi setiap makhluk-Nya. Dengan spiritualitas, seseorang juga akan menemukan makna dan pelajaran di balik pengalaman hidup yang pahit. Makna dan pelajaran ini adalah bekal yang menjadikan seseorang lebih tangguh dan kuat untuk menjalani setiap fase kehidupan.

Jika kegagalan, kesulitan, dan penderitaan adalah kepastian dalam hidup, maka kita perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi-situasi di luar kendali diri kita. Karena, satu-satunya yang bisa kita kendalikan secara utuh hanyalah diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita perlu belajar untuk menjadi tangguh dan kuat. Belajar menjadi pribadi yang memiliki kapasitas untuk menyesuaikan diri, pulih secara emosional, dan tetap berkembang secara sehat saat menghadapi situasi sulit. Belajar untuk tetap menegakkan kepala, walaupun badai silih berganti menerpa.

Sebagai umat Islam mestinya kita harus sudah paham tentang hal tersebut. Pasti ada masa dimana seseorang terjatuh dalam keterpurukan. Hati seperti membusuk, rusak, kosong dan tak berpenghuni. Tahukah Anda apa yang sebenarnya terjadi? Hatinya sedang tak tertulis nama-Nya. Allah dengan segala keindahan-Nya adalah penerang bagi jiwa-jiwa yang resah, penghangat bagi hati yang terasa beku dan selalu saja memberikan setumpuk harap bagi mereka yang keyakinannya menipis. Hati, dalam sebuah pesan Rasulullah SAW, adalah Raja bagi tubuh kita. Ketika ia baik, maka baiklah yang lainnya. Untuk itu, sederhana saja kita menilai sebuah karakter. Ketika hatinya baik, maka perilakunya akan baik, akhlaqnya akan mulia, lisannya adalah kemuliaan dan langkahnya selalu menuju perbaikan. Begitulah hati memimpin. Bagi mereka yang memiliki hati sejernih embun pagi, akan menghasilkan karya akhirat yang akan mengalirkan energi kehidupan bagi peradaban.

Keterpurukan hati selalu beriringan dengan kedekatan kita kepada Allah. Ketika amal-amalan pailit di tiap harinya, yang semula 1 juz per hari, kemudian berkurang menjadi 2 lembar per hari, maka di sanalah tanda-tanda keterpurukan hati Anda akan dimulai. Amalan dan bersihnya hati adalah dua hal yang tak terpisahkan. Anda memiliki hati sebagai tempat niat untuk memulai segala aktivitas Anda, maka amal adalah bentuk dari semua kerja-kerja Anda. Baiknya hati Anda, baik pula amal Anda.

Keistiqamahan adalah jembatan untuk menghubungkannya. Hati Anda selalu berusaha untuk berorientasi kepada-Nya lewat amal-amal Anda. Jika istiqamah itu menjadi pakaian keseharian Anda, maka amal akan selalu beriringan bersama jernihnya hati. Orang yang Istiqamah menjaga amalnya, akan menjaga kualitas ruhnya (jiwanya). Kualitas jiwa yang terjaga selalu akan memenangkan kebeningan akhlaq dibanding nafsu. Merekalah orang-orang beruntung yang telah dianugerahi kelapangan dalam jiwa, kebersihan dalam hati dan kelurusan dalam akhlaq. Semua dimensi ini adalah jalan sederhana untuk menuju kebahagiaan. Anda akan selalu meletakkan hati yang lurus kepada-Nya, kemudian melanjutkan amal Anda penuh keistiqamahan hingga jiwa Anda akan menangkan dan nafsu Anda akan tersingkir dari setiap aktivitas Anda.

Membangkitkan hati agar kembali kepada-Nya bukanlah perkara mudah. Menyembuhkan luka tentu membutuhkan proses juga usaha. Maka Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk jangan pernah berputus asa dari rahmat-Nya.

Begitulah… Rahmat Allah selalu saja hadir bagi mereka yang lengah terhadap-Nya. Ampunan-Nya selalu saja tak pernah absen ditiap harinya, selagi Anda meminta-Nya, selagi Anda mengharapnya.

Setidaknya kita semua pernah belajar bagaimana bangkit dari keterpurukan. Selagi engkau merasa sulit, jangan sampai hati Anda tak terpaut kepada-Nya. Yang Anda dapatkan hanyalah kekosongan jika Allah tak bersama Anda. Maka rengkuhlah cinta dalam dekapan-Nya, sambutlah damai yang akan selalu menjadi teman Anda.. Selagi Anda merasa, bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong Anda.

No comments:

Post a Comment