Jul 12, 2020

Motivasi Diri untuk Bangkit


"Don't let me down" adalah judul lagu pada klip di atas. Ya, tidak akan SettiaBlog biarkan terjatuh orang-orang tercinta di sekitar SettiaBlog. Terpuruk setelah terjatuh boleh-boleh saja. Namun, cobalah untuk membangun motivasi untuk diri sendiri agar Anda bisa segera bangkit. Setiap orang pasti pernah berada di posisi paling bawah karena terjatuh. Yang menjadi permasalahan adalah bisakah kita bangkit setelah terjatuh? Motivasi untuk diri sendiri sangat penting agar kita bisa segera bangkit dari keterpurukan. Namun, tidak semua orang bisa memotivasi diri sendiri untuk bangkit setelah terjatuh. Buat Anda yang ingin segera bangkit pasca keterpurukan yang menimpa Anda, berikut adalah cara membangkitkan motivasi untuk diri sendiri :


Peran Kita di Dunia

Bahwa ternyata, hidup kita bukan tentang atau untuk kita sendiri. Ada hak-hak orang lain yang barangkali harus kita tuntaskan. Terkadang kita egois, kita menginginkan ini dan itu untuk diri kita sendiri, tanpa pernah menyadari, bahwa jiwa dan raga kita ini milik-Nya. Ya, kita hanyalah pegawai-Nya. Kita punya peran di muka bumi, dimana hal tersebut bukan untuk kita saja, tapi juga untuk mereka.

Kadang kita merasa tidak mampu, lelah, penat, sampai ingin menyerah. Kita hendak lari; mencari-cari arah lain yang menurut kita lebih memuaskan hati. Barangkali, ada banyak keinginan pribadi yang perlu kita kesampingkan untuk sementara ini. Sebab kita tahu, orang lain lebih membutuhkan kehadiran kita. Sadar atau tidak, Allah-lah yang membawa kita sampai sini. Toh kita tidak pernah tahu, dimana letak keberkahan yang Ia hadirkan? Kitapun juga tidak pernah tahu, amal perbuatan yang manakah yang Ia terima?

Bukankah setiap amanah yang Ia beri, kita harus merawatnya baik-baik? Bahwa ikhlas adalah kunci untuk meraih ridha-Nya, atas apa yang dihadapkan kita hari ini. Hei, dunia bukan milik kita seorang. Jadi, apapun tugas kita hari ini, jalani saja sepenuh hati. Tak perlu merendah, barangkali dari sinipun Allah hendak menguatkan langkah dan memantaskan untuk menuju jalan-Nya. Bukankah sudah menjadi kewajiban kita, setiap kaki yang menjejak di bumi ini, tidak lain untuk menebar banyak kebermanfaatan? Ya, setiap manusia memiliki kiprah dalam kancah masyarakat. Apapun peran kita, semoga langkah tetap seiras menuju akhirat yang menjadi destinasi utama bagi seorang hamba.
“Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina”
(HR. Ibnu Majah no. 4105)

Kita Butuh Deep Conversation atau Deep Talk

Orang akan nyaman sama yang memang satu pemikiran, tidak beda kepercayaan (Anda percaya pasangan, sedangkan pasangan-nya tidak), satu hobi, dan lain-lain. Nah ini ada istilahnya, namanya small talk. Ada juga kebalikannya Small Talk, namanya Deep Conversation dimana tidak hanya haha hehe, tapi dive deep kalau ngobrol. Ada cara biar kita bisa ajak seseorang buat diving into their deep conversations. Apa saja?

Bayangkan Anda ketemu sama teman yang sudah lama tak ketemu di jalan, tidak terlalu dekat juga sih dulu, kadang suka bingung gitu kan ya mau nyapa harus ngomong apa. Paling akhirnya hanya bilang eh gimana kabarnya, kerja dimana, udah nikah belum. Itu pun tanya kabar terpaksa. Tapi kalau kita tanya-tanya lebih juga kadang merasa this is too much. Apalagi kalau seorang introvert, it can feel like our brains were literally not programmed for small talk. conversationally, we desire to dive deep. And yes, we really would like to know your darkest secrets and deepest wishes.

Nah katanya ada tiga cara biar kita bisa having more conversations:

1. Get The Other Person to Tell A Story

Anda sering tanya-tanya ke pasangan lagi apa atau udah makan apa belum, atau lagi dimana. Mulai harus ganti pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tadi biasanya berakhir hanya jadi small talk. Masih mendingan kalau pasangan tanya balik, kita terus yang tanya, sedangkan pasangan hanya jawab. Tidak apat adsense, nyesek iya. Nah biar terhindar small talk, Anda bisa mulai ganti pertanyaan jadi: punya cerita apa kamu hari ini? atau minggu ini, ada kejadian menarik apa nih?

2. Share Details about Your Self and See What Sticks

Ini bakal berat buat introvert karena biasanya introvert malas bicara tentang diri sendiri ke orang, apalagi yang dianggap asing. Gara gara itu orang juga jadi tidak terbuka ke kita.

3. Dare to be Honest

Biasanya kita mengorbankan perasaan sama pandangan kita dengan alasan ‘gak enak hati’. Padahal ada something very authentic. Anda bisa diving ke deep conversation dengan bilang: “saya gak suka kumpul-kumpul, gak kuat saya tuh”, “saya gak suka ngobrol sih tapi suka kalau dengerin”, atau “saya gak suka traveling sama sekali, apalagi keliling dunia gitu”. tapi hati-hati kita harus tau kapan harus bilang ini nya. Tapi sekalinya jujur dan pasangan tertarik, kamu bisa lanjut ke deep conversation.

Ini cocok juga buat kita yang sulit mencari topik kalau ngobrol sama pasangan. Deep Conversation ini bisa membuat orang bahkan cerita their darkest secret sampai their deepest wishes. tapi kalau bisa ngobrolnya sama yang open mind biar tidak ada judging diawal.

Lihatlah Hati Anda

Sekarang coba sesekali lihatlah hati Anda, jangan dikunci. Kembalikan semua urusan pada Allah. SettiaBlog juga akan melakukan hal yang sama dengan Anda. Jika yang dicari adalah pembenaran diri atas apa yang sudah kita pegang masing-masing, maka pikiran kita tidak akan terbuka. Coba bertukar. Dengan harapan, kita mencari “kebenaran” itu sendiri. Kita meminta jalan dan hidayah pada-Nya, bukan pembenaran atas apa yang kita yakini. Lalu, kemanakah arah hati kita setelah itu? Sebab sejatinya, kita hanya makhluk yang tersesat dan selalu butuh petunjuk-Nya.

Ridha Orang Tua

Sadar atau tidak, kekuatan pikiran kadang bisa jadi bumerang bagi diri kita sendiri, lho. Kita terlalu takut untuk memulai hanya karena asumsi negatif kita sendiri. Kita tidak membuka suara karena menghindari masalah; menghindari jika ada perbedaan pendapat. Ternyata memang tidak mudah ya, memecah tembok yang tak sadar sudah dibangun bertahun-tahun lamanya. Apalagi yang harus diruntuhkan adalah ego kita sendiri. Kita begitu lihai membuka diskusi dengan teman sejawat, tapi berat dan lidah terasa kelu saat menghadap orang tua. Padahal sebenarnya, yang dihadapi adalah pikiran kita sendiri.

Orang tua kita juga manusia, sama dengan kita, sama-sama tidak sempurna. Ada satu hal yang seringkali kita lupa, yaitu meminta doa pada mereka. Meski tanpa diminta mereka tentu akan mendoakan kita. Namun tidak ada salahnya bukan, kita meminta penegasan untuk didoakan? Supaya mereka tahu, bahwa mereka ‘ada’ bagi kita. Supaya mereka merasa dihargai atas perannya. Juga, supaya kita tahu kemanapun langkah ini berpijak, mereka ridha. Kita harus sadar, bahwa berkomunikasi dengan orang tua adalah salah satu bentuk hormat, bakti kita sebagai anak. Bukankah ridha orang tua adalah ridha Allah juga? Kenapa kita begitu sulit untuk berusaha menggapainya?

Puncak dari Harapan adalah Ikhlas

Usia seakan terus mengejar kita, padahal kematian pun juga sama. Sebenarnya bukan masalah kita menggenap di angka berapa, selama langkah kita tetap berupaya di jalan-Nya. Setiap laki-laki tentu ingin ditunggu; setiap perempuan tentu ingin diperjuangkan. Keduanya sama-sama berupaya, berjalan hingga berlari, tetap berada pada koridornya. Namun, akankah keduanya bertemu di satu titik? Atau pergi dengan jalan takdirnya masing-masing?

Bagaimana jika yang ditunggu tengah memperjuangkan orang lain? Sebaliknya, bagaimana jika yang diperjuangkan sedang menunggu orang lain? Apakah setiap rasa yang sama akan sampai pada titik temu? Bagaimana jika ternyata tidak bisa menyatu? Pikiran kita terjebak, terbayang-bayang kegagalan masa lalu dan ketidakpastian tentang masa depan. Juga, urusan-urusan kita yang rasanya tak kunjung usai. Kita seringkali mengandalkan matematika kita sampai lelah sendiri. Ya, banyak hal yang menjadi tanda tanya hari ini. Namun, kita tak punya kuasa untuk membuka tabir rahasia sebelum waktunya. Tugas setiap hamba ialah berikhtiar, melangitkan doa sebaik-baiknya.

Jikalau yang menjadi takdir bukanlah keinginan kita, sudah semestinya kita berlapang dada. Bukankah tak ada yang benar-benar kita miliki di dunia? Jikalau takdir benar seirama dengan keinginan kita, bersyukurlah dan tak perlu jemawa. Bukankah ujian bisa datang dari hal-hal yang kita suka? Nyatanya, sabar bukan sekadar bertahan pada pilihan, tapi juga yakin atas setiap ketetapan. Toh pada akhirnya, puncak dari sebuah harapan adalah keikhlasan. Lagi-lagi baliknya ke Allah, kan?

Perjuangkan atas apa-apa yang layak kamu perjuangkan. Bahwasannya Allah lebih tau isi hati Anda, juga niat-niat baik Anda. Perjalanan Anda sudah sejauh ini, semoga Allah senantiasa meneguhkan Anda atas apa yang Anda yakini sedari langkah Anda berpijak kuat Apabila hati dan tujuan Anda adalah akhirat, percayalah akan kuasaNya, bahwa dunia tidak akan menghinakan Anda.

No comments:

Post a Comment