Video klip di atas ada "don't worry be happy". Mudah kan ya ngerasakan bahagia itu, pada video klip di atas memperlihatkan Si Janet menikmati es krim di bawah payung saat cuaca panas. Kalau SettiaBlog kemaren saat kepanasan di jalan cukup beli satu cup taro milk tea, di minum di bawah pohon asam sambil menikmati hamparan padi yang di panen. Itupun udah terasa nikmat dan bikin perasaan bahagia. Dan background yang SettiaBlog gunakan kali ini juga taro milk tea.
Hampir sebagian besar dari kita atau mungkin semua manusia di dunia mencari kebahagiaan. Hidup untuk bahagia. Adakah di antara kalian yang ndak ingin bahagia? SettiaBlog yakin, semua yang membaca bahasan ini tentu ingin bahagia. Buktinya, Anda mencari-cari di manakah letak kebahagiaan manusia? Selama ini, orang mencari kebahagiaan lewat berbagai cara. Ada yang mencoba mencarinya lewat kekayaan atau uang, ada yang mencarinya lewat kesuksesan karir, keluarga, hidup dan sebagainya. Apakah hal-hal tersebut membahagiakan? Tentu saja, tapi seberapa lama kebahagiaan itu Anda rasakan.
Ketika Anda lulus kuliah, itu sangat menyenangkan dan membahagiakan. Namun, setelah beberapa bulan berlalu, apakah euphoria kebahagiaan itu masih dirasakan. Saat Anda mendapatkan pekerjaan dan gaji pertama, rasanya membahagiakan. Namun, apakah hal itu masih akan terasa sama ketika setahun lebih bekerja. Kebahagiaan-kebahagiaan itu memiliki batas waktu, karena itu bukan yang sejati. Tapi sayangnya, kebanyakan orang justru berlomba-lomba mencari kebahagiaan semu itu. Dan, melupakan bahwa ada KEBAHAGIAAN SEJATI yang rasanya ndak akan lekang oleh waktu. Kebahagiaan yang juga akan membawa Anda pada ketenangan jiwa dan gairah hidup dunia hingga akhirat.
Lalu di manakah letak kebahagiaan manusia yang sejati itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak sejenak sebuah kisah inspiratif di bawah ini :
Suatu waktu, Tuhan memanggil 3 malaikat sambil memperlihatkan sesuatu.
“Ini namanya kebahagiaan. Ini sangat bernilai, dicari, dan diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu tempat, supaya manusia sendiri yang menemukannya. Jangan di tempat yang terlalu mudah, nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Namun, jangan juga di tempat susah, nanti justru aku bisa ditemukan. Yang penting, letakkan kebahagiaan ini di tempat yang bersih,” perintah Tuhan.
Ketiga malaikat pun turun ke bumi dan berdiskusi di mana meletakkan kebahagiaan. Malaikat pertama berkata, “Letakkan saja di gunung yang tinggi.” Namun, malaikat lain kurang setuju. Malaikat kedua berkata, “Bagaimana kalau di dasar samudera saja?” Usul itu pun kurang disepakati. Kemudian, malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung sepakat. Sejak saat itu, kebahagiaan manusia tersimpan rapi di tempat yang dibisikkan malaikat ketiga. Tempat yang sulit, sekaligus mudah.
Hari ke hari, tahun ke tahun kita terus mencari kebahagiaan itu. Kita ingin menemukannya, merasakannya dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Ada yang mencari dengan berwisata. Ada yang mencari di keramaian. Ada yang mencari di kesunyian. Ada yang mencarinya sambil bekerja keras. Ada juga yang mencari sambil bermalas-malasan. Namun, ternyata kebahagiaan ndak ada pada hal-hal itu. Hingga, sebagian orang akhirnya membuat klaim-klaim tertentu mengenai kebahagiaan. Ada yang bilang kebahagiaan itu dengan mengejar gelar, jabatan, harta, dan sebagainya. Pernikahan pun dihubungkan dengan kebahagiaan, seolah yang belum menikah berarti ndak bahagia. Padahal kita semua tahu, kebahagiaan ndak ada di tempat-tempat itu.
Lalu dimanakah letak kebahagiaan manusia itu diletakkan oleh para malaikat ? Tahukah Anda di mana itu? Jika ndak, maka inilah jawabannya : Para malaikat ndak meletakkan kebahagiaan di gunung atau di dasar samudera. Malaikat pun ndak meletakkan kebahagiaan pada hal-hal seperti kesuksesan, pernikahan yang indah, kekayaan, dan sebagainya. Mereka para malaikat meletakkan kebahagiaan manusia di tempat yang sangat dekat, namun jarang terlihat. Tempat yang sesuai dengan perintah Tuhan. Tempat yang suci, bersih, sangat dekat dan mudah ditemukan. Namun, tempat itu justru jarang disadari oleh manusia. Tempat itu adalah "hati yang bersih" Ya, ternyata malaikat meletakkan kebahagiaan manusia di dalam hati kita.
Hampir sebagian besar dari kita atau mungkin semua manusia di dunia mencari kebahagiaan. Hidup untuk bahagia. Adakah di antara kalian yang ndak ingin bahagia? SettiaBlog yakin, semua yang membaca bahasan ini tentu ingin bahagia. Buktinya, Anda mencari-cari di manakah letak kebahagiaan manusia? Selama ini, orang mencari kebahagiaan lewat berbagai cara. Ada yang mencoba mencarinya lewat kekayaan atau uang, ada yang mencarinya lewat kesuksesan karir, keluarga, hidup dan sebagainya. Apakah hal-hal tersebut membahagiakan? Tentu saja, tapi seberapa lama kebahagiaan itu Anda rasakan.
Ketika Anda lulus kuliah, itu sangat menyenangkan dan membahagiakan. Namun, setelah beberapa bulan berlalu, apakah euphoria kebahagiaan itu masih dirasakan. Saat Anda mendapatkan pekerjaan dan gaji pertama, rasanya membahagiakan. Namun, apakah hal itu masih akan terasa sama ketika setahun lebih bekerja. Kebahagiaan-kebahagiaan itu memiliki batas waktu, karena itu bukan yang sejati. Tapi sayangnya, kebanyakan orang justru berlomba-lomba mencari kebahagiaan semu itu. Dan, melupakan bahwa ada KEBAHAGIAAN SEJATI yang rasanya ndak akan lekang oleh waktu. Kebahagiaan yang juga akan membawa Anda pada ketenangan jiwa dan gairah hidup dunia hingga akhirat.
Lalu di manakah letak kebahagiaan manusia yang sejati itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak sejenak sebuah kisah inspiratif di bawah ini :
Suatu waktu, Tuhan memanggil 3 malaikat sambil memperlihatkan sesuatu.
“Ini namanya kebahagiaan. Ini sangat bernilai, dicari, dan diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu tempat, supaya manusia sendiri yang menemukannya. Jangan di tempat yang terlalu mudah, nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Namun, jangan juga di tempat susah, nanti justru aku bisa ditemukan. Yang penting, letakkan kebahagiaan ini di tempat yang bersih,” perintah Tuhan.
Ketiga malaikat pun turun ke bumi dan berdiskusi di mana meletakkan kebahagiaan. Malaikat pertama berkata, “Letakkan saja di gunung yang tinggi.” Namun, malaikat lain kurang setuju. Malaikat kedua berkata, “Bagaimana kalau di dasar samudera saja?” Usul itu pun kurang disepakati. Kemudian, malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung sepakat. Sejak saat itu, kebahagiaan manusia tersimpan rapi di tempat yang dibisikkan malaikat ketiga. Tempat yang sulit, sekaligus mudah.
Hari ke hari, tahun ke tahun kita terus mencari kebahagiaan itu. Kita ingin menemukannya, merasakannya dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Ada yang mencari dengan berwisata. Ada yang mencari di keramaian. Ada yang mencari di kesunyian. Ada yang mencarinya sambil bekerja keras. Ada juga yang mencari sambil bermalas-malasan. Namun, ternyata kebahagiaan ndak ada pada hal-hal itu. Hingga, sebagian orang akhirnya membuat klaim-klaim tertentu mengenai kebahagiaan. Ada yang bilang kebahagiaan itu dengan mengejar gelar, jabatan, harta, dan sebagainya. Pernikahan pun dihubungkan dengan kebahagiaan, seolah yang belum menikah berarti ndak bahagia. Padahal kita semua tahu, kebahagiaan ndak ada di tempat-tempat itu.
Lalu dimanakah letak kebahagiaan manusia itu diletakkan oleh para malaikat ? Tahukah Anda di mana itu? Jika ndak, maka inilah jawabannya : Para malaikat ndak meletakkan kebahagiaan di gunung atau di dasar samudera. Malaikat pun ndak meletakkan kebahagiaan pada hal-hal seperti kesuksesan, pernikahan yang indah, kekayaan, dan sebagainya. Mereka para malaikat meletakkan kebahagiaan manusia di tempat yang sangat dekat, namun jarang terlihat. Tempat yang sesuai dengan perintah Tuhan. Tempat yang suci, bersih, sangat dekat dan mudah ditemukan. Namun, tempat itu justru jarang disadari oleh manusia. Tempat itu adalah "hati yang bersih" Ya, ternyata malaikat meletakkan kebahagiaan manusia di dalam hati kita.
Video klip kedua ada "Raudhah" (area di dalam Masjid Nabawi yang terletak di antara rumah Nabi Muhammad SAW dan mimbar yang digunakan untuk berdakwah) Di tempat ini lah SettiaBlog sering menangis tanpa sebab. SettiaBlog ndak ngerti alasannya kenapa, gimana ya bilangnya. Kayak menemukan kesadaran diri, bahwa SettiaBlog ini makhluk yang lemah. (mohon maaf ya, SettiaBlog ngomong kayak gitu hanya berdasarkan perasaan SettiaBlog, SettiaBlog sendiri bukan orang yang pinter, mohon di maklumi ya). Lagunya sendiri ada "sajadah panjang". Ini sebenarnya puisinya Taufiq Ismail yang di lagu kan. Sajadah panjang itu menggambarkan kehidupan kita dari lahir sampai di ujung hayat. Yang sebenarnya dalam kehidupan itu kita di suruh beribadah kepada Allah SWT kan ya.
Manusia harus bersujud dan taat kepada Allah SWT karena sebuah alasan. Itu karena manusia merupakan mahluk ciptaan-Nya. Dalam hal ini, ideologi harus dikunci terlebih dahulu. Bila kesadaran sebagai makhluk ciptaan Allah SWT hilang, maka terjadi ketidakseimbangan. Ada proses logika penghambaan yang sebenarnya mudah untuk dicerna. Namun, karena logika ndak juga diterima oleh kebanyakan manusia, maka titik ketaatan ndak kunjung masuk. Salah satu proses fakta yang membuat lebih cepat merasa sebagai hamba Allah adalah proses penuaan. Proses penuaan ini ndak bisa kita tahan karena semua orang akan menjadi tua. Kita bisa berobat kemana pun, namun menjadi tua itu ndak bisa dihindari oleh setiap orang,.
Kecerdasan paling tinggi adalah kecerdasan bertahan hidup. Hal ini yang telah dibuktikan oleh orang-orang tua di sekitar kita. Bagi orang tua, yang semula kokoh menjadi lemah, terang menjadi gelap, kuat menjadi lemah, cepat menjadi lambat, ingat menjadi lupa dan seterusnya. Ketika melihat hal-hal di sekitar, sesungguhnya manusia bisa mencapai kesadaran sebagai hamba Allah SWT. Di dalam shalat, semua bacaan dan gerakan adalah penegasan sebagai hamba Allah SWT. Totalitas ketaatan sama dengan totalitas penghambaan. Kesempurnaan penghambaan dikejawantahkan dengan kesempurnaan ketaatan.
Ketika manusia bisa menemukan satu kesadaran sebagai hamba Allah SWT, maka akan dengan mudah bergeser kepada ketaatan. Dengan totalitas dalam penghambaan, maka akan muncul totalitas dalam ketaatan. Hal ini yang melahirkan totalitas keimanan. Manusia itu akan merasa nyaman dengan semua keputusan Allah SWT. Rasulullah SAW luar biasa takutnya kepada Allah SWT karena beliau sudah menyadari dirinya sebagai hamba Allah SWT. Sementara itu, orang biasa malah berani luar biasa kepada Allah SWT. Kesadaran seseorang atas penghambaan mengantarkan kesadaran atas ketaatan.
Ciri Seseorang Sudah Memiliki Ketaatan yang Baik
1. Lapang dan Ridha terhadap Keputusan Allah SWT
Ciri pertama orang yang sudah memiliki ketaatan yang baik adalah bersikap lapang dan ridha terhadap semua keputusan Allah SWT. Bersikap sangat lapang dan ridha terhadap semua keputusan Allah SWT, baik keputusan Allah SWT di dalam syariat maupun di alam semesta. Diberi keputusan oleh Allah SWT itu sungguh menyenangkan karena membawa kebaikan. Ada beberapa keputusan Allah SWT yang membuat kita senang, misal wanita boleh dinikahi. Ada beberapa keputusan Allah SWT yang bisa jadi berat, misalkan perintah berjihad, berzakat, menjaga pandangan dan banyak lain lagi. Kita perlu menerima itu semua karena kita hanyalah manusia yang diciptakan Allah SWT.
2. Melaksanakan Ketaatan dengan Senang Hati
Semua hal di alam semesta terjadi atas keputusan Allah SWT, maka sudah seharusnya manusia senang dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya. Berdasarkan survey, 54% seseorang ndak mendapatkan jodoh yang sesuai harapan. Apakah kemudian kita jadi menderita? Kita yang memutuskan untuk menerima keputusan Allah SWT ini atau tidak. Begitu Allah hidupkan seorang hamba-Nya, Allah SWT memberinya rahmah. Semua halnya diurus oleh Allah SWT sejak bayi. Dengan demikian, kita senang untuk taat kepada Allah SWT.
Hidup seringkali terasa sempit karena kurangnya penghambaan kepada Allah SWT. Ketika datang provokasi materialisme dan hedonisme, hidup terasa penat. Maniusia merasa kehilangan eksistensi, sehingga hidup selalu dibayang-bayangi oleh pandangan orang lain. Apa kata orang kalau anak saya ndak sekolah di sekolah favorit? Apa kata orang kalau HP saya adalah HP yang jadul? Padahal, hidup sebagai hamba Allah SWT itu adalah yang paling menenangkan. Orang-orang sekarang sering stres, karena ndak kuat atas cibiran orang-orang di sekitarnya. Sikap “julid” (iri dengki) orang-orang sekitar itu seringkali mendesak seseorang untuk berlaku materialistis supaya diterima. Kalau tingkat kesadaran kita atas ketaatan ini tinggi, maka kita akan menjalankan seluruh konsep cabang iman dengan senang hati. Ndak ada orang yang paling kuat dalam sejarah manusia selain dari Firaun (Ramses II). Karena semua keinginannya selalu terwujud dan lupa bahwa semua hal itu adalah pemberian Allah SWT. Maka dia sampai tiba pada pengakuan diri sebagai Tuhan. Ketika orang sekuat Firaun yang mengejar Musa itu ndak bisa menanggung bahwa laut itu bisa menenggelamkan dirinya, maka bagaimana dengan para penentang Allah SWT yang lain?
3. Maksimal dalam Ketaatan kepada Allah SWT
Hal yang membedakan generasi sahabat dengan generasi saat ini adalah dalam tingkat ketaatan kepada Allah SWT. Para sahabat maksimal dalam ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Mereka taat dengan “plong” dan “lepas”, ndak ada tawar-menawar. Secara kontras, umat muslim sekarang ini lebih sering menawar-nawar Islam daripada menawar-nawar budaya. Ketaatan yang terjadi hanya pada koridor yang semampunya. Muslim yang baik adalah yang bisa totalitas dalam ketaatannya.
Udah ya, jangan di masukin hati bahasan SettiaBlog, maaf in SettiaBlog.
Mengenal diri kita sendiri merupakan awal dari semua kebijaksanaan. Satu-satunya kebijaksanaan sejati yaitu mengetahui bahwa kita ini ndak tahu apa-apa.
Manusia harus bersujud dan taat kepada Allah SWT karena sebuah alasan. Itu karena manusia merupakan mahluk ciptaan-Nya. Dalam hal ini, ideologi harus dikunci terlebih dahulu. Bila kesadaran sebagai makhluk ciptaan Allah SWT hilang, maka terjadi ketidakseimbangan. Ada proses logika penghambaan yang sebenarnya mudah untuk dicerna. Namun, karena logika ndak juga diterima oleh kebanyakan manusia, maka titik ketaatan ndak kunjung masuk. Salah satu proses fakta yang membuat lebih cepat merasa sebagai hamba Allah adalah proses penuaan. Proses penuaan ini ndak bisa kita tahan karena semua orang akan menjadi tua. Kita bisa berobat kemana pun, namun menjadi tua itu ndak bisa dihindari oleh setiap orang,.
Kecerdasan paling tinggi adalah kecerdasan bertahan hidup. Hal ini yang telah dibuktikan oleh orang-orang tua di sekitar kita. Bagi orang tua, yang semula kokoh menjadi lemah, terang menjadi gelap, kuat menjadi lemah, cepat menjadi lambat, ingat menjadi lupa dan seterusnya. Ketika melihat hal-hal di sekitar, sesungguhnya manusia bisa mencapai kesadaran sebagai hamba Allah SWT. Di dalam shalat, semua bacaan dan gerakan adalah penegasan sebagai hamba Allah SWT. Totalitas ketaatan sama dengan totalitas penghambaan. Kesempurnaan penghambaan dikejawantahkan dengan kesempurnaan ketaatan.
Ketika manusia bisa menemukan satu kesadaran sebagai hamba Allah SWT, maka akan dengan mudah bergeser kepada ketaatan. Dengan totalitas dalam penghambaan, maka akan muncul totalitas dalam ketaatan. Hal ini yang melahirkan totalitas keimanan. Manusia itu akan merasa nyaman dengan semua keputusan Allah SWT. Rasulullah SAW luar biasa takutnya kepada Allah SWT karena beliau sudah menyadari dirinya sebagai hamba Allah SWT. Sementara itu, orang biasa malah berani luar biasa kepada Allah SWT. Kesadaran seseorang atas penghambaan mengantarkan kesadaran atas ketaatan.
Ciri Seseorang Sudah Memiliki Ketaatan yang Baik
1. Lapang dan Ridha terhadap Keputusan Allah SWT
Ciri pertama orang yang sudah memiliki ketaatan yang baik adalah bersikap lapang dan ridha terhadap semua keputusan Allah SWT. Bersikap sangat lapang dan ridha terhadap semua keputusan Allah SWT, baik keputusan Allah SWT di dalam syariat maupun di alam semesta. Diberi keputusan oleh Allah SWT itu sungguh menyenangkan karena membawa kebaikan. Ada beberapa keputusan Allah SWT yang membuat kita senang, misal wanita boleh dinikahi. Ada beberapa keputusan Allah SWT yang bisa jadi berat, misalkan perintah berjihad, berzakat, menjaga pandangan dan banyak lain lagi. Kita perlu menerima itu semua karena kita hanyalah manusia yang diciptakan Allah SWT.
2. Melaksanakan Ketaatan dengan Senang Hati
Semua hal di alam semesta terjadi atas keputusan Allah SWT, maka sudah seharusnya manusia senang dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya. Berdasarkan survey, 54% seseorang ndak mendapatkan jodoh yang sesuai harapan. Apakah kemudian kita jadi menderita? Kita yang memutuskan untuk menerima keputusan Allah SWT ini atau tidak. Begitu Allah hidupkan seorang hamba-Nya, Allah SWT memberinya rahmah. Semua halnya diurus oleh Allah SWT sejak bayi. Dengan demikian, kita senang untuk taat kepada Allah SWT.
Hidup seringkali terasa sempit karena kurangnya penghambaan kepada Allah SWT. Ketika datang provokasi materialisme dan hedonisme, hidup terasa penat. Maniusia merasa kehilangan eksistensi, sehingga hidup selalu dibayang-bayangi oleh pandangan orang lain. Apa kata orang kalau anak saya ndak sekolah di sekolah favorit? Apa kata orang kalau HP saya adalah HP yang jadul? Padahal, hidup sebagai hamba Allah SWT itu adalah yang paling menenangkan. Orang-orang sekarang sering stres, karena ndak kuat atas cibiran orang-orang di sekitarnya. Sikap “julid” (iri dengki) orang-orang sekitar itu seringkali mendesak seseorang untuk berlaku materialistis supaya diterima. Kalau tingkat kesadaran kita atas ketaatan ini tinggi, maka kita akan menjalankan seluruh konsep cabang iman dengan senang hati. Ndak ada orang yang paling kuat dalam sejarah manusia selain dari Firaun (Ramses II). Karena semua keinginannya selalu terwujud dan lupa bahwa semua hal itu adalah pemberian Allah SWT. Maka dia sampai tiba pada pengakuan diri sebagai Tuhan. Ketika orang sekuat Firaun yang mengejar Musa itu ndak bisa menanggung bahwa laut itu bisa menenggelamkan dirinya, maka bagaimana dengan para penentang Allah SWT yang lain?
3. Maksimal dalam Ketaatan kepada Allah SWT
Hal yang membedakan generasi sahabat dengan generasi saat ini adalah dalam tingkat ketaatan kepada Allah SWT. Para sahabat maksimal dalam ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Mereka taat dengan “plong” dan “lepas”, ndak ada tawar-menawar. Secara kontras, umat muslim sekarang ini lebih sering menawar-nawar Islam daripada menawar-nawar budaya. Ketaatan yang terjadi hanya pada koridor yang semampunya. Muslim yang baik adalah yang bisa totalitas dalam ketaatannya.
Udah ya, jangan di masukin hati bahasan SettiaBlog, maaf in SettiaBlog.
Mengenal diri kita sendiri merupakan awal dari semua kebijaksanaan. Satu-satunya kebijaksanaan sejati yaitu mengetahui bahwa kita ini ndak tahu apa-apa.
No comments:
Post a Comment