Mar 21, 2023

Ketajaman Mata Hati

 



Ya ini SettiaBlog habis buat ramen, nunggu ramennya agak dingin terus SettiaBlog tinggal mengetik bahasan. Kali ini SettiaBlog ada sedikit cerita yang sebenarnya sama sekali ndak penting untuk di ceritakan. Beberapa bulan yang lalu SettiaBlog seperti di ajak ngomong oleh seseorang, boleh di bilang lewat hati (lewat batin). Bahasanya sopan  (pakai bahasa Krama tapi ndak yang paling halus) saat ngomong dengan SettiaBlog. Akhir - akhir ini bahasan SettiaBlog kan agak aneh, sebenarnya SettiaBlog ingin mencari tahu siapa orangnya, siapa tahu ada di sekitar SettiaBlog. Orangnya masih muda kok ini, cewek, ya ada ciri - cirinya yang ndak mungkin SettiaBlog sebutkan. Maaf ya semuanya, SettiaBlog sering membuat masalah. Tapi Anda semua sudah ngerti kan, ya mana ada orang di sekitar SettiaBlog yang ngomong pakai bahasa Jawa Krama dengan SettiaBlog. Siapa tahu ada yang keprucut (kelepasan ngomong pakai bahasa Jawa Krama). Kenyataannya kan ndak ada, Anda semua juga udah ngerti dengan keseharian SettiaBlog. Dan SettiaBlog merasa udah ngerti jawabannya.  Ya mungkin itu  hanya halunisasi SettiaBlog aja, lupakan ya semuanya. Hi....Settia, kok enak aja habis ngomong terus mau pergi, mbok ya tanggung jawab dengan omongannya. Ini lho ramennya  sudah mau dingin, tak makannya dulu.

Settia, kalau kamu benar ketemu orangnya itu emang mau apa? Dia jodohnya Settia...he...he.... Ndak ..., ndak...,  bercanda. Nanti gendhuk SettiaBlog tambah ngamuk. Ndak lho ya, itu tadi hanya bercanda. Memang beneran ada yang SettiaBlog cari, SettiaBlog mau menyampaikan sebuah pesan. Dari siapa Settia? Ya, nanti kalau ketemu orangnya akan SettiaBlog langsung katakan dari siapa pesannya itu. Lagunya SettiaBlog kasih "ku tak bisa" milik Slank.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang artinya “Dalam tubuh manusia ada segumpal daging apabila daging tersebut baik maka baiklah seluruh tubuh, apabila ia tidak baik (rusak) maka rusaklah seluruh tubuh, segumpal daging itu adalah hati.”
Hati manusia itu terbagi empat lapisan; 
Pertama;  lapisan paling luar disebut QALBUN, lebih cenderung berisikan bisikan yang cenderung kepada hal-hal keduniaan.
Kedua;  disebut FUAD, berisikan bisikan-bisikan kelembutan hati, sikap kasih sayang, rasa simpati dan empati.
Ketiga; lapisan NUR yang berisikan hasrat (bisikan) untuk mengamalkan semua perintah Allah, bisikan menuju ketaatan SWT dan yang terakhir lapisan 
keempat;  disebut Sirun  (Bashirah) yang berisikan bisikan halus dalam hati untuk mengetahui rahasia terhadap segala peristiwa yang terjadi sebagai suatu hikmah dari Allah SWT.
"Allah memerintahkan kita berpuasa salah satunya adalah untuk menghidupkan atau mengaktifkan keempat unsur itu agar kita memiliki ketajaman mata hati, agar kita selalu cenderung melaksanakan perintah Allah, selalu memiliki rasa simpati dan empati kepada kaum dhu’afa dan selalu mengambil hikmah yang baik dari setiap kejadian yang kita alami,"

Dalam sebuah hadits dikisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang yang membawa hasanat (kebaikan) yang sangat banyak. Bahkan, Rasul menyebutkan kebaikan itu bagaikan sebuah gunung. Tapi ternyata, Allah SWT tak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikan itu. Allah menjadikan kebaikan itu tak berbobot, seperti debu yang beterbangan. Rasulullah SAW  menyatakan kondisi seperti itu karena mereka adalah kelompok manusia yang melakukan kebaikan ketika berada bersama manusia yang lain, tetapi tatkala dalam keadaan sendiri dan tak ada manusia yang lain yang melihatnya ia melanggar larangan-larangan Allah SWT (HR Ibnu Majah). Mereka itu adalah orang-orang yang riya. Mereka berbuat kebaikan karena dilihat oleh orang lain, bukan ikhlas karena Allah SWT.

Mata adalah panglima hati. Hampir semua perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Karena itu, hendaknya mata selalu dibawa melihat hal-hal yang baik. Bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan dilarang, maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya, meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang. Demikian potongan nasihat Imam Ghazali rahimahullah dalam kitab Ihya Ulumuddin.

Mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong dan pengikut. Yang pertama, mata memiliki kenikmatan pandangan. Sedangkan yang kedua, memiliki kenikmatan pencapaian. Keduanya sama penting, dan harus saling bekerja sama.
''Dalam dunia nafsu keduanya adalah suatu yang mesra. Jika terpuruk dalam kesulitan maka masing-masing akan saling mencela dan mencederai,'' kata Ibnu Qayyim.

Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujian yang akan membuktikan kualitas iman. Di sinilah peran mengendalikan mata dan kecondongan hati. Dalam suasana yang tak diketahui oleh orang lain, akan terlihat apakah seseorang itu imannya betul-betul tulus atau tidak. Inilah yang digambarkan oleh Rasulullah SAW ketika dia diminta menggambarkan apa itu ihsan,
''Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya yakinilah bahwa Ia melihatmu.''



Bottom Note

Jangan salah paham ya, SettiaBlog sebenarnya ngasih contoh, kasus yang SettiaBlog ceritakan di atas itu sering di katakan kata hati oleh sebagian orang. Seandainya Anda mengalami seperti kasus di atas itu sebenarnya bagian dari kemampuan  otak manusia. Hat - hati untuk hal ini. Begitu juga dengan memahami "kata hati" "mata hati" atau sejenisnya, kalau kita ndak paham betul atau bimbingan orang yang paham, juga harus hati - hati. Jangan sampai terjebak pada bisikan yang menyesatkan. Lebih amannya menjadi diri sendiri, be yourself atau come as you are, seperti video klip di Bottom Note ini. Dan dasar menjadi diri sendiri adalah.
• Menjadi diri sendiri bukan berarti menyangkal kekurangan diri yang bisa Anda perbaiki. Misalnya, jika Anda bersifat kasar, Anda harus memperbaikinya demi kebaikan diri dan orang di sekitar Anda.
• Menjadi diri sendiri berarti jujur atas apa yang ada pada diri Anda dan mau mengembangkan diri.
• Menjadi diri sendiri bukan bersifat sementara, melainkan penggambaran sifat asli atau identitas diri yang mengakar.

Menjadi diri sendiri jika di terapkan dalam kehidupan.

1. Jangan meniru orang lain 

Pahamilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap orang berbeda serta  memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu, belajarlah untuk menerima diri sendiri dan nikmatilah hidup yang Anda jalani. Meniru cara hidup orang lain berarti menekan siapa diri Anda sebenarnya. 

2. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain

Hindari berbohong atau berpura-pura, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Belajarlah untuk mengatakan kebenaran serta bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang di sekitar Anda. Kebohongan hanya akan menciptakan kecemasan dan kebohongan-kebohongan lainnya. Jujur adalah cara terbaik untuk berdamai dengan diri sendiri dan orang lain. 

3. Hilangkan pikiran negatif 

Salah satu cara untuk bisa menerima dan jujur kepada diri sendiri adalah mulai mengidentifikasi dan menghilangkan pikiran negatif yang sering muncul dan mengganggu Anda untuk menjadi diri sendiri dan menjadi lebih positif. 

4. Menemukan kekuatan dan kelebihan diri

Terkadang, Anda hanya fokus pada kelemahan diri atau kelebihan orang lain. Ini akan menciptakan kekecewaan pada diri Anda hingga memengaruhi harga diri. Cobalah mulai melihat sisi positif dan kelebihan dalam diri Anda, serta hal-hal positif apa yang bisa Anda lakukan. 

5. Ekspresikan diri Anda

Mulailah mengekspresikan dan menunjukkan diri Anda sebenarnya. Belajarlah untuk mencintai diri sendiri dan hal yang Anda lakukan. Mungkin tidak semua orang akan sependapat dengan Anda. Hal ini bukan masalah dan wajar terjadi karena setiap manusia berbeda. 

6. Jangan malu menunjukkan kelemahan diri
Setiap orang cenderung ingin menunjukkan kekuatan atau kelebihan dirinya. Tak jarang, ini membuat orang berpura-pura. Pahamilah bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan, termasuk diri Anda. Tidak masalah menunjukkan kelemahan diri Anda kepada orang lain. 

7. Jangan takut sendiri

Ada kalanya, seseorang berpura-pura menjadi orang lain agar bisa bergabung dalam satu kelompok. Akan lebih baik jika Anda sendiri tetapi bangga dengan diri sendiri dibanding bersama orang lain, tetapi tidak menjadi diri Anda yang sebenarnya. Dengan menjadi diri sendiri, Anda akan dapat membangun hubungan yang tulus dengan orang lain di masa depan.

Ini kan sudah mau masuk bulan Ramadhan. Untuk kesekian kalinya SettiaBlog minta maaf. SettiaBlog memang orangnya kacau ya sedikit agak stres...he....he...., "tapi SettiaBlog orang baik kok, kan SettiaBlog suka ramen." Itu gaya Naruto saat merayu Hinata. Ini bukti, kalau SettiaBlog cerita yang berhubungan dengan Naruto, ya berarti SettiaBlog ngerti cerita Naruto dari awal sampai akhir. Bukan SettiaBlog hanya ngerti sepotong - sepotong. Kalau SettiaBlog cerita soal menggambar, ya berarti SettiaBlog pernah belajar menggambar dan bisa menggambar. Kayak background yang biasa SettiaBlog gunakan itu kebanyakan buat sendiri dan sebenarnya mudah. Kayak misalnya hamparan pasir saja bisa jadi bermacam macam background dengan permainan kamera Anda. Kalau untuk di blognya SettiaBlog ini memang backgroundnya banyak main dengan HTML, ya mungkin agak susah di terapkan pada media lain. Fotografi sendiri SettiaBlog sebenarnya juga ada karya yang serius, ndak SettiaBlog taruh di sini, kalau yang di sini kan hanya ilustrasi, buatnya juga beda. Apalagi ya, o...ya, soal kata - kata "gendhuk SettiaBlog", semua pasti sudah paham siapa yang di maksud, yang jelas perempuan bukan laki - laki, semoga tidak ada yang salah paham, kan udah SettiaBlog jelaskan di bahasan sebelumnya yang SettiaBlog ketik dengan bold di Bottom Note. Terus SettiaBlog sering bilang dulu suka keluyuran, maksudnya itu dalam rangka belajar bukan tanpa tujuan. Terkadang SettiaBlog pernah mengatakan dengan "kata hati", sebenarnya ada yang mengarahkan atau mendampingi, tapi tidak bisa di sebutkan di sini, maaf untuk hal ini. Dan yang paling penting, lupakan semua pembahasan yang ada di blognya Settia. Di blog ini tidak ada yang penting dan tidak ada yang istimewa.

No comments:

Post a Comment