Jun 4, 2020

Amanah Tak Pernah Salah Memilih Pundaknya


Lirik lagu "strong" milik London Grammar di atas seakan mengingatkan kita, bahwa kita ini tak sekuat kelihatannya. "Memikul itu berat, maka kuatkan pundakmu." Amanah itu berat, ketika amanah ditawarkan kepada langit, bumi, dan gunung, semua angkat tangan. Subhanallah, hanya Allah Maha Pemilik tunggal alam semesta, Maalikul mulki, Pemilik dari semua pemilik. We have but nothing sepertinya kita punya, tetapi sebenarnya tidak punya apa-apa.


Ya, benar. Kita punya istri, kita punya suami. Di rumah, kita juga mempunyai anak-anak. Ada ayah, ibu, ada pembantu dan adik serta kakak. Kita pun punya rumah, punya kendaraan, punya properti, dan berbagai hal lainnya yang bersifat materi. Tapi sungguh, atas semua itu pemilik sebenarnya bukan kita. Sejatinya, ada yang memiliki dan pemiliknya teramat berkuasa dan sangat memberhaki untuk mengambil atau meng hilangkannya sama sekali. Dialah Allah 'Azza wa Jalla.

Tentang amanah yang artinya dapat dipercaya, mungkin kita ingat pelajaran zaman sekolah dulu, kalau amanah itu salah satu sifatnya Nabi. Sungguh mulia sekali kalau kita sebagai ummatnya juga bisa memiliki sifat yang sama, sampai-sampai Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji.” (HR. Ahmad).

Maka dari itu, amanah yang kita dapat harus dijaga, baik besar maupun kecil. Perlu diingat bahwa Allah SWT tidak menilai seberapa besar amalan kita, kalau tidak ada ikhlas di dalamnya. Ketika diberi amanah yang cukup berat, terkadang kita merasa tidak sanggup, tidak bisa menunaikannya, rasanya ingin menyerah pada orang yang memberikan kita amanah. Misalnya : Pak/Bu/Teh/Mas saya izin mundur saja deh. Atau keinginan itu tak keluar dalam kata-kata, tetapi menghujani batin, tekanan di sana sini, tapi sudah terlanjur berjanji. Hm, padahal Sang pemberi amanah itu sebenarnya siapa sih? Bos kita kah? Ataukah Allah, pencipta kita?

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa) : Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami ; ampunilah kami ; dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS al-Baqarah 286)

Baca ayat tersebut berulang-ulang, kalau perlu sampai nangis-nangis, sampai menjiwai, sampai ngena ke dalam hati, aamiinkan do’anya, insya Allah dipermudah. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa sejatinya, kita adalah manusia yang serba lemah dan terbatas, terkadang, ada kondisi dimana ngerjain hal-hal kecil pun tidak bisa. Bolehlah SettiaBlog ngasih sedikit tips buat temen-temen sekaligus pengingat buat SettiaBlog sendiri. Hehe

Amanah memang tak pernah salah memilih pundahknya, tetapi juga tak salah memilih pundak-pundak lain untuk sekadar bersandar sesaat. Terkadang, kita tidak sekuat yang kita kira, hadirnya teman-teman seperjuangan di sekitar kita, mengulurkan tangan untuk membantu, mendoakan atau sekadar telinga untuk mendengarkan cerita. Katanya, jangan sedih kalau tak ada pundak untuk bersandar, masih ada sajadah untuk bersujud.

Amanah itu tak akan lebih berat dari kemampuan Anda untuk menanggungnya, kalau saja Anda tidak mengeluhkannya.

The power of suggestion: sekali kita mengatakan berat, tidak bisa maka jadilah iya begitu adanya. Bisa, bisa, bisa.

Amanah itu ladang pahala yang berkahnya melimpah ruah, seadainya kamu tidak membayangkannya sebagai beban yang menumpuk-numpuk tiada habisnya. Luruskan lagi niat, kita capek - capek ngerjain ini buat siapa sih? Cuma Allah kan. Biarlah Allah SWT yang balas dan hapus lelah serta beban kita di syurga nanti.

“Berilah jaminan kepadaku dengan enam (perkara) maka aku akan memberikan jaminan kepada kalian (berupa) syurga, bersikap jujur jika kalian berbicara, tepatilah jika kalian berjanji dan tunaikanlah (sampaikanlah) jika kalian diberi amanah“

Amanah itu ada batas waktunya, jangan ditunda-tunda. Waktu tidak akan berhenti ketika kita memutuskan untuk ‘berhenti’ sejenak. Beban hidup akan terus ada selama nafas masih mengalir~ pilihan kita mau bertahan atau enggak. Amanah itu hanya akan berakhir ketika kamu menyelesaikannya, bukan ketika kamu lelah dengannya. Setidaknya, jangan jadi batu kerikil yang menghalangi gerak orang-orang dibelakang kita. Jalan terus, jangan berhenti, kalau perlu merangkak, ngesot-ngesot asalkan jangan jadi beban dan penghalang buat orang lain.

No comments:

Post a Comment