Apr 10, 2023

Terus Menyemai Harapan

 



Video klip di atas itu potongan film "begin again", ini sebenarnya film lama yang banyak menerima penghargaan. Soundtrack-nya sendiri "lost star" milik Adam Levine, dia juga salah satu pemeran dalam film tersebut. Inti ceritanya c memotivasi kita semua agar ndak kehilangan harapan dan harus selalu menyemai harapan. Yang jadi pertanyaan, harapan itu apa c s benarnya? Dalam Psikologi Positif harapan (hope)  terkait dengan perkiraan (expectancies)  positif untuk memperoleh tujuan (goal). Perkiraan positif merupakan sesuatu yang esensial bagi kesehatan fisik dan mental, sebaliknya gangguan fisik dan psikiatris merefleksikan kekurangan perkiraan yang diarahkan pada tujuan. Sebagaimana pendapat Frankl, bahwa penyakit diasosiasikan dengan terhalangnya harapan, sehingga berhasilnya tritmen ditentukan oleh pemulihan terhadap harapan. Konsep harapan sangat relevan dengan perawatan kesehatan mental. Penelitian tentang harapan sangat penting, karena harapan merupakan elemen dasar bagi eksistensi manusia, penyembuhan yang mendorong peningkatan kesejahteraan dan diperlukan untuk coping kesehatan serta sebagai sumber dasar bagi kehidupan manusia. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Selligman dan Csikszentmihalyi,  menunjukkan bahwa keteguhan hati (courage), harapan (hope) dan optimisme (optimism) mampu menjadi benteng (buffer)  bagi penyakit psikologis (psychological disorders). Menurut Fredrickson, emosi positif seperti cinta, harapan, kegembiraan, rasa syukur, memicu ketahanan psikologis (psychological resilience). Di samping itu, menurut Peterson, harapan merupakan faktor motivasi yang membantu seseorang untuk mengawali dan menjaga tindakan terhadap tujuan dan juga terkait dengan kebahagiaan, ketekunan hati, prestasi dan kesehatan.

Tindakan seseorang pasti diarahkan pada tujuan (goal)  tertentu. Tujuan menyediakan patokan bagi individu untuk berusaha dan mengeluarkan energi. Tujuan seringkali tidak digunakan untuk menggambarkan tindakan seseorang, tetapi lebih pada apa yang akan dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks ini, seseorang seringkali memproses bagaimana menemukan jalan untuk mencapai tujuan dan termotivasi menggunakan cara tersebut untuk mencapai tujuan. Kapasitas menemukan cara dan kapasitas memotivasi untuk menggunakan cara tersebut untuk mencapai tujuan merupakan bentuk dari harapan (hope).  Dengan kata lain, harapan seringkali mengiringi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Harapan merupakan pengalaman umum yang dialami oleh manusia. Dengan memiliki harapan seseorang akan menjadi aktif, lebih hidup, antusias, sedangkan tanpa harapan manusia menjadi kehilangan kehidupan.

Harapan adalah keadaan motivasi positif untuk memperoleh kesuksesan yang didasarkan pada interaksi antara agency (energi yang diarahkan pada tujuan) dan pathways (perencanaan untuk memperoleh tujuan. Dengan kata lain, harapan adalah persepsi terhadap kapasitas untuk menghasilkan tujuan yang jelas, dengan menggunakan rute (cara) untuk mencapai tujuan tersebut (pathways thinking) dan motivasi untuk menggunakan cara mencapai tujuan (agency thinking)Pathway merujuk pada persepsi individu terhadap kemampuan untuk menemukan formulasi alternatif rencana ketika menghadapi hambatan dalam memperoleh tujuan. Sedangkan agency merujuk pada kebulatan tekad dan komitmen yang mengarahkan seseorang terhadap satu tujuan, agency memuat pentingnya tujuan dan kepercayaan bahwa individu dapat memulai dan melanjutkan tindakan terhadap tujuan. Orang yang memiliki harapan tinggi dicirikan dapat mengembangkan jalan (pathways) untuk mencapai tujuan dengan kepercayaan diri yang tinggi, dan dapat mengembangkan jalan alternatif, khususnya pada saat tujuannya terhalang.  Selain itu, orang yang memiliki harapan tinggi secara umum mampu memotivasi dirinya untuk menggunakan jalur (pathways) yang dipilih dan mereka dapat mengarahkan kembali energi mereka kepada hal yang lain, serta membuat jalan yang dipilih dapat bekerja ketika tujuan terhalang.  Selain itu, orang dengan harapan tinggi memiliki kemampuan untuk menetapkan seperangkat tujuan yang sesuai dan jelas, menemukan jalan untuk mencapai tujuan, dan menjaga level agency yang dibutuhan. Mereka dapat menyesuaikan jalan dan tujuan ketika berhadapan dengan berbagai penghalang. di samping itu, mereka juga mampu mengidentifikasi dan mengumpulkan sumber motivasi internal maupun eksternal untuk menjaga sense of agency sepanjang proses mencapai tujuan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikemukan bahwa harapan dapat terdiri atas tiga komponen yang saling terkait satu sama lain, yaitu tujuan (goal), pathways thinking, dan agentic thinking. Ketika jalan yang ditempuh sukses dan tujuan diperoleh, individu akan percaya bahwa jalan yang ditempuh ke depannya akan mendatangkan kesuksesan yang lebih, selanjutnya akan mempengaruhi keseluruhan pengalaman harapan individu.

Harapan dapat memprediksi tingkat resiliensi psikologis seseorang dan kemampuan adaptasi dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit termasuk situasi pandemi yang penuh dengan ketidakpastian. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa individu yang memiliki harapan tinggi (dibandingkan dengan mereka yang memiliki harapan rendah) lebih cenderung membuat penyesuaian adaptif terhadap tantangan hidup dan memanfaatkan strategi koping yang efektif dalam menghadapi kesulitan. Dalam kerangka teori harapan, menghadapi situasi yang penuh dengan stressor, orang yang memiliki harapan akan berupaya untuk menemukan strategi (cara) bagaimana menghadapi situasi rumit dengan sukses (pathways thinking) dan  percaya bahwa cara yang digunakan mampu mendatangkan kesuksesan atau memperoleh tujuan yang diinginkan (agentic thinking). Seseorang yang memiliki tingkat harapan yang tinggi lebih mungkin untuk menerima tantangan dan menempatkan fokusnya pada keberhasilan daripada kegagalan, serta kemungkinan untuk mencapai tujuannya, dan mempertahankan sikap emosional yang positif. Di sisi lain, seseorang yang memiliki tingkat harapan yang rendah tidak melakukan yang terbaik, berfokus pada kegagalan dan ketidakmungkinan pencapaian tujuan, dan mempertahankan sikap emosional yang negatif. Akibatnya, karakteristik harapan ini dapat memainkan peran penting dalam mengatasi keadaan yang merugikan.

Tanpa adanya strategi yang dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan, maka motivasi untuk mencapai tujuan tidak akan ada. Misalkan, dua orang sama-sama menghadapi kesulitan ekonomi, orang pertama tidak percaya bahwa ada strategi atau cara untuk mengatasi kesulitan ekonomi (tidak memiliki pathways thinking), maka orang tersebut tidak akan termotivasi untuk berusaha yang mendatangkan perbaikan ekonomi (misal, beralih usaha). Orang kedua percaya bahwa dia dapat keluar dari kesulitan ekonomi dengan strategi berjualan dengan strategi jemput bola atau sistem online dan dia percaya dapat mengatasi dengan melakukan usaha bersama seluruh keluarga (pathways thingking), maka dia akan termotivasi (agentic) dengan memiliki pikiran yang diarahkan pada tujuan.

Konsep harapan dalam Islam dikenal dengan istilah raja’. Menurut Al-ghazali  raja’ yaitu penantian atas sesuatu yang dicintai dengan mengerahkan segenap upaya seorang hamba. Definisi tersebut menggarisbawahi bahwa menantikan sesuatu yang dicintai haruslah diupayakan. Raja’ berkaitan dengan harapan atas raamat Allah SWT  yang diberikan kepada hamba-hambanya. Raja’ dipandang mampu membangkitkan rasa optimisme yang pada akhirnya akan melahirkan prasangka baik terhadap segala sesuatu yang terjadi pada diri kita. Ada banyak surat dalam Al-Qur’an yang meminta kita untuk tidak berputus terhadap rahmat Allah, diantaranya Surat Az-zumar ayat 53 yang menyatakan bahwa kita diminta untuk tidak berputus asa terhadap rahmat Allah, meskipun kita telah melakukan banyak dosa besar. Begitu juga surat Yusuf ayat 87, secara tegas Allah SWT melarang hambanya untuk berputus asa dari rahmat Allah, bahkan berputus asa dipandang sebagai sifat orang-orang kafir.
وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”

Ayat tersebut menceritakan tentang wasiat Nabiyullah Ya’qub alaihissalam kepada putra-putranya untuk tidak berputus asa dalam mencari saudaranya Nabi Yusuf alaihissalam. Menurut Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, janganlah berputus asa dari rahmat Allah bermakna bahwa kita diminta untuk selalu optimis, karena optimisme akan mendorong seorang hamba kepada usaha dan ketekunan serius untuk mencapai apa yang diharapkannya. hanya akan mengakibatkan perasaan berat dan bermalas-malasan baginya. Pengharapan yang paling utama diinginkan seorang hamba ialah kemurahan dan curahan kebaikan Allah, rahmat dan kasih-Nya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara Islamic hope (raja’) berkurangnya rasa depresi dan kecemasannya dan peningkatan kesejahteraan psikologis. Harapan yang disandarkan pada kekuatan Ilahiah akan mendorong seseorang meyakini bahwa Allah sang pemilik kekuatan dan kemampuan tak terbatas akan akan menolong hambanya. Keyakinan inilah yang akan memunculkan harapan, sehingga akan tumbuh rasa optimisme. Berdo'a kepada Allah dan memohon bantuannya dan adanya perasaan terhubung dengan kekuatan tertinggi akan menciptakan pandangan hidup yang positif, sehingga membantu individu menemukan makna dalam hidup mereka dan menjadi harapan tentang masa depan. Harapan dan coping religious  yang positif berkaitan dengan kesejahteraan individu. Harapan memilihara hasrat, kemauan dan motivasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan beradaptasi selama menghadapi krisis kesehatan. Menyemai harapan terus menerus, merupakan hal yang sangat penting. Harapan akan melahirkan sikap optimisme dan mendorong kita untuk selalu mencari jalan keluar dan adaptif dengan berbagai kondisi. Selain itu, harapan yang kita sandarkan kepada Allah akan mendorong kita untuk meyakini bahwa pada akhirnya setiap masalah yang kita hadapi akan berakhir.

 

Bottom Note

Eyang Tribuana, lihat cucu kamu tambah stres itu lho....ngomongnya tambah ndak karu - karuan ....he...he... Enak aja di bilang stres, Settia itu normal.  SettiaBlog itu asal lihat gendhuknya tersenyum gitu ae semua masalah udah hilang kok. Udah...udah...jangan bercanda Settia! Video klip di Bottom Note ini "hilang" milik Garasi. Ada yang penting lagi, bahwa kita tidak boleh kehilangan Iman dan selalu mengasah ketajaman Iman. Tak terbantahkan bahwa iman ditajamkan dengan ketajaman dua sisi. Sisi pertama adalah berupaya beramal sholeh dan sisi kedua menghindarkan diri dari ancaman dan siksa Allah SWT. keduanya mengantarkan manusia bahagia dunia akhirat.

Ada kecenderungan seseorang beramal ala kadarnya dengan alasan bahwa Allah SWT Maha Pengasih dan Penyayang. Allah SWT melipat-gandakan amal serta mengampuni seluruh dosa, setelah itu seseorang yakin dengan keselamatannya. Secara prinsip hal itu sah saja, namun kompetisi mendapatkan derajat tinggi sebagai hamba Allah tidak terwujud dengan berpegang pada prinsip itu semata. Yang menjadi keharusan dalam diri seorang mukmin adalah keseimbangan antara harapan dan rasa takut kepada Allah SWT.

Syekh Yusuf al Qardhawy pernah ditanya oleh seseorang yang sekedar beramal dan yakin disayang Allah SWT.  Apa itu cukup untuk selamat dunia akhirat?, Syerkh menjawab bahwa konsep Al Qur’an menajamkan dua sisi. Keduanya dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Hijr :
(49). نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 
(50). وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ
Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.

Kedua ayat di atas dalam pandangan Syekh al Qardhawy adalah bukti upaya keras beramal banyak dan bertaubat banyak karena takut azab Allah SWT. Disebutkan oleh Imam Ibnu Qudama al Maqdisy dalam Mukhtasar Minhajul Qasidin bahwa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik al Umawi bertanya pada Abu Hazim Ulama zamannya, “Kenapa kita ini cinta dunia dan takut mati?. Syekh menjawab karena kalian telah bangun urusan dunia kalian secara baik dan merubuhkan akhirat kalian, sedang tabiat manusia itu benci berpindah dari bangunan kokoh ke bangunan rubuh”.
Khalifah kembali tanya, “Terus apa yang Allah SWT siapkan untuk kita”, Syekh Abu Hazim menjawab, “Paparkan amalmu di hadapan Allah SWT cocokkan dengan al Qur’an, bukankah Allah SWT berfirman?!: Abu Hazim membaca firman Allah SWT :
اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ ۚ
“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,” (QS. Al-Infitar: 13).
وَاِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ ۚ ۖ
“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka,” (QS. Al-Infitar: 14)
Khalifah Hisyam bertanya kembali: “Di manakah rahmat Allah, wahai Abu Hazim?” Abu Hazim membaca firman Allah:
اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan,” (QS. Al-A’raf: 56).

Secara konklusi bahwa rasa taqwa terhindar berbuat dosa dan meninggalkan berbuat buruk juga harus prioritas mengiringi semangat amal sholeh. Amal manusia itu juga masih harus diperiksa Allah SWT akan keikhlasan dan kemurniannya karena Allah SWT. Tidak utama hanya merasa cukup dengan kebajikan sedikit yang telah tertunai. Seorang mukmin mewujudkan harapan besar dan taqwa besar adalah modal bagi mukmin mendapat derajat utama di sisi Allah SWT. Salah satu caranya adalah menguatkan dua sisi iman.

No comments:

Post a Comment