Apr 18, 2023

Berubah Seiring Waktu

 



Video klip "Wake Me Up When September Ends" di atas milik Green Day. Anda bisa perhatikan dialog pasangan di atas.

Boy :  You know they say life is short.  They say you wake up one day and, on that day, all of your dreams and everything you wished for and you wanted, they're gone, just like that. You know? People, people get old, and you know things change and, and situations change and What I want is, I just I want this moment right now, this day. And my feelings for you and the way you look right now. The way I look at you, I just want this to last forever you know.

Girl  : And it will. I mean no matter what, we’ve always had this and had each other. Now nothing can change that. But I just want you to know no matter what, you have always somebody here for you Always, and I’m never gonna leave you. I’m never gonna leave you. I love you.♪♪

SettiaBlog sempat lihat tulisan tangan yang mirip font di atas, tegak tapi agak putus - putus, di baca juga jelas. Ini nama fontnya "Suwati and Moo  Moo" miliknya google font.

Dari dialog di atas, Anda bisa melihat, ketika mengalami kebahagiaan seseorang cenderung menginginkan waktu tidak berjalan. Sebenarnya setiap orang pasti menerjemahkan makna waktu dengan pemahaman yang berbeda-beda. Bagi SettiaBlog  pribadi, waktu mengikuti momen yang sedang kita jalani. Momen apapun itu. Kita selalu berjalan beriringan dengannya. Ia bisa menjadi teman, juga bisa jadi musuh. Tapi satu yang pasti, waktu sangatlah dekat dengan kita. Ia tidak memiliki batasan, tidak pernah ada akhirnya. Jadi sebenarnya, kitalah yang harus mengatur waktu kita sendiri.  

Kita selalu berjalan beriringan waktu. Ia bisa menjadi teman, juga bisa jadi musuh.

Kini, SettiaBlog sedang berjuang bersama waktu untuk mencapai hasil dari yang sedang dikerjakan saat ini. Bisa dibilang, SettiaBlog sedang berteman dengan waktu dan berdamai dengannya. Tapi tentu saja SettiaBlog pernah berada di masa tidak bisa berkawan dengannya. Pernah berada dalam waktu di mana SettiaBlog merasakan penyesalan dan berkata, “seandainya aku bisa memutar waktu. Coba kalau aku melakukan ini atau tidak bicara itu. Pasti akan dapat hasil yang berbeda.”  Memang, terkadang kita sulit berdamai dengan waktu di situasi-situasi yang kurang menyenangkan. 

Memang, terkadang kita sulit berdamai dengan waktu di situasi-situasi yang kurang menyenangkan. 


Salah satu masa SettiaBlog tidak bersahabat dengan waktu adalah saat SettiaBlog masuk di SMA. Di sana untuk pertama kalinya SettiaBlog  mendapatkan pengalaman banyaknya aturan - aturan yang rumit, yang mengharuskan ini dan itu. Sekali waktu  SettiaBlog merasakan sepi dalam keramaian. SettiaBlog ndak bisa duduk dalam tekanan, SettiaBlog sering buat ulah untuk melampiaskan kejenuhan. Kemudian saat SettiaBlog  mencoba menyalurkan kemampuan menggambar, menulis cerita, memainkan alat musik dan lain - lain.  Kala itu, SettiaBlog merasa sedih dan mempertanyakan pada waktu, kenapa sudah menulis berulang - ulang kok selalu merasa ada yang kurang.   Padahal sudah menulis sepenuh hati.  Kenapa hasilnya hanya begini?.

Jujur, SettiaBlog tidak bersyukur dan menghargai proses perjalanan SettiaBlog saat itu. Sebenarnya, SettiaBlog menyadari sedang berada dalam proses. Sayangnya, secara tidak sadar SettiaBlog tetap mengeluh dengan berkata pada diri sendiri, “Kenapa hasil tulisanku kok ndak maksimal gini?”. SettiaBlog pun seakan menyalahkan waktu dan menyesali mengapa tidak melatih menulis lebih awal. Kalau dari kecil sudah mulai menulis pasti ketika SMA sudah tinggal melanjutkan, sudah mudah membuat cerita yang bermutu. Namun, suatu saat akhirnya SettiaBlog sampai pada satu titik di mana aku menyadari pentingnya bersyukur. 

Momen tersebut SettiaBlog rasakan seiring berjalannya kesadaran untuk konsisten pada penciptaan karya dan ada gunanya untuk orang lain, bukan semata - mata mencari kepopuleran. Yang ada di benak SettiaBlog kala itu "hidup hanya sekali, masak SettiaBlog ndak ada gunanya bagi orang lain dan kehidupan ini". Banyak orang yang ingin memiliki keberanian untuk mengunggah karya dalam bentuk tulisan atau karya lain, namun tidak semua di beri keberanian untuk melakukannya.  Setelah menyadari ini, SettiaBlog pun mulai memahami arti sebuah penantian di mana terdapat sebuah proses di dalamnya. 

Tahun 2016 juga memberikan SettiaBlog banyak pelajaran untuk bersyukur. Awalnya tentu saja seperti kebanyakan orang, Settia merasa kebingungan dan berada di titik terendah hidup. SettiaBlog cukup stres dan terus mempertanyakan waktu, “Kenapa waktuku seperti sedang berada dalam tombol pause? Padahal banyak yang bisa aku tulis tapi ndak kuasa untuk menulisnya .” Meski sempat menyalahkan waktu, tapi kemudian SettiaBlog memikirkan kembali apa yang ingin diberikan dalam tulisan SettiaBlog. Berkali-kali SettiaBlog menguatkan diri sendiri dengan bilang bahwa SettiaBlog sudah melakukan yang terbaik semampunya dan SettiaBlog harus ikhlas dengan apa yang akan terjadi.

Setelah belajar ikhlas, berdamai dengan keadaan, di situlah SettiaBlog menemukan arti hidup, yang akhirnya membuat Settia sangat berterima kasih pada waktu. Kemudian berbagai kesempatan pun menghampiri hingga SettiaBlog berani menulis dalam "Settia Blog" dengan santai dan semua seakan - akan jadi lebih mudah.

Meski SettiaBlog sudah sering menulis, tapi SettiaBlog masih memiliki banyak keraguan tentang apa yang sebenarnya SettiaBlog belum tahu tentang diri SettiaBlog sendiri. SettiaBlog sedang berjalan beriringan dengan waktu, melakukan eksplorasi diri dan berproses untuk mencari rasa yang mungkin dulu tidak pernah SettiaBlog pedulikan.

Bottom Note

Kayaknya SettiaBlog udah berulang - ulang minta maaf. Jangan bosan ya. SettiaBlog itu harus bilang apa, banyak kebaikan dari orang - orang di sekitar SettiaBlog dan SettiaBlog sering mengabaikannya. SettiaBlog betul - betul minta maaf, mungkin SettiaBlog bukan orang yang pandai bersyukur. SettiaBlog juga sering membuat ungkapan atau kata yang sering meresahkan.

Bahasan ini sebenarnya untuk menjawab sindiran gendhuk SettiaBlog. Posisi itu menandakan fokus. Fokus pada tujuan dan harapan yang besar dan jangan terpengaruh dengan hal - hal yang sifatnya kecil. Seperti background Bottom Note ini, SettiaBlog buat warna sunset. Pada saatnya semua yang hidup ini akan kembali padaNya. Mumpung masih di beri waktu, manfaatkan sebaik mungkin.

Pasti selama ini banyak yang bertanya, siapa tho yang di maksud gendhuk SettiaBlog itu? Anda boleh mengasumsikan apapun tentang "gendhuk" ini. Mungkin  ada yang pernah dengar perkataan ini,
“Nduk, tamumu iku kudu diopeni sing tenanan.”
Tapi nanti ketika SettiaBlog udah punya istri, panggilan sayangnya itu "gendhuk". Ini kan nduk... yang pernah SettiaBlog katakan beberapa tahun yang lalu.... he...he...., udah....udah....SettiaBlog tambah ngacau omongannya.
Lupakan semua ya, tentang kekacauan Settia di blog ini. Karena ada yang lebih besar untuk Anda pikirkan, tujuan Anda dalam hidup ini apa? Maafkan SettiaBlog ya!
Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah hamba-Mu yang hina ini dan  semua yang pernah membaca blog ini.

No comments:

Post a Comment