Sep 9, 2021

Kesetiaan itu Kunci Surga, Benarkah?

  


Klip "Without Me" di atas milik Halsey, lirik lagunya bercerita tentang wanita yang di perlakukan buruk dalam suatu hubungan, bahkan saat dia mendukung pasangannya suka dan duka. Pada akhirnya, lagu ini berisikan antara kemarahan dan kesedihan. SettiaBlog ada pertanyaan. Apa sih arti dari kesetiaan? Ada yang bisa jawab? Jawablah sesuai keinginan kalian masing-masing, sekarang siapa yang mau punya pasangan setia? Pasti kita semua mau punya pasangan yang setia. Kalau kita ingin punya pasangan setia, lihatlah dulu pada diri Anda masing-masing dan bertanya sudah setiakah saya? Ndak usah di jawab pasti semua orang mengakui bahwa dirinya setia. Dan SettiaBlog yakin itu hanyalah ego

semata untuk membela dirinya. Jawab saja dengan jujur pikirkan pertanyaan diatas baik-baik. Pertanyaan diatas adalah langkah dasar dalam mengetahui kesetiaan dari orang lain, baik pria maupun wanita. Kalau mau pasangan Anda setia. Anda harus seta juga. Benar atau tidaknya terserah kalian.

Di dunia marketing ada yang namanya costume atau penyedia konseling atau apapun itu yang fungsinya menjaga kesetiaan. Customer dengan setia mendengarkan keluhan dan permintaan mereka. Jadi rumusnya adalah “berikan kesetiaan” sama saja “mendapatkan kesetiaan”. Bukannya, “mengharapkan kesetiaan” sama saja mendapatkan kesetiaan” . apalagi memaksakan kesetiaan sama saja mendapatkan kesetiaan. Itu semua hanya omong kosong “ that is a bulshit!. Its easy of you think not selfish-ly. Remember don’t use EGO but use your heart. Kalau ada yang ragu akan kesetiaan pasangan Anda karena pengalaman-pengalaman yang lalu yang sering dikecewakan. apa salahnya kita bertanya kenapa?

Kesetiaan itu muncul karena di sebuah percintaan atau pekerjaan ada sebuah kepercayaan yang sangat kuat. Seringkali terdengar orang mengucapkan kata kata setia kepada pasangannya, namun pada kenyataannya kesetiaan itu hancur oleh beberapa hal . Besar kemungkinan kesetiaan itu dihancurkan oleh pihak ke 3. Dan pada akhirnya kesetiaan itu hanyalah omong kosong belaka. Kesetiaan itu hilang karena nafsu yang tak terlampiaskan. Karena pada dasarnya nafsu manusia bisa berselingkuh dan berbuat maksiat. Dengan setia kepada Tuhannya maka mereka akan setia kepada manusia lainnya.

Di dunia ini ada yang setia dan ada juga yang tidak. Kesetiaan tergantung pria, kenapa dibilang begitu karena secara psikologis dan biologis, wanita manapun ingin pria yang mempunyai jiwa pemimpin. Jika pada saat pria tidak bisa memimpin pasti wanita akan semena-mena terhadap si pria. Bukan karena mereka mau semena-mena tapi secara biologis wanita itu dikuasai oleh 80% emosi yang moody! Itulah yang terjadi disaat pria memberikan kepemimpinannya kepada wanita. Pria ini bingung kenapa wanitanya jadi sensitive, cepet marah, selingkuh dan semacamnya. Karena pria berpikir dan memimpin secara LOGIKA sedangkan wanita memimpin secara EMOSI.

Mulai hari ini kita harus tanamkan rasa kesetiaan entah itu pada cinta maupun pekerjaan kita. Jangan jadi orang yang mengingkari kata hatinya . Banyak orang setia di dunia ini yang berhasil dalam percintaan dan pekerjaanya.

Di bawah ini ada sebuah kisah, kesetiaan seperti apakah sehingga bisa berujung surga?
Pada suatu hari, Fathimah Radhiyallahu ‘anha (RA) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, "siapakah perempuan yang akan masuk surga pertama kali?" Rasulullah menjawab, ”Seorang wanita yang bernama Mutiah.” Tentu saja Fathimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa orang lain, padahal dia adalah putri Nabi? Timbullah keinginan untuk mengetahui siapakah Mutiah itu. Apa gerangan yang diperbuatnya sampai mendapat kehormatan yang begitu tinggi? Sesudah meminta izin kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib RA, Fathimah berangkat mencari rumah Mutiah. Putranya yang masih kecil, Hasan, menangis ingin ikut. Maka digandengnya Hasan.

Tiba di depan rumah yang dituju, Fathimah mengetuk pintu, “Assalaamu’alaikum…!”
“Wa’alaikumsalaam. Siapa di luar?” terdengar jawaban dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.
“Saya Fathimah, putri Rasulullah.”
“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini. Fathimah sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam, terdengar lebih gembira, dan makin mendekat ke pintu.
“Sendirian Fathimah?” tanya Mutiah.
“Aku ditemani Hasan.”
“Aduh, maaf ya,” suara itu seperti menyesal. “Saya belum mendapat izin untuk menemui tamu laki-laki.”
“Tapi Hasan masih kecil.”
“Meski kecil, Hasan laki-laki. Besok saja datang lagi, saya akan minta izin kepada suami saya.”

Sambil menggeleng-nggelengkan kepala, Fathimah akhirnya minta permisi. Besoknya ia datang lagi. Kali ini Husain, adik Hasan, diajak juga. Bertiga dengan anak-anak yang masih kecil itu, Fathimah mendatangi rumah Mutiah. Setelah memberi salam dan dijawab gembira, Mutiah bertanya dari dalam, “Jadi dengan Hasan? Suami saya sudah memberi izin.”
“Ya, dengan Hasan dan Husain.”
“Ha! Mengapa tidak bilang dari kemarin? Yang dapat izin cuma Hasan, Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerima juga.”
Lagi-lagi Fathimah gagal bertemu.

Esok harinya barulah mereka disambut baik-baik oleh Mutiah. Keadaan rumah itu sangat sederhana. Tidak ada satu pun perabot mewah, namun semuanya teratur rapi. Ada tempat tidur yang terbuat dari kayu kasar namun tampak bersih. Alasnya putih, agaknya baru dicuci. Bau di dalam sangat segar. Membuat orang betah tinggal berlama-lama. Fathimah kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu. Hasan dan Husain pun yang biasanya kurang begitu senang berada di rumah orang, kali ini tampak asyik bermain-main.
“Maaf, saya tidak bisa menemani Fathimah duduk, sebab saya sedang menyiapkan makan buat suami saya,“ kata Muthiah sambil sibuk di dapur.
Mendekati tengah hari, masakan itu sudah rampung. Mutiah menatanya di atas nampan. Juga, menaruh cambuk. Fathimah bertanya, ”Suamimu kerja di mana?”
“Di ladang.”
“Penggembala?” .
“Bukan. Bercocok tanam.” .
“Tapi mengapa kau bawakan cambuk, untuk apa?” .
“Oh, itu,” Mutiah tersenyum. “Cambuk itu saya sediakan untuk keperluan lain.”
Fathimah penasaran. .
“Maksud saya begini. Kalau suami saya sedang makan, maka akan saya tanyakan apakah cocok atau tidak. Kalau dia bilang cocok, tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya agar punggung saya dicambuk sebab tidak bisa menyenangkan hati suami.” .
“Atas kehendak suamimukah kau bawa cambuk itu?” .
“Oh, sama sekali tidak. Suami saya adalah orang yang lembut dan pengasih. Ini semua semata-mata kehendak saya agar jangan sampai saya menjadi istri yang durhaka kepada suami.” .
Usai mendengar penjelasan ini, Fathimah minta permisi. Dalam hati ia berkata, pantas ia akan masuk surga buat pertama kali. Baktinya kepada suami begitu besar dan tulus.

Bukan berarti Fathimah tidak termasuk tipikal wanita yang setia terhadap suaminya. Kesetiaan dan ketaatan buah hati Rasulullah ini kepada suami tidak diragukan lagi. Kehidupan rumah tangganya serba kekurangan, namun kesetiaannya yang didasari keimanan dan perjuangan syiar Islam tidak luntur walau sedebu. Darah kesetiaan nampaknya mengalir deras dari ibundanya, Khadijah RA, Muslimah pertama yang mempelopori kecintaan dan kesetiaan kepada suami.

Maaf, SettiaBlog sebenarnya agak sedikit heran, kenapa beberapa hari selalu membahas masalah keharmonisan suatu pasangan. Ada apa ya? Kalau yang ada di benak SettiaBlog, setelah tanggal 9 september besok ini bahasan akan sudah bervariasi lagi seperti biasanya. Beneran, SettiaBlog baca ulang bahasan beberapa hari ini, merasa heran Dikiri

No comments:

Post a Comment