Jun 21, 2021

Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi Anak Remaja

  


SettiaBlog ada sedikit cerita, saat itu BBM kan masih bisa di gunakan oleh semua smartphone. Pada suatu hari ada kontak baru masuk, ternyata seorang cewek. Dia bilang tinggal di Bogor, waktu itu dia masih kelas 3 SMP. Terus dia tanya ke SettiaBlog nama lengkap dan alamat, ya SettiaBlog jawab asal, Setia Hayuning Bawana Kertarajasa Jayawardana, dari Bojonegoro he...he...(asal jawab) Hampir setiap dia chat SettiaBlog pasti dia marah-marah, pokoknya ada saja yang di permasalahkan. SettiaBlog hanya senyam senyum sambil menanggapi keluh kesahnya. Mulai awal SettiaBlog itu penasaran dengan face nya, mulai dari hidung, muka, rambut dan mata, kok dia ini kayak wajah-wajah cewek dari keraton Yogyakarta. (kalau ciri-cirinya ini tidak boleh jelaskan di sini) Makanya ketika dia marah, SettiaBlog dengarkan ae... Kebanyakan dia mengeluh tentang kurangnya perhatian orang tua, karena orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan. Pernah juga tanya soal pelajaran sekolah. Tapi SettiaBlog menanggapi keluh kesahnya juga ndak terlalu serius, banyak bercandanya tapi di balik candaan itu SettiaBlog sisipkan petuah yang memotivasi. SettiaBlog selalu terbuka dan jujur, cerita juga tak di buat-buat. Kayak waktu SettiaBlog pas lagi buat ilustrasi gambar putri Pembayun dan saat itu dia chat, ya SettiaBlog ceritakan apa adanya, ilustrasi untuk tugas sekolah bercerita tentang putri Pembayun (salah satu cerita sejarah memilukan, pengorbanan seorang wanita yang taat pada suami dan orang tuanya) Kurang lebih satu tahun dia chat SettiaBlog, saat itu dia masuk di SMA kosgoro Bogor, habis itu SettiaBlog ndak pernah chat dia lagi. Tak berapa lama, kalau ndak salah 2015 awal, SettiaBlog dengar kabar Gusti Raden Ajeng Nurmalita Sari (pembayun) di angkat jadi ratu Yogyakarta dengan gelar Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng ing Mataram. SettiaBlog kaget, nama candaan SettiaBlog kok malah di pakai gelar serius. Jika kebetulan yang bersangkutan ada yang membaca, SettiaBlog minta maaf. Dan SettiaBlog berharap yang SettiaBlog chat waktu itu, sekarang sudah matang emosinya. (emosi kok matang, emangnya buah kepel) O..ya, sekedar informasi, buah kepel itu buah kesukaan putri Yogyakarta. Bicara soal kematangan emosi anak tentu tak lepas dari keluarga. Tentu keluarga yang harmonis lebih cepat mematangkan emosi anak. Jangan sampai mengalami seperti lagu di atas. Dan coba perhatikan pola Aglonema Emerald Bay pada klip, warna hijau tebal di tepi daun semakin ke tengah semakin cerah warnanya. Menyelesaikan masalah juga seperti itu dari tepi terus berjalan ke tengah, kayak makan bubur panas.



Kematangan emosi pada anak bisa terbentuk dari berbagai faktor, salah satunya keluarga. Orangtua dan keluarga di rumah berperan penting terhadap kematangan emosi yang dimiliki oleh anak-anak. Apalagi sekarang anak-anak secara tidak langsung terkurung di rumah saja. Ini tentu menjadi sebuah tantangan besar bagi anak terutama dalam mengelola emosinya. Ketika sudah tumbuh menjadi remaja, kematangan emosinya pun akan terus berkembang sesuai dengan lingkungan sekitar serta pengalaman Kematangan emosi sangat penting dimiliki oleh anak yang sudah beranjak remaja. Sedari dini, orangtua perlu membentuk karakter serta perkembangan emosi anak-anaknya. Orang tua perlu memahami bahwa kematangan emosi anak di usia remaja juga perlu dijaga dengan baik. Tak jarang emosi anak tidak stabil ketika dirinya merasa cemas, terlalu dibebaskan atau kurang mendapat perhatian dari orangtua. Jika Anda ingin mengetahui beberapa faktor yang dapat memengaruhi kematangan emosi pada anak remaja, kali ini Di bawah ini SettiaBlog telah merangkumnya.

1. Kedekatan yang dijalin antara orangtua dan anak

Tabungan bukan hanya soal materi, namun pengalaman positif yang terjadi pada anak-anak juga bisa disebut sebagai tabungan. Pengalaman yang menyenangkan yang dialami oleh anak di masa kecil bisa membentuk karakter serta kematangan secara emosional. Kedekatan yang dibangun atas dasar komunikasi yang intens mampu memberikan investasi jangka panjang, bahkan membantu saat anak sudah beranjak remaja. Komunikasi pun dapat meningkatkan perkembangan anak secara emosi sesuai dengan usianya, sehingga melatih keterampilan emosi, kematangan emosi hingga kelekatan hubungan antar anggota keluarga. Komunikasi secara intens pun dapat membantu anak-anak memiliki keterbukaan dengan orangtuanya.

2. Sikap empati yang dimiliki oleh anak

Empati menjadi salah satu perasaan mendasar yang sangat penting dimiliki semua orang. Pengaplikasian dari sikap empati pun berhubungan langsung dengan perasaan serta kematangan emosi. Maka dari itu, kematangan emosi anak remaja bisa diasah melalui caranya berempati terhadap lingkungan. Empati pun bisa dilatih oleh anak remaja dengan memahami perasaan orang lain atau terlibat langsung di dalam kejadian yang sedang dialaminya. Sikap empati yang terlatih dengan baik dapat membantu anak belajar mengetahui tentang perasaan orang lain dan keberagaman hidup.

3. Proses adaptasi anak yang dilakukan di dalam sebuah kelompok

Faktor yang memengaruhi kematangan emosi anak yakni caranya melakukan adaptasi di dalam sebuah kelompok. Contoh sederhananya saja ketika anak berada di dalam satu tim sepakbola. Secara tidak langsung, anak Anda perlu belajar memahami dan beradaptasi dengan teman-temannya sendiri. Mengingat setiap anggota tim memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga perlu sekali memahami semua karakter anggota agar dapat menyamakan visi. Proses adaptasi semacam ini membantu kematangan emosi anak semakin terlatih.

4. Seringnya anak tampil di depan umum untuk mengasah kemampuan dan kematangan emosi

Faktor lain yang dapat memengaruhi kematangan emosi anak yakni seberapa seringnya anak tampil di depan umum. Tampil dan dilihat banyak orang memang diperlukan sebuah keberanian, melatih fokus serta meningkatkan kematangan emosi anak. Terbiasa tampil di depan umum dapat melatih kematangan emosinya karena anak perlu menghadapi rasa gugup atau takut. Jika ini terus menerus dilakukan, maka anak Anda dapat menguasai mental untuk tampil di depan umum serta matang secara emosi.

5. Anak telah belajar menerima perasaan negatif

Memasuki masa pubertas, anak-anak pasti akan mulai berbagai perasaan mulai dari galau, cemas, malu, bahagia hingga kecewa telah menjadi bagian emosi sehari-hari. Saat anak Anda sudah mulai jujur dan menerima perasaan negatif yang sedang dialaminya, maka kematangan emosinya sudah terasah. Tak jarang anak berusaha mengontrol emosinya sendiri, sehingga Anda jangan kaget kalau melihat dirinya semakin cermat dalam mengatasi konflik.

SettiaBlog sekali lagi minta maaf sebesar-besarnya pada keluarga Gusti Kanjeng Ratu Pembayun atas candaan SettiaBlog waktu itu.

No comments:

Post a Comment