Jun 5, 2021

Belajar Ikhlas karena Allah SWT dalam Berkarya

 


 Pasti salah satu orang yang pernah membaca blognya Settia ada yang bertanya, dari mana SettiaBlog dapat ide kok rutin membuat postingan. Apakah ada orang lain di belakang SettiaBlog? Kalau secara langsung, perasaan tidak ada orang yang membantu SettiaBlog dari belakang. Walaupun bahasan SettiaBlog tidak bermutu, ide memang di perlukan. Dari mana idenya? Kali ini SettiaBlog akan beberkan dari mana SettiaBlog dapat ini. Tapi yang SettiaBlog lakukan ini bukan contoh yang baik, karena tidak sesuai dengan teori dan prosedur menulis yang ada. Kayak bahasan yang kemarin itu dapat idenya gini. Waktu jalan di jalan setapak SettiaBlog melihat bunga kamboja kuning berserakan, dan baunya harum semerbak. SettiaBlog ambil ember terus SettiaBlog kumpulkan. Dan di depan ada yang berwarna red-purple juga banyak yang jatuh, terus SettiaBlog masukkan juga ke ember. Niatnya mau di buang ke tempat sampah, begitu lihat keindahan kamboja kuning dan red-purple yang tercampur di ember, SettiaBlog tak jadi membuangnya lalu SettiaBlog tuang di atas batu alam warna hitam dan SettiaBlog jepret pakai kamera handphone. SettiaBlog lihat hasil jepretannya tadi, malah jadi ingat wanita yang SettiaBlog lihat di pagi harinya. Wanita itu kenakan baju kombinasi merah sama hitam dengan sedikit motif garis. Itu seingat SettiaBlog, ya mungkin model bajunya yang pas, walaupun wanita itu sudah berumur (punya anak) tapi enak di lihat dan cantik. Kamboja yang jatuh dan wanita berumur yang tetap menarik memiliki kesejajaran. Kamboja tidak bisa kembali ke tangkai nya dan si wanita tidak bisa kembali jadi muda. Terus muncul ide introspeksi diri merupakan cara untuk menjaga agar tetap wangi dan cantik seperti bunga kamboja yang jatuh. Ya seperti itulah bahasan SettiaBlog di buat, tanpa konsep (ini tidak sesuai dengan metode yang ada, jangan di tiru). Entah ilmu itu apa namanya cocokologi (ilmu mencocok-cocokan)? spontanologi (langsung menulis tanpa konsep)? atau ngawurologi (asal membuat bahasan? he....he...ya mana ada ilmu kayak gitu. 



Dalam melakukan apapun, termasuk menulis di blog, SettiaBlog punya keyakinan, semua yang ada di dunia ini bisa terjadi atas izin Allah SWT. Namun SettiaBlog juga sadar, SettiaBlog ini manusia waras yang punya nafsu, tentu tak lepas dari bisikan setan. Makanya SettiaBlog selalu menekankan untuk berhati-hati dalam menanggapi bahasan SettiaBlog. Untuk mengurangi bisikan setan, SettiaBlog selalu berdo'a "ya Allah, jangan biarkan hambamu ini berdiri sendiri walau hanya sekejap mata" (do'a ini tidak ada dasarnya, jangan di tiru, ini do'a pribadi SettiaBlog). Dasar pemikiran SettiaBlog itu hanya sederhana. Bekerja karena Allah SWT, tentu tidak akan pernah berhenti mati. Sebab ia bekerja hanya mengharap ridha Allah Yang Maha Hidup. Bukan mengharap pujian manusia yang akan fana, atau sanjungan orang yang ada kepentingan atau balasan materi yang tidak abadi. Ini pegangan SettiaBlog dalam menjalani hidup agar tetap semangat. Karena setiap manusia hidup tentu punya masalah, cobaan dan ujian seperti lirik "The House That Built" di atas.

Orang yang ikhlas tentu akan membuat kinerja menjadi bermakna dan tidak sia-sia. Kinerja yang bermakna adalah kinerja yang berangkat dari hati yang ikhlas dan mengikuti aturan yang disyariatkan di dalam Islam. Lalu akan memberikan terbaik dalam ibadah, beramal dan bekerja, karena ia berkeyakinan bahwa Allah SWT merupakan tujuan terbaik di atas segalanya. Bekerja dengan ikhlas itu memang kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Namun tidak mustahil dilalui dengan terus belajar ikhlas dan membiasakan diri menjadi orang yang ikhlas.

Dikisahkan ketika seekor burung kecil berusaha memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Nyala api yang disiapkan Raja Namrud itu begitu besarnya, sementara sang burung hanya meneteskan air dari paruhnya yang mungil. Ia bolak-balik mengambil air, kemudian membuangnya ke tengah api. Begitu berulang-ulang. Tentu saja hewan-hewan lain mentertawakannya: “Mana mungkin kau bisa memadamkan api itu?”

Burung kecil itu hanya menjawab: “Aku tahu tidak mungkin memadamkannya. Tapi aku ingin Allah SWT mencatat bahwa aku telah peduli dan berusaha.”

Dan akhirnya api memang tidak bisa membakar Nabi Ibrahim dengan mukjizat dari Allah SWT. Namun usaha burung kecil tetap dicatat sebagai amal kebajikannya.

Allah SWT tidak melihat hasil, tetapi melihat usaha yang kita lakukan sebisa mungkin sesuai kemampuan kita. Sebab bisa jadi pekerjaan besar bahkan super besar, dapat dikerjakan oleh orang yang biasa-biasa saja bahkan di bawah biasa, seperti kita. Namun Allah-lah yang Maha Besar, yang berkenan membesarkan-Nya, karena ada keikhlasan dan kesungguhan dari hamba-Nya.

No comments:

Post a Comment