Aug 1, 2020

Kunci Rumah Tangga yang Berkah



Melihat klip "Hallucinate" di atas, SettiaBlog jadi ingin menulis hal yang sering mengganggu. Ini hal yang paling tidak di sukai SettiaBlog. Sering munculnya gambaran yang kurang baik. SettiaBlog juga tidak pernah meminta, ya, muncul begitu saja. Kenapa belakangan ini sering lihat pecahnya satu kelurga, yang aneh malah wanitanya yang selingkuh karena kena rayuan lelaki tak bertanggung jawab. Tapi abaikanlah gambaran-gambaran itu, mungkin itu hanya halusinasi SettiaBlog. Namun SettiaBlog tetap mengimbau untuk yang jauh di sana dan yang ada di sekitar SettiaBlog. Jagalah aset berharga yang Anda miliki, bisa harta benda, anak istri dan saudara! Lalu bagaimana menjaganya? Sedikit tips dari SettiaBlog, yaitu dengan memahami kunci rumah tangga yang berkah.


Siapa tidak ingin hidup bahagia dalam berumahtangga? Rasanya tak satu pun manusia menghendaki yang sebaliknya. Semua ingin bahagia, semua ingin keluarga sakinah, keluarga yang penuh berkah. Tetapi, bagaimana mewujudkan keberkahan dalam rumah tangga, ini yang setiap pasangan mesti benar-benar meneguhkan tekad untuk mewujudkannya.

Dan, sebagaimana sifat agama Islam yang sempurna dan bisa diamalkan, mewujudkan rumah tangga yang berkah juga tidak sulit. Berikut beberapa kunci-kuncinya.

Pertama, memastikan setiap nikmat kian mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Ibn Hazm memberikan patokan. “Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah hanyalah musibah.” Hal ini banyak contohnya. Seperti televisi misalnya, ketika pasangan sepakat membeli televisi, pertanyannya sederhana saja, apakah televisi itu dibeli untuk edukasi atau sekedar hiburan. Jika belum dikaruniai anak, mungkin tidak terlalu repot. Tetapi, kala ada anak, apakah sudah siap menjadikan anak teredukasi dengan adanya televisi di rumah. Jika ternyata televisi membuat anak kehilangan gairah belajar, bahkan mungkin diri sendiri lalai dari sisi waktu dan menurun produktivitas dari segala sisi, jelas memiliki televisi bukan hal yang penting untuk dipertahankan.

Termasuk memiliki benda-benda lainnya, seperti gadget, motor hingga mobil. Kadangkala ada rumah tangga yang hari-hari seperti stress karena sibuk memikirkan cicilan yang harus dilunasi. Akibatnya, nikmat yang semestinya membawa kesyukuran justru mengakibatkan keriuhan rumah tangga yang tidak perlu.

Kedua, memastikan apakah rumah senantiasa diramaikan dengan bacaan Al-Qur’an. Dalam konteks ini ada dua hal mendasar.
Pertama memang membaca Al-Qur’an.
Kedua, menjadikan yang belum bisa membaca Al-Qur’an menjadi bisa dan senang membaca Al-Qur’an.
Tentu saja seorang suami wajib memastikan seluruh anggota keluarganya bisa baca Al-Qur’an dan mendorong agar gemar membacanya. Sebab, membaca Al-Qur’an di rumah tidak saja mendatangkan pahala dan ketentraman hati, tetapi sekaligus memastikan rumah aman dari gangguan. Dari Abu Hurairah radhiAllahu’anhu bahwa Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam bersabda, “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian pekuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim).

Ketiga, memastikan dzikir di dalam rumah senantiasa diamalkan. Mungkin telah jamak dialami umat Islam yang kala di rumah tiba-tiba hati menjadi gelisah, dada terasa sempit karena muncul hal tiba-tiba dan tidak sesuai harapan. Dalam situasi apapun, hendaknya pasangan suami istri senantiasa dzikir kepada Allah, sehingga lahir ketentraman hati.
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"....(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Rad’u [13]: 28). Kemudian, lebih lanjut Rasulullah menjelaskan bahwa dzikir menjadikan rumah kita hidup dan bersinar.
“Perumpamaan rumah yang dijadikan sebagai tempat mengingat Allah dan rumah yang tidak dijadikan sebagai tempat mengingat Allah adalah bagaikan perbedaan antara orang yang hidup dan mati.” (HR. Muslim).

Keempat, jadikan rumah sebagai basis konsolidasi pencegahan diri dan keluarga dari api neraka.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim: 6).
Artinya, jangan sampai rumah menjadi sarana diskusi dan komunikasi suami-istri dan anak dalam hal yang mengundang murka Allah Ta’ala.

Kelima, terus-menerus memacu diri hidup dengan tuntunan syariah. Jika suami pebisnis, pedagang, maka hendaknya mengerti hukum halal haram. Sebab, pedagang yang jujur tempatnya surga, dan pedagang yang curang, tempatnya neraka. Dengan demikian, harta yang masuk ke dalam rumah adalah harta yang secara syariah bisa dipasitkan kehalalalannya. Bukan yang meragukan. Jika suami atau istri seorang penegak hukum, pastikan tidak mengambil harta dan benda berupa apapun melalui jalan yang tidak sesuai ketentuan. Hal ini mungkin bisa menambah aset secara material dan finansial, tetapi itu mengikis kebahagiaan hidup rumah tangga, termasuk keberkahan hidup seluruh keluarga. Oleh karena itu, setiap keluarga harus mendekatkan diri kepada Allah sesuai profesi yang ditekuninya dengan mengacu pada aturan-aturan syariah yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Sebab, tanpa kesesuaian dengan syariah, sebanyak apapun harta, ujungnya tetap membahayakan kehidupan dunia-akhirat kita sendiri.

Di sinilah kita memahami hikmah mengapa di dalam Islam, belajar agama itu (yufaqqihu fiddin) tak pernah kenal batas usia. Status perintahnya wajib hingga ajal menjemput. Sebab, orang yang cerdas dalam pandangan Islam hanyalah orang yang hidup dengan menahan hawa nafsu dan mempersiapkan hidup setelah mati. Tentu masih ada langkah lainnya, seperti menjalin silaturrahim, tak pernah lalai untuk bersedekah, membantu sesama dan aktif dalam beragam program amar ma’ruf nahi munkar. Bagi yang sudah berumur dan berilmu, jangan pelit membagikan ilmu kepada para yuniornya. Jika ini semua bisa diupayakan dalam keseharian rumah tangga kita, insya Allah keberkahan hidup akan sangat terasa, dimana kian hari rasa hati kian tentram tunduk dan taat kepada ketentuan Ilahi.

No comments:

Post a Comment