Aug 4, 2020

Hindari Kata Cuma atau Hanya



Lirik klip "seven" di atas di tujukan untuk salah satu teman masa kecilnya Taylor Swift yang tampaknya kurang memiliki kehidupan bahagia di rumah. Karena menyepelekan masalah dan menganggap masalah yang dihadapi bisa dengan mudah diatasi. SettiaBlog bukan bermaksud promosi lagu barunya Taylor Swift. Entah kenapa kok lagunya sering senada dengan bahasan SettiaBlog, kayak ada ikatan batin yang kuat. SettiaBlog selalu memandang semua hal itu penting. Apalagi persaudaraan, baik yang jauh di sana atau di sekitar SettiaBlog, semuanya penting. Dan berusaha menghindari kata cuma atau hanya. Apa alasannya? Di bawah ini SettiaBlog kasih tahu alasannya.


“Ah cuma sekali ini nggak salat subuh.”
“Ah cuma 700 ribu ini cicilannya.”
“Ah cuma makan daging sepotong ini.”
“Ah cuma dekat ini gak perlu pakai helm.”
“Ah cuma sekali ini stalking medsos mantan kok!”

Sering mendengar kalimat-kamimat di atas? Atau malah jangan-jangan kita sendiri pelaku yang sering kali mengucapkan kata-kata seperti itu. Kelihatannya apa yang kita lakukan itu terlihat seperti hal-hal sepele ya, namun tanpa kita sadari dari hal yang bermula ‘Ah cuma’ ini pada akhirnya bisa menimbulkan begitu banyak masalah serius dalam hidup kita. Jika kita telaah lebih dalam lagi, semua masalah-masalah besar yang terjadi di hidup kita itu kadang dilatarbelakangi dari hal-hal kecil yang kerap kita sepelekan itu.

Awalnya mungkin kita cuma melewatkan salat subuh sekali, tapi tak menutup kemungkinan di lain hari kita akan mengulang hal serupa. Sekali, sekali, sekali, jadinya yah berkali-kali. Sehingga hal tersebut menjadi kebiasaan dan membuat kita jadi terbiasa untuk meninggalkan ibadah tanpa ada rasa penyesalan.

Mengambil cicilan kredit pun juga begitu. Mungkin awalnya kelihatan nominalnya sedikit dan masih terjangkau dengan gaji yang kita miliki. Kita cenderung menyepelekan hal tersebut dengan ungkapan ‘Ah cuma’. Iya kalau ambil kreditan atau hutangan itu cuma satu item, bagaimana kalau ‘Ah cuma’ itu diucapkan untuk beberapa item kreditan? Hutang yang tadinya nominalnya sedikit, gara-gara kita menyepelekan hutang, jadinya hutang kita menumpuk. Ujung-ujung ya kita puyeng sendiri mikirin, gimana bayar setorannya.

Mau sedikit atau banyak itu yang namanya hutang ya tetap saja hutang. Ingat kata Santiago Si nelayan tua dalam buku The Old Man and The Sea karya Ernest Hemingway, “..Kuusahakan untuk tidak pernah pinjam uang. Mula-mula kau hanya pinjam. Nantinya ....” Banyak kan kejadian orang yang suka menyepelekan hutang, tahu-tahu tanah sama sawahnya ludes buat bayar hutang. Hutang atau cicilan yang kecil-kecil itu kadang yang justru luput dari perhitungan kita. Lagu lingkaran kecil…lingkaran kecill…jadinya ya lingkaran besar. Hutang juga gitu. Hutang sedikit..hutang sedikit…jadinya ya banyaklah.

Sedangkan berbicara tentang pola makan atau pola hidup sehat, tak dapat dimungkiri kita juga kerap kali terlena oleh godaan dan sangat suka sekali menyepelekannya. Mungkin benar, kita hanya makan sepotong daging, namun efeknya ya gitu. Kolesterol naik, tekanan darah naik, kepala jadi nyut-nyutan, dan tangan kayak kesemutan semua. Syukur-syukur gara-gara daging itu tidak perlu diopname di rumah sakit. Padahal kan ‘cuma’ sepotong daging saja kan?

Hal ini juga berlaku untuk semua hal bukan cuma daging saja. Tak jarang kan kita kerap sakit perut gara-gara suka menyepelekan makan sambal. Ada juga yang akhirnya sakit maag gara-gara melewatkan makan. ‘Ah cuma’ tidak makan ini! Ya sudah, siap-siap saja Anda dikoyak-koyak sakit maag! Sudah tahu punya riwayat sakit maag, tapi masih juga menyepelekan makan. Ya mau gimana lagi. Itu namanya cari sakit sendiri.

Kata ‘Ah cuma’ sepertinya juga suka sekali digunakan orang-orang untuk tidak memakai helm. Padahal mau dekat atau jauh, saat kita menggunakan kendaraan harusnya kita wajib menggunakan helm. Toh, kita menggunakan helm juga untuk diri sendiri bukan orang lain, apalagi untuk polisi. Kalau misal terjadi kecelakaan, helm tersebut juga yang bakalan melindungi kepala kita.

Gimana ya jelasinnya. Intinya mau dekat atau jauh, yang namanya kecelakaan itu tak pandang bulu. Memang semuanya itu sudah diatur melalui takdir, tapi kita sebagai manusia sudah seharusnya mengusahakan keselamatan untuk diri sendiri. Hal seperti itu bisa juga dikatakan sebagai bentuk syukur kita sehingga kita menjaga diri kita dari keadaan yang tidak dinginkan.

Awal mula hati remuk dan pikiran galau pun tak jarang hanya berawal dari ‘Ah cuma’. Iya, mungkin cuma memantau akun media social mantan, tapi bagaimana kalau Anda lihat postingan dia sama pacar barunya? Tadinya yang cuma penasaran dengan kehidupan mantannya, jadi baper dan nangis berjillid-jilid jadinya. Ah cuma lihat di depan rumah mantan saja kok!

Banyak juga kata ‘Ah cuma’ kita gunakan untuk mengecilkan diri kita sendiri. “Aku mana bisa sukses, aku ini ‘ah cuma ‘ serbuk sari yang bakalan kabur tertiup angin sebelum sempat bertemu putik.” Jadi gimana kita mau maju, jika di dalam pikiran saja kita sudah dikuasai mental menyepelekan diri sendiri.

Jangan suka meremehkan hal kecil, karena semua hal besar itu tak datang tiba-tiba, semua di mulai dari hal-hal kecil. Oleh karenanya, mulai sekarang biasakan diri untuk tanggung jawab terhadap diri sendiri agar tidak menyebabkan masalah untuk diri sendiri, orang lain, lingkungan, atau bahkan negara.

Menyepelekan masalah kecil di keluarga juga bisa merusak hubungan

Menjaga sebuah hubungan bukanlah hal mudah. Menghadapi masalah dalam hubungan adalah normal, namun tak sedikit orang yang menyepelekan masalah kecil hingga akhirnya menjadi besar dan dapat mengancam keberlangsungan hubungan.Berikut beberapa masalah yang jika disepelekan di awal hubungan rentan merusak sebuah hubungan:

Ketidakcocokan

Masalah ketidakcocokan adalah salah satu masalah terbesar yang sering dihadapi dalam hubungan. Misalnya, ketika Anda ingin pergi berpesta, namun pasangan Anda hanya mau bermalas-malasan di rumah, atau ketika Anda suka dengan sesuatu yang sifatnya petualangan, namun pasangan Anda suka menghabiskan waktu untuk membaca buku. Setiap orang memang memiliki keunikan masing-masing, sehingga perbedaan adalah hal wajar. Namun, jika Anda dan pasangan nyaris tidak memiliki kesamaan, maka kondisi itu bisa memicu permasalahan di masa depan. Jika Anda menghadapi situasi ini, cobalah meluangkan waktu untuk memahami satu sama lain dan membicarakan tentang apa yang bisa kalian nikmati bersama.

Tidak ada keintiman

Keintiman adalah inti dari sebuah hubungan. Jika Anda sudah merasakan hubungan yang tidak menyenangkan dengan pasangan, apalagi jika terjadi di awal hubungan. Alih-alih menyimpannya sendiri, lebih baik Anda mengomunikasikannya dan mencari solusinya.

Berbeda prioritas

Dalam sebuah hubungan, prioritas dapat menyiratkan cinta seseorang terhadap pasangannya. Apakah Anda dalam hubungan jangka pendek maupun panjang, menghormati keinginan pasangan di atas kepentingan yang lain adalah sebuah tanda cinta. Meski begitu, jika Anda baru saja memulai hubungan dan sudah merasakan punya banyak perbedaan prioritas dengan pasangan, maka Anda perlu membicarakannya kembali. Sebab jika dibiarkan, situasi tersebut hanya akan semakin buruk.

Pasangan terlalu mengontrol

Terkadang, seseorang menjadi sangat mengontrol dan terlalu banyak meminta. Situasi ini bisa memicu konflik dan kebingungan. Jika pasangan Anda selalu berusaha mengontrol keputusan Anda, maka hubungan tersebut tidak sehat dan rentan mengalami kehancuran. Dalam setiap hubungan, sikap saling memahami dan merdeka sangatlah penting, dan sebaiknya setiap pasangan memahami nilai mereka.

Mengambil ruang pribadi

Rasa cemburu, tidak aman dan keraguan adalah tiga aspek paling negatif dalam sebuah hubungan. Dalam beberapa kondisi, hal-hal ini seringkali memprovokasi seseorang untuk menginvasi ruang pasangannya atau "memeriksa" pasangannya secara tidak perlu. Saat kita menjalin hubungan, tidak berarti kita dapat menghilangkan ruang pribadi pasangan. Kebiasaan ini dapat menyebabkan masalah di masa depan, dan bahkan dapat membuat pasangan kita mengambil langkah drastis yang mengejutkan.

Tidak mau berkomunikasi

Komunikasi adalah kunci kesuksesan dalam sebuah hubungan. Jika Anda sudah kehilangan ketertarikan untuk mendiskusikan masalah atau berkomunikasi dengan pasangan, maka waspadai itu sebagai sebuah masalah yang ada dalam hubungan Anda.

Kurangnya rasa percaya

Loyalitas dan kepercayaan adalah fondasi yang kuat untuk sebuah hubungan. Inilah yang membuat sebuah ikatan tetap hidup. Meski begitu, jika Anda sudah curiga terhadap pasangan Anda atau sebaliknya, maka ini saatnya Anda mempertimbangkan kembali pilihan dalam hidup Anda. Kehilangan kepercayaan dari seseorang sangatlah mudah, tapi mendapatkan kepercayaan adalah hal yang sangat sulit

No comments:

Post a Comment