Aug 11, 2020

Hati - hati, Pujian Bisa Menghancurkan Anda


Beberapa bahasan SettiaBlog sengaja di tujukan untuk yang merasa punya sifat ini; gengsinya besar, tidak suka dianggap remeh dan tidak suka direndahkan, ia ingin selalu dihargai dan dihormati oleh siapapun, terkadang ia menunjukkan sikap angkuh dan tidak mudah meminta maaf. Kalau SettiaBlog suka lihat cewek jutek dan suka marah, tapi orang lain. Memang karakter di atas bisa membantu meraih keberhasilan tapi ada juga sisi kurangnya. Biasanya grusa grusu dan ceroboh, makanya SettiaBlog sering memberi tekanan dan sindiran, biar lebih waspada. Dan jika mendapat sanjungan (pujian) mudah terlena, harus ingat sanjungan dapat mencekik kita perlahan-lahan.

Memang menyenangkan ketika kita dikelilingi oleh orang-orang yang bisa menghargai dan menerima kita apa adanya. Sebaliknya, kita akan merasa sedih dan merasa ada yang salah dengan diri kita jika ada orang yang membenci. Kita juga akan merasa seperti "orang asing" ketika lingkungan tidak dapat menerima dan memahami kita. Kenyataannya, kita tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Kita juga tidak dapat memaksa semua orang untuk menerima dan menghargai kita. Walaupun kita sudah bersikap sebaik apapun, tetap saja akan ada yang tidak suka.

Memberi pujian adalah salah saru hal yang kita lakukan untuk menunjukkan kekaguman dan penghargaan kepada seseorang. Semua orang senang dipuji. Apalagi kalau yang memberi pujian adalah orang terdekat atau orang yang berharga dalam hidup kita. Pujian bisa memberi semangat dan motivasi bagi seseorang dalam melakukan suatu hal dengan lebih baik lagi. Misalnya, seorang anak memberitahu orangtuanya bahwa ia mendapatkan peringkat 1 di kelas. Lalu, orangtuanya memuji si anak sebagai anak yang pintar dan mereka bangga akan prestasi anaknya. Karena senang setelah dipuji oleh orangtuanya, akhirnya anak tersebut selalu rajin belajar dan berperilaku baik di sekolah maupun rumah.

Seorang karyawan mendapat pujian dari atasannya atas kinerjanya yang baik. Kemudian karyawan tersebut selalu berusaha memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan tempatnya bekerja. Seorang penulis mendapat pujian dari para pembacanya atas karya-karyanya yang luar biasa. Kemudian penulis tersebut semakin bersemangat dalam menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Namun di sisi lain, pujian juga bisa menghancurkan diri kita jika tidak pandai dan bijak dalam menyikapinya. Pujian bisa membuat orang terlena dan jadi besar kepala.

Orang yang mabuk pujian biasanya akan mudah marah dan tidak terima bila dikritik. Selalu merasa diri paling benar sedangkan orang lain selalu salah. Mereka merasa bahwa orang yang mengkritiknya adalah orang yang tidak suka padanya. Mereka menganggap bahwa kritik tersebut adalah upaya untuk menyakiti dan menjatuhkan harga dirinya. Padahal kritik juga diperlukan bagi seseorang sebagai bahan evaluasi agar bisa berubah menjadi lebih baik. Selama kritik yang ditujukan pada kita adalah kritik yang membangun, tentu tidak masalah kan? Kritik adalah penyeimbang sekaligus pengingat bahwa kita tidak selalu benar dan orang lain tidak selalu salah.

Ada dua hal yang bisa dilakukan agar kita tidak menjadi orang yang mabuk pujian.
Pertama, bersikaplah sewajarnya dalam menerima pujian. Senang boleh, tapi sewajarnya saja. Sikapi pujian tersebut dengan tetap bersikap rendah hati (bukan rendah diri). Dan ingatlah bahwa di luar sana masih banyak orang yang lebih hebat dari kita.
Kedua, tetap introspeksi diri atas apa yang sudah kita lakukan selama ini. Mungkin secara sadar atau tidak, kita sering menyakiti orang lain dengan lisan atau perbuatan kita.

Mungkin selama ini kita terlalu sombong sehingga suka memandang rendah orang lain. Mungkin kita terlena dengan pujian orang sehingga merasa selalu benar dan tidak bisa menerima pandangan orang lain.

No comments:

Post a Comment