Dec 26, 2020

Tip's Kelola Keuangan di Masa Sulit

 


 Kali ini SettiaBlog harus berterima kasih pada Avril Lavigne, karena telah membuat mbrabak (meneteskan air mata) SettiaBlog. Tadi malam setelah mendengar ulang lagu "head above water" nya, tak terasa mata SettiaBlog mengeluarkan air mata. Suara deburan ombak, riuh camar dan desah nafas yang dalam Avril meluluhkan SettiaBlog. Seakan SettiaBlog merasakan kesedihan yang di rasakan Avril. SettiaBlog menyeka air mata, pergi ambil wudlu. Shalat malam, terus lama bersimpuh di atas sajadah dalam sunyinya malam. Berdo'a untuk yang jauh di sana dan yang ada di sekitar SettiaBlog. Maaf semuanya, hanya itu yang SettiaBlog bisa lakukan. SettiaBlog bukan Aladdin yang bisa terbang kemana-mana dengan sajadahnya. Makna "Head above water" itu sendiri, bisa diartikan to succeed to survive in bad financial situations (berjuang dalam kondisi keuangan yang sulit), seperti yang di rasakan semua orang saat ini. Dan pengelolaan keuangan yang baik tentu bisa membantu lewati keadaan sulit ini. Seperti bahasan "tip's cerdas kelola keuangan di masa sulit" di bawah ini, Sambil dengerin lagu "head above water" versi gitar, ya...ndak seenak aslinya c.



Hingga saat ini masih banyak orang yang melakukan kesalahan dalam mengelola uang sehingga dirinya mengalami masalah keuangan. Salah satunya mungkin SettiaBlog. Misalnya, bukan hanya tidak bisa memenuhi kebutuhan, tapi ada pula yang sampai tidak bisa menabung, apalagi investasi. Dari beberapa kasus yang ada, banyak penyebab yang membuat seseorang merasa sulit mengelola keuangan pribadinya.

1. Hasrat untuk belanja terus Menerus

Sulitnya mengatur keuangan pribadi bisa disebabkan oleh pengaruh impulsif seseorang untuk belanja dan belanja. Biasanya jika ada barang baru atau online shop menawarkan barang dengan harga miring akan menjadikan hasrat untuk berbelanja semakin besar. Selain itu adanya promo dan diskon juga membuat orang mudah dalam berbelanja dan terus - terusan melakukan hal itu. Dari kondisi di atas memunculkan hasrat atau keinginan seseorang untuk terus berbelanja bahkan terkadang sampai tidak terkendali. Semakin orang berhasrat ingin belanja dan menjadikannya kegemaran, maka orang akan sulit dalam mengelola keuangan. Hasrat atau pengaruh impulsif muncul karena sifat pribadi yang tidak bisa diatur dalam mengelola diri dan keuangannya. Anda harus menghindari hal tersebut.

2. Gengsi dan gaya hidup berlebihan

Selain belanja yang menjadi hobi, nyatanya gengsi dan gaya hidup yang berlebih bisa menjadikan seseorang sulit dalam mengelola uangnya sendiri. Hal ini disebabkan karena gengsi kepada orang lain terutama dalam urusan gaya hidupnya membuat seseorang berusaha memberi kesan hidupnya agar selalu terlihat mapan. Hal ini berdampak pada pengeluaran seseorang yang tidak sedikit karena bisa digunakan untuk membeli barang mahal dan mewah. Hal ini jika dibiarkan akan mengakibatkan kesulitan untuk mengatur keuangan pribadi karena terlalu menghabiskan uang untuk gengsi dan memenuhi gaya hidup yang terkesan boros. Keuangan Anda berpotensi akan hancur juga bisa terjadi karena hutang dan sulit mengatur keuangan hanya karena masalah gengsi semata.

3. Lingkungan tak sesuai kondisi finansial

Sebenarnya ini masih berhubungan dengan faktor sebelumnya, namun ini bisa terjadi karena Anda tinggal pada lingkungan yang kurang sesuai dengan kondisi finansial Anda. Memang lingkungan sekitar bisa sangat mempengaruhi gaya hidup dan gengsi. Jika Anda hidup di lingkungan yang tergolong mewah, bukan tidak mungkin Anda akan ikut – ikutan bergaya hidup seperti itu meski tidak sesuai dengan kemampuan Anda. Meski Anda memiliki sikap tegas tidak ikut gaya hidup tersebut namun jika terlalu sering berada di lingkungan tersebut, Anda tetap akan kesulitan untuk tidak mengikuti apa yang mereka lakukan. Karena faktor inilah, kesulitan mengelola keuangan bisa terjadi karena ingin membeli barang demi tuntutan lingkungan sekitar. Jika Anda terlalu sering melakukan pemborosan dan mengeluarkan uang untuk barang mewah, bukan tidak mungkin Anda jatuh pada masalah keuangan.

4. Apatis soal Investasi dan masa depan

Masalah terakhir yang membuat Anda kesulitan mengatur keuangan sendiri adalah apatis atau tidak mau tahu soal investasi dan masa depan keuangan Anda. Masa depan tidak bisa diprediksi sehingga harus direncanakan dengan baik. Bagaimana merancang keuangan masa depan juga tergantung pada mengelola keuangan hari ini yang sangat menentukan. Jika investasi dan masa depan tidak Anda dihiraukan tentu akan mempengaruhi kondisi Anda di masa depan. Ada baiknya masa depan Anda rencanakan dengan baik sehingga mampu dan siap menghadapinya, misalnya dengan investasi dan menabung. Jika Anda tidak peduli dengan hal ini bisa jadi Anda akan terus menghamburkan uang hari ini untuk hal tidak penting sehingga sulit mengatur keuangan pribadi dan jatuh dalam masalah keuangan di masa depan.

Tapi kita tidak perlu terburu kecil hati. Bahkan, IMF pun memperkirakan Indonesia akan masuk dalam kelompok negara yang cepat mengalami pemulihan setelah pandemi berlalu. Optimisme itu sejalan dengan proyeksi IMF atas pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan yang sebesar 6,1%. Ini tentu proyeksi yang membesarkan hati kita semua. Sekarang tinggal bagaimana kita pintar-pintar mengelola keuangan masing-masing agar selamat melalui tahun yang penuh dengan rintangan ini. Lalu, bagaimana cara kita untuk mengelola keuangan?

1. Hindari panik

Saran ini terdengar sangat mudah untuk dilakukan. Namun percayalah, tidak mudah untuk tidak terjebak dalam kepanikan saat kita berada di situasi sulit. Menjelang atau selama masa sulit, kita akan mendengar banyak rumor ini itu, atau bahkan hoax. Nah, di saat menerima kabar yang belum jelas kebenarannya, kita sebaiknya tidak langsung bereaksi. Cek dan ricek terlebih dulu informasi yang kita terima, daripada kita menyesal belakangan.

2. Menunda pengeluaran yang tidak perlu

Selama keadaan sulit, sikap paling bijak dalam mengelola keuangan adalah menahan pengeluaran sebisa mungkin. Mengapa? Karena di masa sulit, ada risiko arus masuk uang kita akan tersendat. Misal, Anda yang berstatus karyawan terancam mengalami pemangkasan gaji. Atau yang berbisnis, bisa jadi mengalami penurunan omzet. Di saat arus kas masuk berjalan perlahan, maka yang perlu kita lakukan tentu menyetel arus keluar uang Anda di kecepatan yang sama. Ini artinya, Anda perlu menyusun ulang skala prioritas pengeluaran. Tundalah berbagai pengeluaran yang tidak perlu. Di masa pandemi, biaya yang bisa ditunda misalnya biaya berekreasi atau makan di luar.

3. Lunasi utang yang menumpuk

Hal lain yang bisa kita lakukan untuk menyesuaikan arus kas keluar dengan arus masuk dana adalah mengurangi utang, terutama yang berbunga tinggi seperti bunga kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), dan pinjaman online. Anda bisa menutup utang berbunga tinggi ini dengan menjual aset, mencairkan investasi, atau memakai dana darurat. Ketika utang sudah dibayar, segera kembalikan posisi aset, investasi, dan dana darurat ke level yang ideal. Melunasi utang termasuk strategi mengurangi beban karena selama masa sulit biasanya bunga utang akan naik. Berarti, jika Anda masih memiliki utang, Anda akan menghadapi kemungkinan peningkatan biaya.

4. Disiplin anggaran

Selama melalui masa sulit, kita tidak hanya harus menyusun ulang bujet saja, tetapi juga benar-benar menjalankan anggaran tersebut. Memang, tidak mudah bagi kita untuk mengikuti anggaran yang berisikan pemangkasan pemasukan juga pengeluaran. Namun, kedisiplinan mengikuti rencana anggaran itu merupakan kunci kita untuk menjaga kesehatan keuangan kita selama masa sulit.

5. Pilih instrumen investasi moderat

Kegiatan investasi tidak serta merta harus berhenti di masa sulit, termasuk selama pandemi COVID-19 ini. Bagaimanapun, investasi merupakan jalan bagi kita untuk mencapai tujuan finansial di masa depan. Yang perlu kita lakukan adalah mengocok ulang portofolio investasi hingga sesuai dengan kondisi di masa sulit. Lalu portofolio semacam apa yang paling sesuai dengan masa sulit? Tentu, portofolio yang condong ke aset-aset investasi yang memiliki tingkat risiko moderat, seperti reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, surat utang seperti ORI, SBR, atau sukuk ritel. Untuk sementara, kurangi dulu dana yang Anda putar di saham. Mengapa? Karena perdagangan di bursa saham biasanya akan berjalan lesu selama masa sulit. Jadi, jika kita bermain saham di masa sulit, kita akan menghadapi risiko dana kita nyangkut di saham tertentu. Atau risiko yang lebih buruk lagi, saham yang kita miliki mengalami penurunan harga yang tajam.

6. Perbesar investasi di instrumen likuid

Sejalan dengan upaya memangkas aset yang berisiko tinggi, kita juga seharusnya memperbesar penempatan dana di instrumen-instrumen investasi yang memiliki tingkat likuiditas tinggi. Reksa dana pasar uang, deposito, atau emas bisa kita pilih sebagai instrumen likuid di masa sulit. Kita perlu menempatkan dana lebih banyak di instrumen likuid selama masa sulit karena kita tidak pernah tahu risiko semacam apa yang akan muncul di masa-masa sulit ini. Untuk mengantisipasi terjadinya risiko yang tidak bisa diduga itu, kita perlu memegang instrumen investasi yang bisa kita cairkan dalam waktu cepat.

bottom notes

The function of leadership is to produce more leaders, not more followers
Artinya: Fungsi dari kepemimpinan adalah untuk menghasilkan pemimpin, bukan pengikut

No comments:

Post a Comment