Dec 27, 2020

Logical Fallacy yang Sering Terjadi di Sekitar Kita

 


 Selesai shalat maghrib SettiaBlog rebahan di kamar, dari luar terdengar suara hujan. SettiaBlog pikir hanya hujan biasa, ketika SettiaBlog membuka tirai cendela ternyata anginnya sangat kencang, pohon belimbing di depan rumah SettiaBlog sampai meliuk-liuk, yang terjadi di luar tidak seperti yang SettiaBlog dengar dari dalam. Ini yang di sebut logical fallacy. Begitu juga cara sudut pandang sebagian orang terhadap SettiaBlog. Mereka memandang SettiaBlog ini suka mabuk-mabukkan, suka wedo'an dan suka judi. Karena mereka menggunakan premis; SettiaBlog suka bergaul dengan orang-orang yang suka judi, SettiaBlog suka bergaul dengan anak-anak yang suka mabuk, SettiaBlog suka bicara terbuka tentang pelacur, tentang lokalisasi. Maka mereka menyimpulkan bahwa SettiaBlog itu suka mabuk-mabukkan, wedo'an dan suka judi. SettiaBlog kadang hanya senyum-senyum mendengar pandangan seperti itu. Memang SettiaBlog kumpul dengan semua kalangan, tanpa membeda-bedakan, tapi tidak pernah melakukan seperti hal di atas. Ini juga termasuk logical fallacy. Tidak semudah itu menggunakan logika dalam kehidupan, tidak cukup hanya bermodal "JIKA.....MAKA...." (kausalitas), masih banyak lagi yang perlu di pertimbangkan. Dan harus berhati-hati ambil kesimpulan agar tak terjebak dalam logical fallacy. Logical fallacy atau biasa di sebut dengan "sesat pikir", banyak terjadi dalam kehidupan kita, di antaranya akan SettiaBlog uraikan di bawah ini. Untuk lagu yang SettiaBlog pilih kali ini "my favorite mistake", liriknya menyindir pasangan yang memiliki jalan pikiran berbeda dan akhirnya kandas di tengah jalan.



Banyak orang yang senang berargumen, apalagi kalau dia merasa bisa memenangkan argumen dari lawan. Tapi, apakah argumen itu benar alias tidak sesat pikir? Rasanya puas kalau kita memenangkan sebuah argumentasi, apalagi kalau kita bisa memenangkannya dengan telak. Namun terkadang, saat orang yang berargumen sudah terpojok oleh argumentasi orang lain, secara tidak sadar dia bakal melontarkan kata-kata yang menyerang pribadi lawan, baik itu asal identitas maupun fisiknya.

Dalam berargumentasi, seseorang tidak mungkin lepas dari sebuah kesalahan, tapi bukan kesalahan dalam substansi melainkan kesalahan dalam logika. Kesalahan-kesalahan dalam argumentasi tersebut dalam ilmu logika dikenal dengan logical fallacy atau dalam bahasa Indonesia disebut sesat pikir. Dalam ilmu logika, banyak sekali klasifikasi mengenai sesat pikir, tapi ada beberapa sesat pikir yang paling umum dilakukan oleh orang Indonesia dalam berargumentasi. Apa saja?

1. Argumentum Ad Baculum

Anggaplah Anda adalah seorang pegawai rendahan di sebuah perusahaan. Lalu Anda melihat ada seorang pemimpin divisi keliru dalam membuat laporan pekerjaannya. Sebagai seorang yang tahu tentang kesalahan tersebut, Anda lalu melakukan koreksi atas laporannya. Tapi pemimpin divisi tidak terima laporannya dikoreksi oleh pegawai rendahan seperti Anda. Dia lalu mengucapkan kata-kata semacam, “Tau apa kamu? Di sini jabatan saya paling tinggi, kamu cuma pegawai rendahan, jangan sok tau!”. Keseluruhan argumen dari pemimpin divisi tersebut tergolong ke dalam Argumentum Ad Baculum. Argumentum Ad Baculum merupakan sebuah pembenaran argumentasi dasar kekuasaan. Kekeliruan ini terjadi sebab argumen yang dilontarkan disertai dengan pengaruh kekuasaan seseorang.

2. Argumentum Ad Hominem

Ini istilah yang sering banget kita temukan di media sosial. Misalnya, “Berisik lu gendut udah sana olahraga aja jangan main hp”. Nah, selain bikin sakit hati, komentar tersebut tergolong ke dalam Argumentum Ad Hominem. Argumentum Ad Hominem artinya agumen yang diarahkan untuk menyerang manusianya secara langsung. Terdapat dua interpretasi dasar mengenai sesat pikir ini. Pertama penerapan argumen ini dapat menjadi tindak pelecehan terhadap pribadi individu yang menyatakan argumen. Kedua sesat pikir ini juga bisa menggambarkan aspek penilaian psikologis terhadap pribadi seseorang.

3. Argumentum Ad Misericordiam

Argumentum Ad Misericordiam adalah argumen yang didasarkan pada perasaan belas kasihan sehingga orang mau menerima atau membenarkan kesimpulan dari argumentasi tersebut. Kesimpulan yang diambil tidak sama sekali menitikberatkan pada peristiwa yang terjadi, tapi semata-mata karena perasaan belas kasihan, cinta, dan aspek rasa lainnya. Misalnya, A adalah seorang mahasiswa universitas B. Selama 3 tahun A selalu mengulang mata kuliah C dan tidak pernah lulus. Pada tahun berikutnya, A kembali mengambil mata kuliah C untuk keempat kalinya dengan dosen yang sama. Karena perasaan kasihan, dosen mata kuliah tersebut akhirnya meluluskan A dengan nilai pas-pasan. Kondisi kasihan pada mahasiswa A tersebut itulah yang disebut Argumentum Ad Misericordiam.

4. Argumentum Ad Populum

Sudah menjadi rahasia umum bahwa saat Orde Baru, setiap warga Indonesia diarahkan untuk memilih Golkar pada pemilu legislatif. Terlihat dari luar seperti biasa aja, tanpa masalah, karena jalannya demokrasi tidak terhambat. Tapi di balik itu, para PNS seringkali dimobilisasi oleh berbagai pihak untuk memilih Golkar, sementara mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Fenomena ini tergolong ke dalam Argumentum Ad Populum. Ini didefinisikan sebagai kekeliruan yang diterima secara umum tanpa tahu akan kebenarannya. Argumentum Ad Populum seringkali digunakan untuk menggiring massa atau mengangkat suatu narasi agar dipercayai oleh orang banyak.

5. Argumentum Ad Verecundium

Argumentum Ad Verecundiam adalah opini atau pandangan yang dikeluarkan oleh seorang pakar yang dinyatakan paling benar. Sesat pikir ini juga merujuk pada kekaguman seseorang terhadap suatu tokoh dan menjadikan argumen tokoh tersebut selalu benar di matanya. Contohnya, dalam program televisi terjadi perdebatan sengit antara politikus dengan ahli ekonomi mengenai revitalisasi Indonesia pasca wabah virus Corona. Jutaan pasang mata menonton siaran tersebut hingga akhirnya banyak yang memercayai pandangan politikus lebih benar dibandingkan ahli ekonomi, dengan alasan politikus lebih berpengalaman mengatur negara. Padahal kalau dilihat dengan saksama, pandangan sang ekonom jauh lebih rasional dan solutif.

bottom notes

SettiaBlog tidak membahas logical fallacy yang berhubungan agama di sini. Pernah SettiaBlog mendapat pernyataan dari seseorang buat apa shalat jengkang - jengking?" SettiaBlog tidak menyalahkan orang tersebut, karena itu hak dia. Ada yang bilang syari'ah itu tidak penting. SettiaBlog tidak menyalahkan mereka, itu hak mereka. Kalau SettiaBlog akan tetap menjalankan shalat sesuai syari'ah, karena shalat merupakan perintah langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW di Sidratul Muntaha. Ada yang bilang ini tidak masuk akal, tidak bisa di logika. Kalau SettiaBlog meyakini seyakin yakinnya kebenarannya. SettiaBlog kan hanya wong ndeso, wong bodo ndak pinter logika. Orang Yahudi juga sama, mencari tabut Nabi Musa yang katanya pernah hilang, yang salah satunya berisi perintah Tuhan secara langsung kepada Nabi Musa dan di anggap benda yang paling penting.

No comments:

Post a Comment