Jan 19, 2023

Susahnya Melihat Cela Diri Sendiri

 



Habis shalat Maghrib tadi SettiaBlog ketiduran, habisnya hujan ngrecéh (ndak reda - reda). Sekitar setengah delapan malam SettiaBlog bangun terus makan, lapar tadi belum makan. Simbok masak udang air tawar, SettiaBlog emang suka udang guring mentega. Ndak tahu sama Simbok di masak apa ini, lha wong udangnya di buat nyemek - nyemek (ada kuahnya sedikit) terus ada irisan bawang putih, irisan bawang merah, irisan lombok, irisan tomat.....mm...mm.... rasanya mantap lho, jangan ada yang pengen ya....he....he....
Ada pepatah, Udang tidak tahu dibungkuknya. (Tidak mengetahui akan cela dan cacatnya diri sendiri). Ya memang celanya seseorang itu barangkali lebih diketahui oleh orang lain, terkecuali orang-orang yang sangat pandai dalam intropeksi diri. Namun intropeksi diri itu bukanlah perkara yang mudah, sebab berurusan dengan hati dan kesadaran. Sadar atau tidak, mengakui sebuah kesalahan itu amatlah sulit, apalagi jika kita masih memiliki egois yang cukup tinggi. Hal ini bisa tergambar dari udang yang tidak akan menyadari bahwa mereka bungkuk. Bukan hal yang tidak mungkin jika mereka tidak sadar sama sekali. Sebab semestinya, kita lah yang tahu atas keburukan diri kita sendiri dari pada orang lain.
SettiaBlog sendiri kan juga seperti itu, pintar melihat cela orang lain tapi susah melihat cela diri sendiri. SettiaBlog juga sering menyakiti perasaan orang lain. Setiap manusia pasti pernah membuat kesalahan yang termaafkan maupun yang tidak termaafkan. Perpisahan adalah konsekuensinya atas semua kekecewaan yang dibuat. Namun, hal yang paling penting setelah menyadari itu semua adalah meminta maaf dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Dan semua hal tersebut dijelaskan panjang lebar oleh Avril Lavigne dalam lagunya "I Will Be" dalam klip di atas. SettiaBlog jadi ingat yang ndak - ndak, maafkan SettiaBlog yang suka jahil menyakiti perasaan orang lain, ya!

Kesalahan yang pernah kita lakukan akan terus menghantui kita, sebelum kita bertobat atau meminta maaf. Orang akan mengingat kita bukan dari sesuatu yang baik tapi kesalahan yang kita lakukan. Mungkin kita melakukan kebaikan sepuluh kali, tidak akan diingat tapi apabila kita melakukan satu kali kesalahan akan selalu diingat oleh orang lain. Begitu juga halnya dengan dosa. Dosa dan maksiat adalah kotoran bagi hati, kotoran dalam kehidupan manusia, Selama kotoran tidak dihilangkan, selama itu juga nodanya tidak akan hilang. Kalau badan yang kotor bisa mandi dengan sabun, jiwa yang kotor membasuhnya dengan ampunan dan rahmat Allah SWT. Dalam suatu permasalahan, banyak orang yang tidak mau mengakui kesalahan. Adakalanya orang tidak tahu bahwa ia sudah berbuat salah. Kewajiban orang terdekatnyalah untuk memberi tahu letak kesalahannya dan kewajiban dia pula menerima nasihat kebaikan. Tapi ada lagi yang tahu bahwa dirinya salah namun dia tidak mau mengakui kesalahannya. Bisa karena kesombongannya, bisa karena malu. Sebenarnya tidak susah mengakui kesalahan, syaratnya kita mempunyai jiwa besar. Seorang yang selalu bersembunyi dibalik kesalahannya. Akhirnya, selamanya orang tersebut terkurung dengan kesalahannya. Semakin lambat kesalahannya dibenahi akan semakin susah kesalahannya diperbaiki.

Kebiasaan seseorang mencari kesalahan di luar darinya. Mencari kambing hitam adalah kebiasaan yang akan merusak diri sendiri. Sebab instropeksi diri akan terlambat. Kebiasaan menuding orang lain, mengoreksi orang lain akan membuat proses perbaikan diri menjadi agak lambat. Jika seseorang langsung mencari dulu akar permasalahan dari dirinya dulu, tak perlu mencari-cari penyebab kesalahan kemana-mana, supaya kita berhenti berdalih, supaya kita berhentti mencari kambing hitam. Dan kita akan semakin cepat maju dan tercerahkan. Kerugian sebenarnya buat yang tidak instropeksi diri. Kesalahan yang kita perbuat apabila ada yang mengoreksi atau menegur oleh orang lain, sebenarnya bukan kerugian. Kuncinya adalah menerima dan berterima kasih sudah dikoreksi.

Mengapa manusia sulit mengakui kesalahannya sendiri dan cenderung melimpahkan kesalahan pada orang lain?
Kalau menurut SettiaBlog c bisa jadi karena banyak faktor. Di antaranya :
Budaya atau didikan orang tua Well, tanpa kita sadari seringkali jika terjadi sesuatu pada anak mereka, orang tua seringkali menyalahkan benda - benda di sekitarnya. Misal :
ketika anak kesandung balok kayu, orang tua akan bilang "iya nih salah balok kayunya, siapa sih yang taruh balok kayu ini ?"
Ketika anak terjatuh, orang tua akan bilang "iya kodoknya tuh yang salah", dan masih banyak lagi.
Ketika itu orang tua secara tidak sadar menanamkan pengertian kepada anak bahwa segala hal buruk yang terjadi pada dirinya adalah salah sekelilingnya, bukan karena si anak yang kurang berhati - hati. Hal ini biasanya akan terbawa hingga dewasa. Apalagi if you rich or famous, siapa c yang berani nyalahin Anda?

Pengaruh lingkungan Lingkungan yang buruk akan merusak perilaku yang baik. Bisa bayangin jika di lingkungan sekolah, pergaulan, kerjaan Anda semua orang melakukan hal yang sama ? Sering menyalahkan orang lain demi prestasi ? demi jabatan ? demi pencapaian ? Dan hal itu dianggap umum atau wajar dilakukan (tidak seorangpun yang mengkritisi hal tersebut karena semua melakukannya). Anda bisa saja kemudian terpengaruh untuk melakukan hal yang sama karena Anda menganggap cara ini harus dilakukan untuk survive di dunia ini.

Semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Tidak ada yang menikmati kesalahan dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan ini. Masing-masing orang bisa berbeda dalam merespon perbuatan salah yang mereka perbuat. Sebagian orang akan spontan dan langsung mengakui kesalahannya. Sisanya mungkin menyiratkan rasa bersalah tapi tidak mengakuinya terang-terangan. Sementara itu, sebagian orang menolak mengakui bahwa mereka salah, bahkan saat berhadapan dengan bukti-bukti nyata. 

Tetapi bagaimana ketika seseorang menolak fakta-fakta dan enggan mengakui bahwa mereka salah dalam keadaan apa pun? Kondisi psikologis apa yang terjadi saat seseorang tidak mau mengakui kesalahan yang sangat jelas. Mengapa ini terjadi berulang-ulang? Jawabannya terkait dengan ego dan perasaan mereka sendiri. Beberapa orang memiliki ego dan harga diri yang rapuh. Mengakui bahwa mereka bersalah akan mengancam ego mereka. Kenyataan tersebut akan menghancurkan mereka secara psikologis. Pertahanan yang mereka lakukan adalah menghindari hal itu. Mereka mengubah persepsi mereka tentang kenyataan untuk membuat kenyataan kurang mengancam. Mekanisme pertahanan inilah, kata Winch, yang mengubah fakta-fakta dalam benak mereka sehingga menolak mengaku salah. Akibatnya, orang-orang seperti ini akan menyalahkan orang lain atau sesuatu di luar dirinya. 

Mereka akan bersikeras dan berbalik menyerang siapa pun yang mencoba untuk berdebat. Atau sebaliknya, meremehkan sumber informasi yang yang bertentangan dengan keinginan mereka. Orang-orang yang berulang kali menunjukkan perilaku seperti ini rapuh secara psikologis. Namun penilaian itu seringkali sulit diterima. Sebab bagi dunia luar mereka tampil percaya diri dan penuh kekuatan. Kekakuan psikologis bukanlah pertanda kekuatan, itu adalah indikasi kelemahan. Mengakui kita salah akan melukai ego siapa pun. Butuh kekuatan emosional dan keberanian untuk menghadapi kenyataan dan mengakui kesalahan. Bagaimana kita menanggapi orang-orang seperti itu bisa berbeda- beda. Namun satu kesalahan yang tidak boleh dilakukan adalah yang pantang mengakui kesalahan sebagai tanda kekuatan atau percaya diri. Sebab hal itu adalah kebalikan mutlak menunjukkan kelemahan dan kerapuhan psikologis.



Bottom Note

SettiaBlog benar - benar minta maaf pada semuanya ya. Karena selama ini banyak kekonyolan, kebodohan perkataan dan tindakan SettiaBlog yang banyak menyakiti perasaan orang lain. Bahasan ini juga SettiaBlog tujukan untuk diri SettiaBlog sendiri. Dan jangan di tanggapi serius omongan SettiaBlog. Harapan SettiaBlog pribadi, semoga kita semua selalu di tunjukkan jalan yang benar oleh Allah SWT. Maaf juga, kalau bahasan kali ini kalimatnya sedikit blepotan ndak karuan.

No comments:

Post a Comment