Mar 8, 2022

Kenali Diri Sendiri sebelum Mengenal Allah SWT



Selena, siang ini Bojonegoro di guyur hujan deras. Mumpung ndak ada petir dan angin SettiaBlog langsung masuk ke hujan tapi ndak lama Selena. Habis itu mandi dengan air biasa, sega...ar. Di temani secangkir kopi panas SettiaBlog pun mulai mengetik bahasan. Biar lebih mantap SettiaBlog cari lagu dulu buat teman mengetik. Ndak sengaja SettiaBlog menemukan lagu yang selama ini di cari - cari. Lagunya Heart, Selena, yang "Secret". Waktu kecil SettiaBlog kan suka ke rumah Bu Dhe (bibi) yang kebetulan rumahnya ndak jauh dari tempat SettiaBlog. Anaknya yang nomor 3 itu cowok, namanya Hartono. Waktu itu dia kuliah di Surabaya, tiap minggu kan pulang. Dan dia suka putar lagunya Heart. Lagu yang di putar itu terus terngiang di benak SettiaBlog tapi selama ini ndak pernah menemukan lagu itu, ya kan waktu itu SettiaBlog hanya dengar, ndak tahu yang di putar itu judulnya apa.
LIQUID How much I need you
LIQUID It's so hard to hide
Di atas ini potongan lirik "secret", sengaja SettiaBlog kasih efek liquid, yang setengah tulisan tertutup gelombang. Sebenarnya font biasa, coba di copy nanti akan terlihat tulisan aslinya. Seperti itulah gambaran rahasia Allah SWT yang berserakan di bumi ini. Banyak yang terlihat tapi tidak terlihat secara gamblang. Hanya mereka yang mau mencari, maka Allah SWT akan menunjukkan nya walaupun tidak semua. Tentu ada rahasia Allah SWT yang memang benar - benar di rahasiakan. Di samping itu memang daya pikir manusia sangat terbatas jika di bandingkan kekuasaan Allah SWT. Seperti SettiaBlog juga ndak mampu mengingat lagu yang pernah SettiaBlog dengarkan beberapa puluh tahun yang lalu. Kalau Allah SWT membukakan memori baru SettiaBlog mampu mengingatnya. Backgroundnya SettiaBlog ambil air hujan yang menimpa batu kerikil.

Sudah maklum bagi setiap orang pasti mempunyai rahasia (sirri) di dalam hati (qalbu) nya masing-masing. Dan rahasia itu memang menjadi privasi bagi setiap individu. Kita diminta untuk menghormati privasi masing-masing orang. Biarkan manusia merasakan kenyamanan hidup di alam dunia ini. Kita hanya boleh menghukum atau menentukan sikap berdasar suatu yang kelihatan (dzahir) saja. Dan hal itu menjadi rambu-rambu etika dalam bermasyarakat demi menjaga ketenangan dan ketenteraman hidup. Selama kita bisa menjaga privasi setiap individu yang ada di sekitar kita, diharapkan dapat melahirkan toleransi dan kemudian bekerjasama dalam menjalankan aktifitas bersama-sama.

Kita memahami bahwa setiap individu ada unsur perbedaan dan unsur persamaan. Maka di dalam masyarakat muslim sebenarnya lebih mudah untuk mengkondisikan kerja sama dengan kalangan manapun. Karena hal ini sudah dibiasakan dalam pelaksanaan ibadah kesehariannya. Sebut saja, Ibadah shalat berjama’ah. Orang yang shalat berjama’ah dalam jumlah berapa pun, puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan sekalipun bisa membentuk barisan (shaf) yang rapi tanpa ada gesekan atau percek-cokan di antara para jama’ah. Lihat, misalnya orang yang sedang shalat berjama’ah di Masjidil Haram Mekah. Mereka bisa berbaris (membentuk shaf) dengan rapi menghadap qiblat (Ka’bah) tanpa kekerasan sedikitpun. Semua muslim yang shalat dengan sendirinya menyadari kesamaan yang ada dalam hati masing-masing.

Kesamaan tujuan itulah yang menyatukan mereka. Yaitu kesamaan tujuan menghadap Tuhannya, Allah SWT. Maka sebenarnya umat muslim itu selagi tidak ada kepentingan duniawi (hubbud dunya) akan selalu hidup bersama dan bersatu. Ada beberapa pernyataan yang mendasari kesatuan langkah tersebut. Seperti firman Allah SWT : “Farka’uu ma’ar Raki’in, Maka shalatlah bersama-sama orang yang sedang shalat”. Atau indikator kebaikan muslim : “Wa kaana khulathauhu shalihiena, dan pergaulannya adalah orang-orang shaleh”. Kenyataan bahwa umat muslim mudah bersatu itu tidak terbantahkan, ketika bersaama-sama menjalankan tugas-tugas agama. Demikian juga dalam bidang ekonomi, politik, sosial, keamanan dan budaya pada dasarnya lebih mudah bersatu. Maka nilai yang terkandung dalam bidang-bidang tersebut adalah nilai kebaikan (khair) yang bersifat universal.

Sedangkan rahasia pribadi juga manfaat untuk pribadi-pribadi muslim yang sadar akan hak-haknya. Sebagai contoh sederhana ketika seorang muslim mempunyai kesalahan yang dilakukan dan itu menjadi rahasia baginya, maka ia akan berusaha menambal dengan kebaikan. Misal dengan segera minta ampun (istighfar). Atau dengan meningkatkan amal shaleh yang mampu ia kerjakan. Dan di situlah berlakunya pernyataan “Tiada penghalang sedikit pun antara Allah SWT dengan hamba-Nya”. Sehingga kekuatan doa yang dipanjatkan dalam keheningan, seakan hanya dia dan Allah SWT saja yang berkomunikasi, berdialog untuk menyelesaikan problematika hidup ini.

Maka mengenal rahasia diri sendiri itu lebih penting dalam menyetir haluan hidup di muka bumi ini. Karena dengan mengenal rahasia diri sendiri akan lebih mudah mencari solusi atau pengobatannya. Maka rahasia kita tidak perlu kita sebarkan kepada orang lain, kecuali hanya kepada Tuhan yang akan memberi solusi kepada kita. Untuk itu agar kita mensucikan batin kita agar mudah menyadari rahasia diri kita sendiri. Di situlah berlakunya nasehat  “Alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub, ketahuilah hanya dengan dzikir kepada Allah bisa menenangkan hati.”  Ketika hati seseorang menjadi tenang, maka akan mudah mencari jalan keluar dari setiap permasalahan. Maka sebelum memohon kepada Allah SWT,  hendaknya bertanya dulu ke dalam hati Anda ( Istafti qalbaka).

Maka di kalangan umat muslim dikenal istilah dzikir sirri (dzikir secara rahasia), Yaitu mulutnya tidak bersuara, tapi hatinya yang berbicara. Dengan penuh konsentrasi dan fokus pada persoalan dirinya, ia adukan kepada Tuhannya, di samping ada dzikir jahr (dzikir dengan bersuara). Kedua macam dzikir tersebut dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan biarkan menjadi rahasia kita dengan Allah SWT. Sehingga hikmah dzikir akan diperoleh dalam kesendirian yang diharapkan bisa menyingkap rahasia alam semesta ini, demi kemaslahatan bersama.




Yang paling mengenal diri manusia ialah Allah SWT. Sebab itu seorang hamba agar senantiasa memohon kepada Allah SWT untuk diperkenalkan dengan dirinya sendiri. Dari sini muncul lah ungkapan, usaha mengenal Allah SWT Ialah dengan cara mengenal diri sendiri.
“Mengenal diri bisa sederhana, bisa dahsyat, bisa dramatis bisa pula romantis. Sedang yang paling mengenal diri kita adalah pencipta kita. Bukan diri kita,”
Dalam Ma’rifatullah, mengenal Allah SWT atau mengetahui Allah SWT adalah dengan sebenar-benarnya mengenal baik melalui wujud maupun sifat-sifat-Nya, bukan mengenal melalui pancaindra, maupun akal pikiran, karena Dia tidak dapat dicapai oleh panca indra, ataupun akal pikiran. Namun bisa melalui diri kita masing-masing. Oleh karena itu, marilah kita bertafakur untuk masuk ke dalam diri kita masing-masing!

Beberapa cara mengenal diri sendiri sebelum mengenal Allah SWT :

Intropeksi diri

Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk intropeksi diri. Kita harus mengerti apa saja yang telah kita lakukan selama ini Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup didunia “ [HR. Tirmidzi]

Mengenal diri zahir

Diri manusia pada dasarnya terdiri dari 2 bagian, yakni diri zahir dan diri batin. Pada diri zahir, kita dapet menyaksikan kebesaran Allah SWT. Kita dapat melihat wujud fisik kita sendiri sebagai pengenalan awal akan diri sendiri. Allah SWT menciptakan kita dari setetes mani hingga kita menjadi seorang manusia seperti sekarang ini, kita bisa melihat, mendengar, berbicara dan bergerak atas izin dan kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT.

Mengenal diri batin

Diri batin adalah ruh yang ada di dalam diri kita sendiri. Sebelum mengenal Allah SWT, dalam ilmu tasawuf dijelaskan bahwa kita juga harus bisa mengenal diri kita sendiri. Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melihat kedalam kalbu kita. Kalbu disini adalah hal ghaib yang memiliki sifat kebaikan dan keburukan di dalamnya.

Mengingat tujuan Penciptaan

Cara lain untuk mengenal diri sendiri adalah dengan mengingat kembali bahwa tujuan dari manusia diciptakan adalah untuk beriman kepada Allah SWT. Kita diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 30-33.

Di dalam mengenal Allah SWT itu ada tingkatannya, tingkat yang paling rendah adalah mengenal Allah hanya sebatas Huruf dan Asma Allah. Dan tingkat yang paling tinggi dalam mengenal Allah itu adalah Nabi kita Muhammad Saw, para nabi, dan para wali Allah. Hal ini ditunjukkan di dalam sabda nabi Saw  “Demi Allah, Sesungguhnya aku yang lebih mengetahui tentang Allah dan akulah yang sangat takut kepadanya” (HR. Bukhari)

Jadi,  dalam hal mengenal Allah SWT diperlukan hati yang telah mendapatkan cahaya-Nya, karena hanya dengan cahaya-Nya lah hati akan mengenal Allah SWT. Seperti yang diberikan kepada kekasih-kekasih-nya yaitu nabi kita Muhammad Saw, Para Nabi, para Wali.

“Mohonlah kepada Allah agar kita dikenalkan siapa diri kita menurut Dia bukan menurut kita. Agar kita mengenal-Nya menurut kehendak-Nya,”

Dikirim dari ponsel cerdas BlackBerry 10 saya dengan jaringan Telkomsel.

No comments:

Post a Comment