Dec 13, 2021

Menjaga Keseimbangan Hidup untuk Raih Kebahagiaan

 


 Siang tadi SettiaBlog membakar sekam seperti klip di atas. Itu sengaja tidak SettiaBlog bakar sampai rata, karena besok mau di fermentasi menggunakan ragi tape. Kalau di bakar jadi arang semua susah untuk di fermentasi. Pembakaran yang SettiaBlog lakukan hanya untuk membunuh bakteri patogen. Setelah jamur dari ragi tape menyebar nanti baru SettiaBlog campur dengan arang sekam. Sore nya kebetulan tidak hujan, SettiaBlog duduk di bonggol jati belakang rumah sambil memandang anak ikan kutuk (gabus) di jomblangan. Cukup lama SettiaBlog duduk di bonggol jati, ndak tahu pikiran SettiaBlog kok merasakan kejanggalan yang ada di sekitar SettiaBlog. Lalu SettiaBlog buka handphone di saku. Ndak seperti biasanya entah kenapa jari SettiaBlog langsung buka WhatsApp dan buka panggilan tak terjawab. Di situ banyak banget terpampang photo profil teman-teman SettiaBlog. Di lihat dari senyumnya mereka terlihat bahagia. Ini benar-benar menyejukkan perasaan SettiaBlog. Jadi senyum yang tidak di buat - buat, terlihat manis semanis kecap Mas Setiono Pranoto, ...he...he... dia teman SettiaBlog pengusaha kecap di Bojonegoro, Mas Anies, Mbak Endah dan banyak lagi yang lainnya. Dari dulu memang teman-teman SettiaBlog sangat rukun boleh di bilang sudah seperti saudara, karena kita berteman bukan mencari keuntungan tetapi mencari saudara. Ya mungkin jarang ada di tempat lain, teman yang ikatannya seperti teman-teman SettiaBlog ini. Semoga kebahagian, kesehatan dan rezeki selalu menaungi kalian semua.

Banyak yang setuju bahwa salah satu cara mewujudkan kebahagiaan dalam hidup adalah mampu menerapkan hidup yang balance. Setiap orang memiliki beberapa peran yang berbeda dalam hidupnya, entah secara pribadi maupun profesional. Karena itu, mereka perlu membagi waktu yang seimbang. Lalu bagaimana cara mencapai keimbangan hidup dengan baik?

Keseimbangan hidup adalah situasi dimana Anda mampu membagi kehidupan antara bersosial dan bekerja dalam proporsi waktu yang tepat. Hal ini kerap dilewatkan oleh banyak orang dengan alasan ekonomi yang mewajibkannya bekerja sepanjang waktu. Nyatanya, sebagian besar dari kita mungkin masih belum bisa mengatur waktu secara maksimal antara pekerjaan, keluarga maupun pertemanan. Padahal, ini sangat penting untuk dilakukan demi membuat diri terhindar dari stress.

Pada dasarnya, kiat mencapai keseimbangan hidup memang tidak bisa ditentukan oleh siapapun. Terlebih lagi jika Anda mempertimbangkan faktor ekonomi yang sangat berpengaruh pada kehidupan pekerjaan Anda. Namun, ada beberapa hal yang bisa Anda terapkan guna mencapai keseimbangan hidup, diantaranya:



Tentukan Prioritas antara Pekerjaan dan Pribadi

Cara menjaga keseimbangan hidup yang pertama yaitu dengan menentukan prioritas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Cara satu ini dinilai mampu menjaga pikiran Anda tetap stabil dan tidak stress. Anda dapat menentukan beberapa fokus utama yang mesti menjadi prioritas Anda sesuai dengan kebutuhan dan situasi. Tips yang satu ini juga sangat membantu Anda untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Fokus pada Satu Hal

Dalam waktu bersamaan, sulit bagi kita untuk melakukan dua hal sekaligus. Karena itu, usahakan untuk memberikan semua perhatian kepada satu pekerjaan yang sedang dilakukan. Cobalah untuk fokus pada pekerjaan saat jam kerja dan fokus dengan keluarga disaat waktu luang.

Tidak Enggan Meminta Bantuan dan Dukungan

Cara terbaik untuk mengurangi beban pikiran atau dilema adalah dengan mengungkapkan permasalahan tersebut kepada orang lain, baik keluarga, teman, rekan maupun atasan Anda. Beri tahu masalah Anda dan mintalah pendapat dari mereka. Buanglah semua keraguan di kepala Anda, seperti perasaan gengsi, merepotkan dan merasa perfeksionis sehingga takut menunjukkan sesuatu yang belum sempurna. Ada kalanya untuk menyadari bahwa Anda sedang membutuhkan bantuan, semakin cepat mencari bantuan maka masalah akan semakin cepat terselesaikan.

Memiliki Ambisi yang Tenang

Ada kalanya, memiliki ambisi yang tinggi cukup bagus. Namun jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama, maka Anda akan mengalami kelelahan akibat adrenalin yang terus terpacu. Hal ini akan membuat Anda gelisah sehingga tidak bisa beristirahat dengan tenang dan menjadi mudah marah. Hal tersebut dapat Anda atasi dengan perlahan mengurangi adrenalin. Anda dapat melakukan kegiatan santai setelah bekerja seperti memasak, menonton film, atau berjalan santai di taman. Yang perlu dicatat adalah Anda harus melakukan kegiatan tersebut dengan tenang, teratur dan perlahan tidak tergesa-gesa.

Memberi Self-reward

Cobalah untuk memberikan penghargaan untuk diri Anda sendiri setidaknya sekali dalam seminggu setelah menjalani rutinitas yang sangat melelahkan. Luangkan waktu untuk kegiatan yang Anda senangi seperti jogging, berkebun, membaca novel atau menonton serial Netflix favorite. Selain itu, Anda juga bisa mengambil cuti dari tempat kerja untuk pergi berlibur. Tidak harus ke tempat yang jauh dan menguras dompet Anda, pilihlah tempat yang dapat membuat Anda merasa relax dan bisa mengembalikan semangat untuk meningkatkan kebahagiaan, kreativitas serta produktivitas Anda.

Jangan Meninggikan Ego dalam Pekerjaan

Hindari ego yang terlalu tinggi dalam pekerjaan. Kondisi ini akan membuat Anda menjadi orang yang paling sibuk dari yang seharusnya. Ego yang tinggi berpotensi menimbulkan sifat keras kepala dan bisa membuat orang lain kurang nyaman. Lambat laun keadaan ini akan membuat Anda semakin stress dan mengalami kelelahan dalam melakukan pekerjaan baik secara fisik maupun emosional. Biarkan orang lain untuk membantu meringankan beban pekerjaan yang selama ini Anda lakukan seorang diri.

Jangan Takut Menolak

Berkata tidak untuk menolak suatu hal yang tidak sejalan dengan prioritas Anda tidaklah salah. Jangan buat diri Anda merasa kewalahan untuk menyetujui semua permintaan yang diajukan. Cobalah sampaikan dengan kata maaf dan jujur bahwa Anda tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakan tanggung jawab yang lebih banyak. Namun dengan begitu bukan berarti Anda selalu berkata tidak ketika diminta suatu bantuan. Hal ini hanya berlaku ketika Anda dihadapkan dengan tanggung jawab lebih yang lebih penting dan tidak bisa ditinggalkan.

Perhatikan Kesehatan Mental

Jangan takut untuk mengungkapkan apa yang Anda rasakan dan menanggung beban seorang diri sampai mengganggu kesehatan mental. Ketika merasa resah, cobalah mencari bantuan untuk sekedar berbagi keluh kesah dengan orang yang Anda percaya. Mulailah dengan mencoba terapi maupun konseling jika Anda merasakan kesulitan.

Melakukan Evaluasi

Ketika Anda merasa hidup yang dijalani kurang seimbang, maka cobalah untuk mencari sebab permasalahan dan lakukan evaluasi. Luangkan waktu untuk merefleksikan sejauh mana keseimbangan hidup Anda, kehidupan seperti apa yang diinginkan, dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Hidup yang seimbang dapat membuat pekerjaan menjadi optimal.

Temukan Titik Keseimbangan Anda

Mencapai keseimbangan hidup merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh diri Anda sendiri. Anda harus mencari dan menemukan sendiri kapan dan dimana titik ketika Anda merasa nyaman. Setiap orang bebas untuk menentukan mana yang merupakan prioritas dan bukan. Namun sebaiknya selagi memutuskan apa saja yang akan dilakukan, Anda harus mendengarkan kata hati. Jangan mengabaikan perasaan Anda sendiri baik fisik maupun emosional

Bottom Notes

Filosofi Botol Kecap
Dikisahkan ada seorang pengusaha kaya yang tampak bahagia. Uang bukan masalah baginya. Usahanya maju, dia jarang rugi, hampir semua bisnisnya mendatangkan keuntungan berlipat. Seakan-akan, uang itu mengejar-ngejar dirinya. Dia pun memiliki istri yang cantik, anak-anak yang sehat dan lucu. Akan tetapi, di balik kesuksesannya itu ada banyak perilaku buruk yang dia lakukan. Pengusaha ini gemar melakukan maksiat.

Karena berkantong tebal, dia dengan mudah bisa bergonta-ganti pasangan alias main perempuan, melakukan kecurangan dalam bisnis, mengonsumsi makanan dan minuman haram, dan beragam kemaksiatan lainnya. Sampai suatu ketika, dia mengalami sebuah peristiwa yang mengubah hidupnya. Anaknya yang berusia tiga tahun meninggal dunia karena kecelakaan yang disebabkan keteledoran dirinya. Peristiwa itu membawa perubahan dalam dirinya.

Dia bertobat dan bertekad untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasa dia lakukan. Dia pun mulai belajar melakukan shalat, pergi ke masjid, melaksanakan puasa Ramadhan, dan sebagainya. Di tengah upaya perbaikan diri itulah, ada suatu masalah yang membawa perubahan drastis dalam bisnisnya. Perlahan, tetapi pasti, dia mengalami kebangkrutan. Satu per satu perusahaan miliknya gulung tikar dan berpindah tangan. Utangnya membengkak sehingga tabungan dan depositonya di bank serta properti dan kendaraannya habis untuk menutupi utang-utangnya itu. Jika sebelumnya kata “gagal” dan “rugi” seakan menjauh darinya, sekarang kedua kata itu seakan lekat dengannya.

Jika sebelumnya gelimang rupiah demikian mudah dia dapatkan, sekarang uang recehan pun seakan enggan mendekat kepadanya. Telah berkali-kali, dia mencoba bangkit, merintis kembali bisnisnya, tetapi berkali-kali pula dia gagal. Tumpukan emosi negatif seakan tumpah ruah di otaknya. Dalam kesulitan hidup yang mengimpit tersebut, dia mempertanyakan keadilan Tuhan. Saat tenggelam dalam kemaksiatan, begitu mudahnya rezeki didapat, tetapi setelah meninggalkan kemaksiatan, rezeki pun ikut meninggalkan dirinya.
“Apakah ada yang salah? Ke mana doa-doa yang selama ini dia panjatkan? Apakah Tuhan tidak mendengar atau tidak sudi mengabulkan doaku? Bukankah Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang serta akan mengabulkan doa-doa dari setiap hamba-Nya?”
Begitu keluhnya. Memang, di tengah kesulitan itu, kuantitas ibadah semakin berlipat-lipat. Namun, itu semua seakan belum cukup untuk mengembalikannya pada “kehidupan normal”. Berkali-kali, dia mendatangi ustaz dan kiai untuk meminta doa dan nasihat. Saat diberi doa atau amalan tertentu, dia akan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Namun, lagi-lagi semuanya berakhir dengan kekecewaan. Dia pun mulai meragukan para kiai dan ustaz tersebut yang katanya hanya pandai berteori. Mana buktinya?

Di ambang keputusasaan, pertolongan Allah pun datang melalui salah seorang kenalannya. Dia adalah seorang dosen agama di sebuah perguruan tinggi ternama. Dosen itu tidak membawakannya uang, menawarkan kerja sama bisnis, atau hal lain yang bersifat materi. Namun, dia membawa nasihat yang mampu mengubah paradigma berpikir mantan pengusaha kaya ini. Tidak banyak dalil yang dia ungkapkan. Dia hanya memberikan analogi dan perlambang saja.
Katanya, “Seseorang tidak bisa mengisi botol penuh kecap dengan air putih, sebelum kecapnya dibuang terlebih dahulu. Baru setelah itu, kita bisa memasukkan air putih. Itu pun masih ada sisa-sisa kecap yang belum terbuang sehingga air yang kita masukkan masih akan bercampur dan berwarna hitam. Air itu harus dibuang lagi sehingga botol benar-benar bersih dari kecap. Baru setelah itu, air yang kita masukkan benar-benar bening karena tidak tercampur lagi dengan kecap. Analoginya, kecap itu adalah harta yang kita miliki dan air putih itu adalah doa dan amal ibadah yang kita lakukan. Antara maksiat dan kebaikan tidak akan mungkin bisa bersatu. Karena itu, ketika seseorang ingin menyucikan dirinya, semua kotoran yang ada dalam diri dan harta harus dibuang dan dibersihkan. Ada banyak skenario Tuhan untuk ‘membersihkan’ harta seseorang sehingga harta kotor yang dimilikinya benar-benar terkuras, mungkin dibangkrutkan usahanya, kena tipu, dan sebagainya. Andaipun semuanya sudah terkuras, boleh jadi masih ada kotoran yang masih tersisa dalam diri dan harta. Allah Swt. akan meinbersihkannya dengan penyakit, musibah, atau lainnya, sembari dia menahan rezeki dari orang itu. Nah, ketika dia sudah benar-benar bersih, Allah Swt. akan membukakan jalan rezeki yang halal kepadanya. Yang jadi masalah, apakah kita sabar atau tidak dalam proses pembersihan itu?”
Nasihat ini mampu menjawab pertanyaannya selama ini tentang keadilan Tuhan, tentang ijabah doa, tentang makna pertobatannya. Allah Swt. mengambil sebagian besar kekaya-annya bukan karena Allah benci, melainkan Allah amat sayang dan cinta kepada hamba-hamba-Nya yang bertobat. Sebabnya, bagaimana mungkin mengisikan nasi dan sup yang lezat ke dalam mangkuk yang blepotan dengan kotoran. Tentu sangat bijak jika mangkuk itu dibersihkan terlebih dahulu. Begitu pula qada' Allah, sebelum menuangkan limpahan rahmat dan ampunan-Nya, dia akan membersihkan orang tersebut dari jelaga kemaksiatan yang masih hinggap dalam diri dan hartanya.

Beberapa tahun berlalu, mantan pengusaha kaya ini sudah berada kembali di jalur kesuksesan bisnisnya. Walau belum sesukses dahulu, tanda-tanda ke arah itu sudah mulai terlihat di hadapannya. Ibaratnya, dia tengah mengisi botol nasibnya dengan air putih keberhasilan setelah dia menumpahkan hitamnya air kemaksiatan. Rentetan kegagalan dalam bisnis telah membawa perubahan positif dalam diri pengusaha ini walau sebelumnya dia nyaris jatuh pada keputusasaan. Filosofi botol kecap yang disampaikan temannya telah membuka sudut pandang baru terhadap makna ujian dan makna hidup yang sebenarnya.

Dalam bahasa manajemen, pengusaha ini telah mengalami reinventing atau menemukan kembali tujuan hidupnya. Dalam Al Qur’an, ada sebuah pertanyaan, fa aina tadzhabun? Ke mana engkau hendak pergi? Satu pertanyaan yang dilontarkan kepada Nabi Ibrahim seperti tertera dalam QS At Takwir, 81: 26.
“Maka ke manakah kamu akan pergi?”
Jawabannya ada dalam QS Ash Shaffat, 37: 99,
“Dan dia (Ibrahim) berkata, ‘Sesungguhnya aku harus pergi (mengha-dap) kepada Tuhanku, dia akan memberi petunjuk kepadaku.‘”
Artinya, Nabi Ibrahim menemukan kembali Allahnya di situ. Segera bertobat dari suatu dosa merupakan fardu yang harus segera dilakukan dan tidak boleh ditunda-tunda. Barang siapa menangguhkannya, dia telah berbuat maksiat. Jadi, jika dia bertobat dari dosa, masih ada tobat lain, yaitu tobat dari menunda-nunda tobat. (Ibnul Qayyim Al Jauziyah)

No comments:

Post a Comment