Dec 17, 2021

Alasan kenapa Sering Pura-pura Bahagia Malah Bisa Hancurkan Hidup Anda



Sebelum mulai mengetik bahasan SettiaBlog harus makan dulu. Simbok tadi buat lontong, kebetulan kakak kemarin dapat ikan asap dari Tuban terus di buat sayur lodeh kuning sama Simbok. Ari, Selena dan semua yang baca blognya Settia, Settia makan dulu. Mm....gurih santan bercampur bumbu lodeh, ada manisnya dari buah manisa dan ikan asapnya terasa gurih bercampur sangit (aroma asap panggangan kalau di sini bilangnya sangit). Bagi wong ndeso kayak SettiaBlog masakan seperti ini sudah terasa mantap he...he.... kalau klip di atas itu bunga cherry blossom yang runtuh berjatuhan. Seindah apapun bunga cherry blossom pada saatnya juga harus runtuh berjatuhan. Seharmonis dan sebahagia apapun kita dalam hidup pasti juga akan menghadapi masalah. Ada sebagian dari kita yang memang bersikap apa adanya dan terbuka dalam setiap masalah yang di hadapinya. Namun ada juga yang menutup - nutupi atau berpura - pura bahagia ketika menghadapi suatu masalah, seperti lagu "runtuh" di atas tapi SettiaBlog pakai yang sudah di cover dengan alat musik sape.

Karena alasan tidak ingin mengkhawatirkan keluarga, atau karena tak ingin dianggap bikin drama, sering kali Anda menyimpan rapat masalah yang sedang Anda hadapi, dan berpura-pura terlihat bahagia di depan orang banyak. Ternyata, kebiasaan untuk berpura-pura kalau Anda sedang baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak demikian, itu ndak baik, lho! Malah bisa menghancurkan hidup Anda. Dan di bawah ini beberapa alasan kenapa pura-pura bahagia itu ndak bagus.



• Anda jadi terbiasa untuk mengingkari kenyataan

Suatu masalah ndak akan bisa diselesaikan, atau Anda akan sulit mencari akar permasalahan, kalau masalah itu malah disangkal. Dengan berpura-pura bahagia, sama saja Anda mengingkari kenyataan, kalau Anda memang sedang ndak baik-baik saja. Ada masalah yang menghantui pikiran dan terus membebani hati Anda.

• Jadi sulit mengenali emosi diri Anda sendiri

Manusia sudah dari sananya tercipta dengan beragam emosi. Hal itulah yang membuat manusia begitu kompleks dan unik. Dengan mengenali diri sendiri, hidup Anda jadi lebih terarah dan akan mudah untuk bahagia. Anda jadi tahu, mana yang Anda suka dan tak suka, mana yang bikin Anda nyaman dan terganggu. Jika Anda terbiasa untuk mengabaikan rasa sedih atau marah yang Anda rasakan, lama-lama kepekaan emosi Anda jadi tumpul. Anda jadi sulit mengenali hal-hal apa saja yang sebenarnya Anda ndak mau lakukan atau ndak bikin diri Anda tenang.

• Terjebak pada sikap mengecilkan nilai diri

Hidup akan terasa sulit, kalau Anda mengabaikan nilai diri sendiri. Dan ini bisa terjadi, jika Anda terbiasa untuk ‘ndak apa-apa’, padahal memang ada ‘apa-apa’. Saat teman Anda berkata kasar atau menyinggung, alih-alih Anda menegurnya, tapi malah memendam dalam hati. Merasa ndak enak kalau Anda berbicara terbuka padanya. Karena didiamkan saja, teman Anda itu akan terus menyakiti. Entah karena memang ndak peka, bahwa apa yang diucapkan itu telah menyinggung Anda, atau malah sengaja, karena memang ingin merendahkan diri Anda. Jika Anda ndak bisa menilai diri Anda sendiri dengan objektif, orang pun akan mudah memanfaatkan dan menyakiti Anda. Anda akan jadi sasaran empuk bagi pribadi-pribadi yang tak baik.

• Hubungan Anda dengan orang lain jadi terganggu

Akibat sering memendam perasaan yang sebenarnya, Anda jadi terbiasa untuk menutup diri. Dan ini akan jadi halangan besar saat Anda berhubungan dengan orang lain, baik itu hubungan pertemanan, maupun percintaan. Pasangan atau teman-temanmu akan merasa, bahwa Anda tak cukup mempercayai mereka, untuk bisa mengungkapkan apa yang ada di pikiran atau hati Anda sebenarnya. Dan jika ini terus berlanjut, mereka pun jadi menutup diri pada Anda. Runyam dah jadinya!

• Rentan depresi

Terus memendam masalah, dan menipu diri kalau sedang baik-baik saja, padahal tidak, akan membuat Anda sangat rentan dengan gangguan depresi. Karena masalah yang Anda alami, ditanggung sendiri. Karena ada masanya, manusia itu butuh sandaran, untuk sekadar tempat berbagi cerita, sehingga beban yang ada di pundak, terasa lebih ringan. Selain bisa membuat Anda lebih lega, Anda pun akan lebih mudah untuk berpikir dengan jernih, memikirkan solusinya. Hidup jadi minim stres dan depresi. Selalu mengeluh tiap kali ada masalah bukanlah perangai yang baik. Namun, hanya memendam dan selalu memperlihatkan wajah bahagia ke semua orang, padahal dalam hati Anda sedang berdarah-darah, juga sebaiknya dihindari.

Cobalah latih diri Anda mulai sekarang, untuk bisa lebih terbuka terhadap perasaan yang Anda alami sebenarnya. Karena normal, kok kalau Anda sedih atau marah. Tandanya, Ansa manusia!

Dan sebenarnya ada tanda saat diri Anda pura-pura bahagia untuk menutupi masalah. Orang yang tertawa belum tentu mereka bahagia, bisa saja mereka hanya pura-pura bahagia agar terlihar baik-baik saja. Atau bisa saja mereka melakukannya untuk menyembunyikan masalah agar terhindar dari pertanyaan yang membuat mereka merasa tak nyaman. Orang yang pura-pura bahagia mungkin bisa saja menipu orang lain, tapi lambat laun ini akan terlihat dan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

- Selalu berusaha tertawa

Tak ada salahnya untuk selalu terlihat ceria, tetapi orang yang berpura-pura bahagia biasanya akan selalu bersikap positif. Senyum mereka biasanya akan lebar dan mereka akan selalu berbicara dengan suara ceria. Bahkan mereka bisa menertawakan hal-hal lucu sekecil apa pun untuk memastikan bahwa dirinya terlihat baik-baik saja.

- Mendorong orang menjauh

Diri Anda mungkin ndak menyadari apa yang dilakukan pada awalnya, tetapi seiring waktu, kebenaran akan terungkap. Akan terlihat bahwa diri Anda mendorong orang menjauh karena ketidakbahagiaan Anda. Diri Anda akan mencoba, meyakinkan orang lain tentang kegembiraan Anda atau bahwa diri Anda akan baik-baik saja. Tetapi, percayalah lambat laun itu akan terlihat.

- Perubahan suasana hati

Perubahan suasana hati tidak selalu berasal dari perubahan atau gangguan hormonal. Kadang-kadang itu terjadi karena seseorang berada dalam rasa sakit emosional dan berusaha menyembunyikan fakta. Biasanya, diri Anda akan mulai mengalami perubahan suasana hati yang parah ketika berusaha sekuat tenaga untuk berpura-pura bahagia. Mungkin, kadang-kadang, Anda ingin berteriak, tetapi sebaliknya, Anda tersenyum.

- Terlau banyak melihat ponsel

Saat berpura-pura bahagia, diri Anda akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk melihat ponsel, televisi, atau laptop. Sebagian besar, ini adalah cara untuk mengalihkan pikiran dari apa pun yang membuat Anda tidak bahagia. Bahkan menurut penelitian, semakin banyak orang yang berpura-pura bahagia, dan itu menunjukkan peningkatan obsesi terhadap teknologi.

- Lelah berlebih

Anda merasa bahwa aktivitas Anda biasa saja, bahkan jarang melakukan aktivitas fisik yang berat. Tetapi tubuh Anda selalu merasa lelah berlebih setiap hari, seakan energi Anda terkuras habis setiap kali pulang kerja atau kuliah. Bahkan yang ingin Anda lakukan hanya rebahan dan rebahan. Jika ini terjadi pada diri Anda mungkin yang lelah bukan tubuh Anda tetapi hati dan pikiran Anda, karena Anda ndak bisa jujur dengan apa yang dirasakan.

- Suka berandai-andai

Orang yang pura-pura bahagia juga senang berandai-andai, seandainya jika ndak melakukan ini, seandainya mereka hidup di masa lalu, dan sebagainya. Ini karena mereka tidak merasakan kebahagiaan dengan dirinya sendiri, sehingga membayangkan hal-hal di luar diri mereka.

No comments:

Post a Comment