Jul 10, 2016

Ilmu Pengetahuan yang "Berakal"


Rasanya tidak salah kalau kita mengartikan ilmu pengetahuan sebagai segala data dan informasi yang diberikan atau disediakan oleh Allah untuk manusia, baik itu melalui ayat qauliyah maupun kauniyah-Nya. Adalah tugas manusia untuk melakukan pengamatan terhadap semua itu. Berbagai percobaan dan sejenisnya dilakukan untuk mencari ilmu-ilmu yang telah disediakan Allah, namun belum diketahui manusia. Setelah ilmu pengetahuan diperoleh maka manusia mulai mencoba mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi ini kemudian disebut teknologi.


Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah implementasi dari tugas manusia sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi. Karenanya bagi seorang muslim, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sarana untuk mengelola, bukan merusak bumi. Paradigma seorang muslim terhadap ayat-ayat Allah, qauliyah dan kauniyah, adalah mutlak benar dan tidak mungkin bertentangan karena keduanya berasal dari Allah. Faktanya, ilmu pengetahuan yang telah terbukti secara empirik selalu saja selaras dengan Al-Qur'an. Namun ilmu pengetahuan yang masih dalam bentuk teori kadang tampak bertentangan dengan apa yang termaktub dalam Al-Qur'an. Dalam kondisi ini, para peneliti tidak seharusnya berhenti pada level observasi, melainkan berusaha mencapai level orang yang berakal, ulul-albab, seperti dijelaskan dalam ayat berikut.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Ali 'Imran/3:190-191)

Akal adalah bukan kecerdasan otak. Hewan punya kecerdasan, tapi tidak memiliki akal. Karenanya manusia yang tidak menggunakan akalnya tidak berbeda dari binatang. Terkait hal itu Allah berfirman,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sungguh, akan kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (al-A'raf/7:179)

Akal adalah kerja kalbu, hati, yang itu berada dalam dada (sebagaimana disebutkan dalam.Surah al-Hajj/22:46), yang merupakan.kemampuan.untuk mengambil pelajaran. Kata ulul-albab dalam Al-Qur'an biasa disebutkan mengiringi pemaparan tentang fenomena-fenomena alam untuk menunjuk kepada mereka yang bisa mengambil pelajaran dari fenomena-fenomena itu. Kata yafqahun (memahami) dan ya'qilun (menggunakan akal) dalam Al-Qur'an dinisbatkan kepada kalbu, seperti yang terdapat dalam Surah al-Hajj/22:46 dan al-A'raf/7:179).

Bila berbicara pada tataran ideal maka sesungguhnya setiap muslim harus  erpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunah, dua pedoman yang harus menjadi dasar bagi siapapun. Berangkat dari pedoman inilah manusia kemudian menekuni spesialisasi sesuai bidangnya masing-masing.

Pesan utama dari kehadiran Al-Qur'an dan sunah, yang itu menjadi pandasi utama ajaran Islam, adalah rahmatan lil-'alamin, rahmat bagi seluruh alam. Bila seorang ilmuwan berpegang teguh pada dua pedoman ini maka sudah pasti teknologi yang dikembangkannya berguna bagi semesta alam. Betapa tidak, teknologi yang dicapainya itu selalu dibarengi muatan-muatan Rabbani yang menyejahterakan umat manusia, menjunjung tinggi keadilan, dan bersahabat dengan lingkungan. Dengan demikian, antara teknologi dan peradaban dapat mendukung satu dengan lainnya. Perkembangan teknologi mendukung perkembangan peradaban, demikian juga sebaliknya.ِ

No comments:

Post a Comment