May 10, 2023

Memiliki Kemampuan Memilih di Hidup yang Penuh Pilihan

 



Video klip "Electric Daisy Violin" di atas milik Lindsey Stirling saat di awal - awal kariernya dulu. Semuanya masih terlihat alami tanpa rekayasa dan juga terlihat sekali di lakukannya dengan tulus. Bunga Daisy sendiri merupakan simbol ketulusan hati. Sering lho kita itu di hadapankan pada pilihan dalam kehidupan sehari - hari. Menentukan pilihan, tentu disertai pertimbangan, perhitungan, serta perenungan panjang demi ketulusan dan kejernihan hati.
Layaknya pohon yang bercabang, berbagai pilihan hidup yang ada akan memiliki ujungnya masing-masing

Kehidupan sehari-hari tidak lepas dari sekelebat ide yang singgah dan berganti. Seperti halnya dengan memilih berbagai aktivitas yang akan dilakukan seseorang di hari tersebut. Nyatanya, otak manusia memegang kendali atas seluruh aspek biologis pada dirinya, apakah sama halnya dengan menentukan jalan hidup?  Tanpa kita sadari, aktivitas sehari-hari tidak lepas dari kinerja otak yang dengan ajaibnya dapat mengatur keseharian kita. Entah itu dalam mengerjakan kalkulus hingga sekadar memilih tempat makan siang, keduanya melibatkan pikiran yang melalui ragam pilihan. 

Tak hanya itu, manusia sendiri merupakan salah satu makhluk hidup yang memiliki kemampuan berpikir secara rasional. Dengan kemampuan tersebut, manusia sanggup hidup berkelompok, mengonsep negara, bahkan menciptakan teknologi yang dapat membawa pada perkembangan atau kemusnahan. Dengan segala hasil yang telah kita capai, tak ayal manusia kelak dapat menjelajahi angkasa dan menyelami alam semesta.  Namun tidak perlu jauh-jauh, harapan tentang masa depan yang begitu jauh untuk digapai nyatanya berada dekat dengan diri sendiri. Segala tujuan atau keinginan inilah, menurut SettiaBlog, yang mendasari suatu pemikiran yang berbuah menjadi perbuatan. Sebuah pilihan adalah hal yang mutlak.

Sejauh Mana Seseorang Menentukan Pilihan? Hidup tidak lepas dari aktivitas memilih yang kita lakukan tiap harinya tiap jam, menit, hingga detik. Entah dari memilih minuman mana yang akan dibeli di toko kelontong, menentukan pasangan hidup, ataupun memilih untuk tidak memilih. Nyatanya, tiap pilihan tersebut memiliki arti masing-masing dan dari tiap pilihan tersebut membawa kita ke salah satu jalan dari difraksi kisah hidup kita yang tak terbatas. Mengutip salah satu tokoh spiritual ternama, Mahatma Gandhi, ia pernah mengungkapkan untuk berhati-hati dalam berpikir. Karena apa yang kita pikiran menjadi perkataan, perkataan menjadi perbuatan, perbuatan menjadi kebiasaan, kebiasaan menjadi nilai hidup, dan nilai tersebut menjadi takdir.

Sekilas, pemikiran yang datang dan pergi tersebut menjadi sesuatu hal yang biasa dalam hidup. Namun, bila apa yang pemikiran yang kita pilih menjadi takdir, tampaknya agak jauh dari kata masuk akal bila kita pikir secara mentah-mentah. Tentu pilihan untuk percaya atau tidak akan kembali ke tangan masing-masing. Tetapi, tentu tidak ada salahnya sedikit berkenalan dengan konsep tersebut dan menarik hal baik di dalamnya. Salah satunya adalah lewat introspeksi diri dan menanyakan kembali esensi dari perbuatan yang diperlukan untuk melihat apakah pemikiran telah berada di jalur yang tepat. Hal ini dapat menjadi penentu setiap tindakan yang akan diambil agar tidak berdasarkan emosi, hasrat, maupun bias yang tidak disadari. Karena, sering kali kita sadar namun tidak menyadari. Tentu mustahil untuk menentukan apakah pilihan yang kita buat akan membawa dampak baik ataupun buruk di masa depan akibat ketidakpastian yang menyelimuti. Namun, di sisi lain, hanya diri kitalah yang mengetahui mana yang baik dan buruk bagi diri kita sendiri. Karena takdir, mimpi, dan perspektif seseorang adalah miliknya seorang dan baginya untuk menentukan. 

Namun, tentu busur tanpa panah tidak akan menjadikan seorang pemanah dapat menembak sasarannya. Sehingga, dalam hidup pun memerlukan tindakan yang kokoh di dalamnya. Layaknya panah yang terombang ambing oleh angin untuk mencapai tujuan, akan tetapi tetap percaya pada tangan dan busur yang melepasnya. Aksi inilah yang menjadi penunjuk seberapa bernilainya pemikiran dan tujuan yang ada.

Terakhir, manusia terlahir sebagai sosok makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain. Seperti halnya kita menjaga segala pemikiran dan pilihan kita, ada baiknya bila kita turut merawat milik sesama. Perilaku tersebut bukan hanya sebagai amal baik, namun juga menjadi penegur diri kita masing-masing. Karena, melihat apa milik orang lain akan lebih mudah daripada melihat milik pribadi. 





Bottom Note

SettiaBlog ada sedikit cerita, gendhuk SettiaBlog pernah bertanya ke SettiaBlog, 4 x 7 berapa? Aku ndak bisa. Terus SettiaBlog balik tanya, kalau 3 x 7 berapa? Gendhuk SettiaBlog bilang, o...kalau itu aku bisa, 21 kan Dalam hati SettiaBlog senyum - senyum sambil mikir, waduuh..., SettiaBlog kena prank ini Ya seperti itulah, kadang momen yang sederhana kayak gitu sudah bikin perasaan jadi senang lho. Seperti video klip "Enamore" di Bottom Note ini milik Shakira. Di situ ada potongan lirik Qué bien lo estamos pasando, oh, oh (Betapa indahnya waktu yang kita miliki, oh, oh). Kalau kita bisa menyikapinya dengan pikiran positif. Karena sering kali kita mengeluhkan tentang nasib yang tidak bersahabat, rencana yang tak tercapai, keadaan yang memilukan, perjuangan yang melelahkan dan semacamnya. Sebenarnya c wajar - wajar saja, karena manusia diciptakan dalam keadaan lemah, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an surat An-Nisa ayat 28:
وَخُلِقَ الْإِنْسَانِ ضَعِيْفاً
“Dan manusia diciptakan (bersifat) lemah.”

SettiaBlog sendiri juga memiliki banyak kelemahan. Tolong di maklumi ya, jika SettiaBlog sering bertindak atau berkata yang kurang menyenangkan. SettiaBlog ini hanya wong ndeso, orang biasa, bukan kyai, bukan paranormal, bukan supranatural. Alhamdulillah sampai saat ini SettiaBlog dan keluarga masih berpegangan pada Al Qur'an dan hadis dalam kegiatan sehari - hari. Begitu juga lingkungan SettiaBlog. Anda boleh kok datang ke tempat SettiaBlog untuk membuktikan. Dan semoga kita semua dapat menghindari perbuatan syirik.

No comments:

Post a Comment