Jan 26, 2022

Tujuan dan Manfaat Meraih Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah

 



Lihat klip di atas, itu eyang SettiaBlog. Dari kecil dia ini yang selalu menjangkung (mengawasi) SettiaBlog. Mungkin ketika SettiaBlog cerita seperti itu banyak yang bilang SettiaBlog stress tapi faktanya gitu, lha terus komunikasinya pakai apa? Itu kan yang Anda bingungkan? Ketika hati Anda bersih maka  bisa memantulkan signal mereka. Hati yang bersih kan seperti cermin yang bersih juga. Ya tapi mungkin ndak bisa di tiru orang lain, SettiaBlog sudah dari kecil gitu. Mereka itu hanya menuntun SettiaBlog lho ya, ndak ada embel - embel lain. Anda boleh kok tanya ke tetangga-tetangga atau keluarga SettiaBlog, benar ndak yang SettiaBlog ceritakan. Jadi SettiaBlog menyebut eyang itu bukan sindirian kepada seseorang. Seandainya SettiaBlog nantinya di anugerahi istri panggilnya ndhuk  (gendhuk), lha wong SettiaBlog lho orang ndeso, masak panggil yank, ndak pantes. Lihat keteguhan dan ketegaran wajah eyang SettiaBlog! Tapi ada kegetiran di senyumnya dan dia berucap, semua yang kami perjuangkan untuk anak cucu, bukan untuk orang lain" (ndak....ndak.... kata-kata ini buatan SettiaBlog sendiri, maaf eyang! Mereka selalu ikhlas berjuang untuk anak cucunya, terserah anak cucunya peduli atau ndak perjuangan mereka)

Suasana lagu pada klip di atas juga cocok dengan  perasaan yang di rasakan eyang SettiaBlog, sambil menikmati heningnya malam dan kehangatan aura eyang SettiaBlog yang menyelimuti tubuh ini terasa nyaman dan tenang jari - jari SettiaBlog terus mengetik di keyboard handphone. How can this be? There is no ending. There is no peace. The darkness is so close. The lights will quickly go. And now it’s all gone. Now it’s all gone. Ooh,oh, the darkness keep its grip. Ooh,oh, how’d it come to this? How’d it come to this? How’d it come to this?
SettiaBlog dengan sedikit ragu bertanya makna Surya Majapahit yang ada di depan mahkota. Karena banyak yang menghubungkan dengan simbol- simbol tertentu. Sebelum eyang SettiaBlog menjawab, dengan cengengesan SettiaBlog bertanya lagi, apakah artinya, selama matahari masih bersinar, Majapahit selalu bersinar?. Dengan tersungging sedikit senyuman eyang SettiaBlog menjawab, kamu itu..., itu kan matahari dan 8 arah mata angin, dengan adanya matahari dan 8 arah mata angin manusia kan bisa menentukan tujuan dan menentukan arah, biar hidup tidak tersesat.

SettiaBlog lenger-lenger, termenung,  lalu rebahan sambil menikmati kehangatan aura eyang SettiaBlog yang menenangkan. Tak berapa lama SettiaBlog melanjutkan mengetik. Jika seseorang tanpa tujuan apalagi seorang pemimpin, membawa dirinya sendiri saja ndak bisa apalagi membawa orang lain. Apalagi ndak tahu arah mata angin,ndak tahu mau melangkah ke mana,  pasti tersesat. SettiaBlog berhenti mengetik dan hanya diam. Aura eyang SettiaBlog terasa semakin kuat, jari SettiaBlog pun mulai mengetik lagi. Setiap manusia yang dilahirkan ke bumi hingga beranjak dewasa melalui berbagai peristiwa atau kejadian di dalam hidupnya, pasti akan berada pada keadaan yang mempertanyakan apa sebenarnya tujuan dari hidup itu sendiri. Hal ini terlepas dari tindakan apapun yang mereka lakukan, baik tindakan baik atau buruk kepada sesama manusia lain. Apakah tujuan hidup manusia memang berhubungan dengan melakukan kebaikan atau keburukan, baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun orang lain? Bisa dikatakan bahwa tujuan hidup manusia merupakan sesuatu yang direncanakan oleh setiap manusia menyangkut waktu meliputi hari ini, besok, seminggu, sebulan, setahun, dan tahun-tahun mendatang. Tujuan hidup manusia tentu berbeda satu sama lainnya. Tujuan hidup merupakan proses penetapan identitas diri oleh seseorang. Hal ini berarti ketika seseorang memiliki tujuan hidup, maka orang tersebut telah memiliki identitas diri yang begitu kuat untuk menjalani kehidupannya sehari-hari. Bagi masyarakat modern seperti saat ini, memiliki tujuan hidup merupakan cara yang dilakukan agar mencapai kebahagiaan sesuai harapan. Padahal, tujuan hidup itu sendiri belum tentu mengantarkan mereka kepada kebahagiaan dan jalannya pun belum tentu mudah. Tidak heran, jika banyak orang justru menekankan kebahagiaan yang sudah mereka dapat dan merasa ambisius demi mencapai tujuan hidup. Beberapa orang mungkin mencari referensi untuk mencapai tujuan hidup manusia melalui buku-buku, quotes, dan media lainnya. Hal ini dilakukan demi menjawab pertanyaan mengenai untuk apa manusia hidup, tujuan hidup manusia, contoh tujuan hidup, dan masih banyak lainnya. Tidak ada yang salah dengan cara-cara tersebut, hanya saja setiap orang harus mengingat bahwa tujuan hidup bukanlah akhir yang dilakukan demi mendapatkan kebahagiaan. Namun, tujuan hidup itu sendiri dapat bermanfaat bagi setiap manusia untuk menjalani kehidupan yang dimiliki sebaik mungkin. (kalau ini sudah pengembangan SettiaBlog sendiri)

Pernah juga SettiaBlog bercanda tanya agama eyang SettiaBlog karena banyak yang memperdebatkan agama dan kepercayaan yang di anutnya. Eyang SettiaBlog menjawab singkat, "seperti agama kamu". SettiaBlog terdiam ndak berani tanya lagi walau dalam hati SettiaBlog ada yang mengganjal, karena agama SettiaBlog kan Islam. Ya mungkin eyang SettiaBlog ngerti yang SettiaBlog rasakan. Dia pun sempat cerita sedikit, dia biasanya membaca Al Qur'an di ruang baca dan di kelilingi beberapa orang. Al Qur'annya katanya besar dan di letakkan dalam peti emas. Katanya sampai sekarang masih kok, ya semoga para arkeolog mampu menemukannya. Kalau menurut pandangan SettiaBlog yang di katakannya sangat logis karena waktu zamannya eyang SettiaBlog ini sudah ada penyebaran agama Islam di wilayah keraton. Penyebaran agama di wilayah keraton berarti melalui persetujuan seorang Raja. Dan SettiaBlog yakin Al Qur'an yang di baca eyang. SettiaBlog itu hadiah kehormatan dari Sang penyebar agama.

Faktanya pada generasi berikutnya penyebaran agama Islam di Jawa juga di motori oleh keturunan Majapahit. Sampai sekarang kan ya?  Siapa tho yang ndak kenal 2 organisasi Islam terbesar di Indonesia juga sama - sama di pelopori keturunan Majapahit, yang merupakan bibit unggul. Bibit unggul pasti terlahir dari indukan yang unggul. Cuma terkadang masyarakat yang kurang bisa berterima kasih dan kurang bersyukur. Kita lho yang terlahir di Indonesia, begitu lahir procot sudah di bebaskan menentukan agama yang kita pilih. Leluhur bangsa Indonesia sudah memberikan konsep kemerdekaan memeluk agama dan toleransi antar umat beragama, karena perbedaan itu indah dan itu anugerah dari Allah SWT. Rasa kantuk mulai SettiaBlog rasakan, jam di handphone menunjukkan pukul 02.22 dan SettiaBlog berhenti mengetik.

Pagi ini begitu cerah dan SettiaBlog melanjutkan mengetik bahasan. Seperti yang telah sedikit di uraikan di atas, manusia hidup harus punya arah dan tujuan dalam hidup, tidak usah yang muluk-muluk, dalam lingkungan keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam sebuah masyarakat. Keluarga bukan hanya sekedar hubungan formal antara suami, istri, dan anak-anak namun juga memiliki fungsi dan tugas tersendiri dalam masyarakat. Allah SWT tidak pernah memberikan sebuah aturan dan menciptakan sesuatu tanpa ada alasan dan manfaat yang akan diperoleh. Semua aturan yang diberikan Allah SWT senantiasa dikembalikan kepada misi dan penciptaan manusia di muka bumi ini. Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah perintah Allah SWT yang juga diberikan kepada keluarga untuk diwujudkan bersama. Dengan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah hal ini akan mampu membantu misi dan tujuan dalam keluarga yang islami bisa terwujud.

Menunjang Misi Kekhalifahan Manusia di Muka Bumi

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS Adzariyat : 54)
Manusia diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah maka tujuan beribadah kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Illah mampu dibentuk, dikondisikan, dan saling didukung dari keluarga. Keluarga sakinah mawaddah dan rahmah anggotanya, baik suami, istri, dan anak-anak akan saling mengarahkan untuk menjalankan misi ibadah kepada Allah. Keluarga sakinah mawaddah rahmah bukan hanya cinta manusia belaka, namun lebih jauh cinta kepada keillahiahan.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. . . . ” (QS Al-Baqarah : 30)

Allah SWT pun menciptakan manusia untuk menjadi khalifah fil ard. Khalifah fil ard artinya adalah manusia melaksanakan pembangunan dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk kemakmuran di muka bumi lewat jalan apapun. Bisa menjadi ibu rumah tangga, profesi, memberdayakan ummat, dan sebagainya. Dengan adanya keluarga sakinah yang penuh cinta dan rahmah, maka misi kekhalifahan ini bisa dilakukan dengan penuh semangat, dukungan dan juga saling membantu untuk menutupi kekurangan. Adanya profesi atau karir dari masing-masing suami, istri justru bukan malah menjauh dan saling tidak bertatap wajah. Adanya hal tersebut justru membuat mereka saling mendukung agar masing-masing juga banyak berkarya untuk agama dan bangsa, karena keluarga bagian dari pembangunan ummat.

Menjadi Ladang Ibadah dan Beramal Shaleh

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS : At Tahrim: 6)
Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Artinya, untuk menjauhi api neraka manusia diperintahkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan yang shaleh. Hal ini belum tentu mudah jika dijalankan sendirian. Untuk itu, adanya keluarga yang baik dan sesuai harapan Allah SWT tentunya keluarga pun bisa menjadi ladang ibadah dan amal shaleh karena banyak yang bisa dilakukan dalam sebuah keluarga. Seorang ayah yang bekerja mencari nafkah halal demi menghidupi keluarga dan anak anaknya tentu menjadi pahala dan amal ibadah sendiri dalam keluarga. Begitupun seorang ibu yang mengurus rumah tangga atau membantu suami untuk menghidupi keluarga adalah ladang ibadah dan amal shaleh tersendiri. Kewajiban istri terhadap suami dalam islam bisa menjadi ladang ibadah tersendiri. Begitupun kewajiban suami terhadap istri adalah pahala tersendiri bagi suami dalam keluarga. Mendidik anak dalam Islam juga merupakan bagian dari ladang ibadah dan amal shaleh hanya akan bisa dilakukan secara kondusif oleh keluarga yang terjaga rasa cinta, sayang, dan penuh dengan ketulusan dalam menjalankannya. Untuk itu diperlukan keluarga dalam sakinah, mawaddah, wa rahmah yang bisa menjalankan ibadah dan amal shaleh dengan semaksimalnya.

Tempat menuai cinta, kasih, sayang dan memenuhi kebutuhan

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” (QS An-Nahl : 72)
Allah SWT memberikan rezeki yang baik-baik salah satunya memberikan nikmat keluarga dan keturunan. Hal tersebut tentunya hal yang mahal dalam sebuah ikatan keluarga. Karena tidak semuanya dapat menikmati hal tersebut. Padahal, keluarga dan perasaan kenyamanan cinta adalah fitrah yang menjadi kebutuhan setiap manusia. Wanita shalehah idaman pria shaleh adalah salah satu bentuk kebahagiaan tersendiri dalam keluarga. Dengan adanya keluarga sakinah mawaddah wa rahman, tentunya kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan manusia bisa dipenuhi dalam keluarga. Kebutuhan tersebut mulai dari rasa aman, tentram, rezeki berupa harta, cinta, sexual dari pasangan, kehormatan, dan tentunya bentuk-bentuk ibadah yang bisa dilakukan dalam amal saleh berkeluarga. Istri adalah amanah dari suami begitupun sebaliknya. Membangun rumah tangga dalam islam buka hanya amanah suami dan istri, namun lebih jauh dari itu adalah amanah dari Allah SWT  karena pernikahan dalam islam dibentuk atas dasar nama Allah SWT. Keluarga dan Rumah tangga bukanlah tanpa ada kegoncangan dan ujian, namun atas dasar dan nilai-nilai agama semua itu mampu diselesaikan hingga redamnya kegoncangan. Keluarga Sakinah, Mawaddah dan warahmah bukan hanya tujuan, melainkan proses untuk menggapai kebahagiaan lebih dari dunia, yaitu kebahagiaan di akhirat.

Beberapa hari ini SettiaBlog memang sengaja tidak memposting bahasan. SettiaBlog menenangkan diri karena SettiaBlog merasakan siklus pola kehidupan seperti lima tahun yang lalu, kayak memulai dari awal gitu. Makanya SettiaBlog memulai bahasan dari diri sendiri dan keluarga. Kalau untuk motif Majapahitan, ini motif batik Jawa Timuran bukan batik Solo. Eyang SettiaBlog sukanya yang motif Sulur Gringsing dan Surya Mangrangsang. SettiaBlog sendiri dulu waktu SMP suka pakai yang Surya Mangrangsang. Sayangnya Bojonegoro belum punya motif ini padahal hampir semua kabupaten di Jawa Timur punya motif Gringsing bahkan Bali dan Madura juga punya. Salah satu motif yang paling di sakralkan. Untuk Kakangmas dan Mbakyu di Bojonegoro kayaknya perlu mempertimbangkan motif Gringsing menjadi bagian motif batik Bojonegoro. Bojonegoro sendiri kan juga masuk dalam sejarah penting berdirinya Majapahit. Bahasan ini SettiaBlog buat tadi malam dan di lanjutkan tadi pagi. Maaf semua atas kekonyolan cerita SettiaBlog di atas, seperti itulah SettiaBlog, jangan di masukkan hati ya!

No comments:

Post a Comment