Jan 8, 2022

Menemukan Kembali yang Lama Hilang



  Seharian SettiaBlog ndak keluar dari kamar, baru habis shalat dzuhur SettiaBlog keluar. SettiaBlog langsung ke belakang rumah, menata lagi tanah di pot bonsai yang hilang tergerus air hujan. Entah kenapa SettiaBlog kok tiba-tiba pengen menulis cerita. Setelah beberapa lama termenung, SettiaBlog membuka notepad dan mulai mengetik. "Akhirnya menemukan yang lama hilang", ini tema yang SettiaBlog ambil. Dan lagu yang menemani "finally found you" versi gamelan, ada pada klip di atas dan ilustrasinya sepasang suami - istri yang telah lama kehilangan cinta.

Menikah tanpa didasari cinta tentu bukan hal mudah. Namun, pengalaman tersebut pernah dialami oleh pasangan ini. Ratih menikah di usia 30 tahun karena tuntutan ibunya untuk segera melepas masa lajang. Padahal, dia tidak ingin menikah karena sudah bahagia dengan kesendiriannya. Ia pun mengaku tak pernah pacaran dan merasakan cinta.
"Saya cewek yang cuek dengan urusan ribet termasuk jodoh malah ndak terlalu peduli, toh saya udah punya penghasilan tetap dan happy,"ungkapnya.
Singkat cerita, ia dijodohkan dengan anak dari teman ibunya. Seorang pria berusia 33 tahun yang menurutnya biasa saja. Awalnya, ia menolak namun karena iba dengan sang ibu, yang terus mendoakannya agar mendapatkan jodoh, ia pun bersedia dikenalkan dengan pria tersebut. Kesan pertama pertemuannya biasa-biasa saja. Meski dibuka dengan canggung, namun akhirnya mereka dapat melebur karena ternyata sang pria sangat humoris dan mereka punya ketertarikan yang sama.
"Dia orang yang humoris, pinter ngejokes receh dan kita punya hobi yang sama yaitu nonton film sama jalan-jalan. Dari situ saya rasa ada kecocokan tapi tetap ndak cinta."
Yang mengangetkan, ternyata sang pria juga ada di posisi sama dengannya. Mau menerima perjodohan karena tuntutan orang tua untuk segera menikah. Akhirnya, mereka sepakat untuk saling mengenal lebih dan bertukar kontak. Mendengar kabar tersebut, orang tua sang wanita merasa bahagia karena berarti ada harapan agar anaknya segera menikah. Setelah 6 bulan saling kenal, mereka akhirnya memutuskan benar-benar menikah, namun dengan syarat tetap menjalani hidup normal layaknya suami istri, tidur satu ranjang tapi tanpa hubungan suami-istri. Sang pria pun setuju dengan syarat tersebut.
"Saya bilang sama dia saya mau nikah sama dia tapi bukan karena cinta tapi ndak enak aja sama ibu. Dan parahnya dia juga mau nikah sama saya karena ndak enak sama ibunya, haduh cocok banget udah,"ungkap Ratih.

Mereka akhirnya menggelar resepsi pernikahan yang sederhana. Meskipun pura-pura, mereka merasa bahagia karena melihat orang tua mereka bahagia.
"Hajatan selesai dan waktunya malam pertama, saya mau ingetin lagi sama dia kalau ndak ada hubungan suami-istri di pernikahan kita, eh dia malah pules duluan,"ungkap Ratih.
Mereka menjalani kehidupan rumah tangga pada umumnya, mengambil kredit rumah, pulang kerja bareng, dan hal lainnya. Bahkan sang wanita pernah menanyakan, kalau sang suami selingkuh dia tidak akan peduli. Namun rupanya, sang pria sangat menghormati yang namanya pernikahan.
"Biarpun tanpa dasar cinta, dia menjalankan semua kewajibannya sebagai suami kecuali hubungan suami-istri,"tegasnya.

Singkat cerita, pernikahan mereka sudah memasuki tiga tahun. Keluarga pun sering menanyakan masalah momongan. Padahal selama tiga tahu tersebut mereka sama sekali belum pernah berhubungan suami istri.
"Nikah udah lama dan sedikitpun ndak ada yang berubah, perasaan saya sama dia ndak ada cinta sama sekali, dan dia pun gitu. Tanpa momongan pun kita happy aja tapi kadang ngerasa bersalah sama ortu," kisahnya lagi.
Sampai pada suatu hari, mereka tak sengaja bertemu mantan pacar sang suami. Sejak kejadian tersebut, sang wanita merasakan ada hal aneh dari suaminya. Ia melihat suaminya sering murung. Akhirnya sang suami pun bercerita bahwa dia sebenarnya belum bisa melupakan mantannya tersebut, padahal sang mantan sudah menikah.
"Saya terkejut juga sih dengernya, ternyata dia punya cinta sedalam itu sama mantannya," akunya.
Akhirnya, sang suami menceritakan lebih detail soal alasan hubungannya dan sang mantan berakhir. Rupanya, ia ditinggalkan karena sang mantan memilih pria yang lebih mapan.
"Saat itu, pertama kalinya saya liat suami sedih dan nangis, taunya dia punya masalah mental yang dalem juga, dan ndak tau kenapa ada perasaan iba di hati saya. Saya ndak kesinggung tapi ngenes juga liat orang dikecewain sampe segitunya," tuturnya.

Sejak saat itu, ada yang mengganjal di hati sang istri. Ia merasa semakin ingin memperhatikan sang suami. Siapa sangka, itu menjadi titik balik hubungannya dengan sang suami. Ia benar-benar mulai jatuh cinta. Sikapnya pun berubah menjadi lebih manis dan lebih manja. Awalnya suaminya bingung dan kaget bahkan sempat sulit menerima jika ternyata sang istri benar-benar jatuh cinta padanya.
"Tiap hari makin kesemsem saya sama dia dan dia seperti biasa aja tapi saya ndak peduli, jadi gini ya yang namanya jatuh cinta. Itu pertama kalinya saya jatuh cinta, dan ada rasa takut kehilangan yang amat besar," katanya.

Setelah tiga tahun menikah, akhirnya jatuh cinta sang istri pada suami jadi masalah pertama dalam rumah tangga mereka. Sang suami mulai menjauh, mereka pun saling diam berhari-hari. Rupanya setelah ditanya, alasan suaminya menjauh adalah karena masih memikirkan sang mantan, serta takut dikecewakan seperti dahulu. Namun sang istri tak kehilangan akal. Ia coba berbagai cara untuk bisa menyembuhkan luka hati sang suami, serta berusaha agar suaminya jatuh cinta padanya, termasuk dengan mencoba berhubungan suami-istri.
"Saya coba rayu suami pas malam sebelum tidur, dan dia malah ketawa, katanya saya agresif banget. Oke ndak apa apa, namanya juga berjuang ada aja hambatannya. Saya coba lagi dan dia ketawa lagi," kenang dia.
Sampai akhirnya, sang suami mulai terbiasa dengan sikap manis istrinya. Ia pun memutuskan untuk belajar mencintai sang istri. Akhirnya, setelah tiga tahun menikah, untuk pertama kalinya mereka benar-benar melakukan hubungan badan.
"Kami jadi sering intens berdua di kamar dan saya ngambil cuti buat bulan madu, padahal di rumah doang lagi bereproduksi." katanya sambil tertawa.
Dua bulan kemudian akhirnya ia hamil. Suami dan keluarga mereka sangat bahagia mendengarnya. 9 bulan kemudian anak mereka pun lahir kembar, satu perempuan dan satu laki-laki. Pasangan ini pun kita menjalani rumah tangga dengan penuh cinta.



Untuk background boxnya SettiaBlog gunakan warna MistyRose. Meskipun bukan zaman Siti Nurbaya lagi, perjodohan masih banyak ditemukan di zaman sekarang ini. Seorang perempuan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Orangtua mana pun rasanya hanya ingin memilihkan apa pun yang terbaik untuk anaknya. Saat kecil Anda terbiasa dipilihkan sekolah terbaik, makanan terbaik, fasilitas terbaik, baju dengan bahan terbaik, hingga pola asuh terbaik. Tidak ada yang perlu diragukan dari niatan orangtua untuk selalu memberikan hal-hal paling baik bagi kita. Setuju kan? Maka untuk perkara memilih pasangan pun mereka pasti akan memilih yang paling baik untuk Anda. Baik agamanya, baik sikapnya, latar belakangnya, baik latar belakang keluarganya, dan baik pekerjaannya. Kriteria tersebut pasti sudah dipikirkan oleh orangtua secara matang sebelum memutuskan menjodohkannya dengan Anda. 

Perjodohan itu kemudian ada yang berujung kebahagiaan. Satu sama lain mencintai dan saling mengasihi. Tapi, tidak sedikit pula yang menjalankan pernikahan sebagaimana mestinya, tetapi rasa cinta kepada pasangan masih belum sepenuh hati. Perempuan seperti ini bahkan terkadang tidak bisa mencintai suami sepenuh hati. Karena masih terbayang “sang mantan” yang telah membina rumah tangga dengan orang lain. Bagaimanakah jika itu terjadi?

Cinta adalah kecenderungan hati terhadap sesuatu yang menyenangkan. Sehingga dianggap baik walau sesuatu itu dipandang oleh pihak lain sebagai sesuatu yang tidak baik. Pada hakikatnya, cinta adalah pekerjaan hati yang bersifat samar. Ini merupakan pekerjaan yang rumit karena sifatnya dan keberadaannya yang hanya diketahui oleh pelakunya dan yang dicintainya. Menyoal rasa cinta dalam hubungan rumah tangga, Nabi Muhammad SAW pernah mengadu kepada Allah SWT perihal rasa cintanya. Dalam sebuah riwayat dari Sayyidah ‘Aisyah;
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْسِمُ بَيْنَ نِسَائِهِ، فَيَعْدِلُ، وَيَقُولُ: اللَّهُمَّ هَذِهِ قِسْمَتِي فِيمَا أَمْلِكُ، فَلاَ تَلُمْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلاَ أَمْلِكُ.
Dari Aisyah Ra, ‘sesungguhnya Nabi Saw menggilir para isterinya dengan adil, dan berkata :“Ya Allah, Inilah batas kemampuan yang kumiliki, maka janganlah kecam aku menyangkut apa yang Engkau miliki tapi tidak kumiliki”(HR. At-Tirmidzi)

Dari hadis di atas, dapat kita ketahui bahwa seorang Nabi pun, memiliki masalah dalam soal rasa cinta. Beliau mengadu kepada Allah SWT tentang sulitnya berbuat adil dalam hal cinta kepada istri-istrinya. Namun demikian, bukan berarti ini menjadi pembenaran ketidakcintaan kepada suami untuk menyerah, atau bahkan menjadikan alasan bercerai. Oleh karena Allah SWT adalah pemilik hati, yang membolak-balikkan hati. Maka seyogyanya seorang istri terus berusaha untuk mencintai pasangan sah-nya. Seraya terus berdoa kepada Sang Pemilik dan Pembolak-balik hati. Kalaupun ini sudah dilakukan tapi masih tidak bisa mencintai suami sepenuh hati, maka hendaklah tetap berusaha dan berhusnudzan dengan Allah SWT atas ketentuannya, dan bermu’asyarah dengan baik kepada pasangannya. Karena sejatinya kita tidaklah tahu apa yang akan terjadi di depan, maka teruslah berprasangka baik, berdo'a, dan berusaha. Allah Swt berfirman

……وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Artinya: “Bergaullah dengan mereka secara patut. Bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” . (QS. An-Nisa’ [4]: 19)

No comments:

Post a Comment