Jan 13, 2022

Falsafah Hastabrata, Ajaran Jawa dalam Kepemimpinan

 


 Lihat klip di atas, istri SettiaBlog cantik kan? he...he... Bercanda....bercanda...., jangan ada yang lempar piring ke SettiaBlog ya. Gambar di atas itu Selena Gomez. Yang ini lho Selena yang SettiaBlog bilang pada bahasan sebelumnya. Kalau SettiaBlog perhatikan banyak kok yang rubah, yang paling kelihatan rambut, mata dan itu sangat pas dengan bibir warna mistyrose. Tapi di balik kecantikan dan karier kamu yang terus meningkat itu, SettiaBlog sering melihat kesedihan di dalam diri kamu Selena. Terus terang Selena, kamu tergolong wanita yang sangat tabah dalam hadapi masalah. Seperti itulah kehidupan Selena, mirip angka 8 yang selalu seimbang. Keseimbangan itu perlu, Selena.  Karena Tuhan menciptakan segala sesuatunya secara seimbang. Ada panas dan dingin, ada tinggi dan pendek, ada besar dan ada kecil, ada bahagia dan ada sedih, semuanya saling melengkapi dan membentuk keseimbangan (balances) atau harmoni. Bicara soal angka 8 di Jawa juga banyak konsep yang berhubungan dengan angka 8. Salah satunya falsafah hastabrata, merupakan falsafah kepemimpinan yang sangat populer dalam literatur Jawa. Hasta  berarti delapan sedangkan brata  berarti laku atau watak. Hastabrata adalah ajaran kepemimpinan Jawa yang meneladani delapan watak alam, meliputi watak pratala/lemah (bumi), maruta (angin), tirto/banyu/samodra (laut atau samudera atau air), candra (bulan), sulyo/srengenge (matahari), mendhung (mendung), dahana/geni (api), dan sudama/lintang  (bintang). Kedelapan watak alam ini sangat penting bagi pemimpin sebagai pedoman dalam mengelola negara dan rakyat, supaya kesejahteraan dan keselamatan negara dan rakyatnya terjamin (darmaning satriya mahanani rahayuning nagara).
Berikut delapan watak alam yang dimaksud, yaitu:



1.  Watak Bumi

Bumi mempunyai sifat sentosa, suci, dan ajeg. Meneladani watak bumi, seorang pemimpin harus sentosa budinya dan jujur serta mau memberi anugerah kepada siapa saja yang telah berjasa terhadap tanah air dan bangsa. Sifat ajeg  berarti tetap dan tegas. Untuk itu seorang pemimpin sifatnya harus tegas, konstan, konsisten, dan apa adanya. Di samping itu, bumi juga menawarkan kesejahteraan bagi seluruh mahkluk hidup yang ada di atasnya. Tidak pandang bulu, tidak pilih kasih, dan tidak membeda-bedakan. Maka seorang pemimpin harus memikirkan kesejahteraan pengikut atau bawahannya tanpa pandang bulu dan dengan konsisten.

2.  Watak Angin

Angin mempunyai sifat mengisi setiap ruangan yang kosong walaupun tempatnya rumit sekalipun. Meneladani watak angin, pemimpin harus dapat melakukan tindakan yang teliti, cermat, mau ber-incoqnito atau turun ke lapangan untuk menyelami kehidupan masyarakat bawah. Pemimpin harus mampu berada di mana saja dan bergerak ke mana saja, dalam artian bahwa meskipun mungkin kehadiran seorang pemimpin itu tidak disadari, tetapi dia bisa berada di mana pun dia dibutuhkan oleh rakyatnya. Pemimpin juga tak pernah lelah bergerak dalam mengawasi orang yang dipimpinnya.

3.  Watak Laut atau Samudra

Laut atau samudra mempunyai sifat luas, rata, dan berbobot. Meneladani watak laut atau samudra maka seorang pemimpin harus mempunyai pandangan yang luas, rata, dan sanggup menerima persoalan apapun dan tidak boleh membenci sesama. Seorang pemimpin juga harus menyikapi keanekaragaman rakyatnya sebagai hal yang wajar dan menanggapi dengan pandangan dan hati yang bersih. Sifat air mengalir terus-menerus dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Meskipun wadahnya berbeda-beda, air selalu mempunyai permukaan yang datar. Artinya, pemimpin harus berwatak adil dan menjunjung kesamaan derajat dan kedudukan. Selain itu, sifat dasar air adalah menyucikan. Pemimpin harus bersih dan mampu membersihkan diri dan lingkungannya dari hal yang kotor dan mengotori.

4.  Watak Bulan

Bulan mempunyai wujud indah dan menerangi dalam kegelapan. Meneladani watak bulan maka pemimpin harus dapat menyenangkan dan memberi terang dalam kegelapan bagi mereka yang membutuhkan. Pemimpin juga harus mampu memberi kehangatan di kala susah, memberi solusi saat ada masalah dan menjadi penengah di tengah konflik.

5.  Watak Matahari

Matahari mempunyai sifat panas, penuh energi, dan pemberi daya hidup. Meneladani matahari maka seorang pemimpin harus dapat memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan atau kepada rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin harus memberi semangat, membangkitkan motivasi, dan memberi kemanfaatan pengetahuan bagi orang yang dipimpinnya.

6.  Watak Mendung

Mendung mempunyai sifat menakutkan (wibawa) tetapi sesudah menjadi air (hujan) dapat menghidupkan segala yang tumbuh. Meneladani watak mendung maka seorang pemimpin harus berwibawa dan dalam tindakannya harus dapat memberi manfaat bagi sesamanya.

7.  Watak Api

Api mempunyai sifat tegak dan sanggup membakar apa saja yang bersentuhan dengannya. Meneladani watak api maka seorang pemimpin harus dapat bertindak tegas, adil, mempunyai prinsip tanpa pandang bulu. Seorang pemimpin harus mampu membakar jika diperlukan. Jika terdapat risiko yang mungkin bisa merusak organisasi, maka seorang pemimpin harus mampu untuk merusak dan menghancurkan risiko tersebut sehingga bisa sangat membantu untuk kelangsungan hidup organisasi yang dipimpinnya.

8.  Watak Bintang

Bintang mempunyai bentuk yang indah dan menjadi hiasan di waktu malam yang sunyi serta mempunyai sifat menjadi pedoman atau petunjuk arah bagi mereka yang bingung atau tersesat. Meneladani watak bintang. maka seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh serta dapat menjadi pedoman (panutan) bagi orang yang dipimpinnya, dapat menjadi kompas (petunjuk arah) bagi mereka yang membutuhkan.

Di Jawa juga ada konsep Mahameru Selena, ini juga berhubungan dengan angka 8. Tapi ndak SettiaBlog jelaskan di sini.


Bottom notes

Sementara itu eyang Sunan Kalijaga sering mengajarkan kepada masyarakat Jawa untuk tirakat. Kalau yang di contohkan eyang Sunan Kalijaga, dia biasa melakukan tirakat semasa hidupnya. Salah satu tirakat yang dilakukan eyang Sunan Kalijaga adalah tirakat untuk mendapatkan kemuliaan hidup dan keberkahan dari Allah SWT.

Selama hidupnya, eyang Sunan Kalijaga selalu melakukan shalat hajat sebanyak 4 rakaat setiap malam. Adapun ketentuan shalat hajat yang diajarkan oleh eyang Sunan Kalijaga antara lain :

• Pada rakaat pertama membaca surat Al fatikhah dan surat al ikhlas 10 kali
• Rakaat kedua membaca Surat Al fatikhah dan surat Al Ikhlas 20 kali
• Rakaat ketiga membaca Surat Al fatikhah dan surat Al Ikhlas 30 kali
• Rakaat keempat membaca Surat Al fatikhah dan surat Al Ikhlas 40 kali kemudian salam.
Selain melaksanakan shalat hajat, eyang Sunan Kalijaga juga mengamalkan wirid setelah melaksanakan shalat lima waktu. Wirid tersebut dipercaya bisa meraih kemuliaan hidup.
• Istighfar 101 kali
• Hasbunalloohu Wani’mal Wakiil 1001 kali
• Yaa Lathiif 1001 kali
• Yaa Hayyu Yaa Qoyyum 301 kali
• Yaa Kariimu Yaa Waduud 301 kali

No comments:

Post a Comment