Feb 22, 2021

Belajar dari Kisah Nabi Adam a.s dan Siti Hawa

  


Tadi malam, sambil tiduran, ndak sengaja dengerin lagu "right where you left me" milik Taylor Swift di atas, ndak tahu kenapa pikiran SettiaBlog ngelantur teringat akan cerita nabi Adam a.s yang di turunkan ke bumi dari surga. “Mengapa Nabi Adam a.s. dan Hawa ‘diusir’ dari taman surga dan harus ke Bumi? Mengapa tidak terus menerus di surga sehingga kita juga akan merasakan kehidupan di surga dan tidak perlu bersusah payah menjalani kehidupan di dunia? Apakah‘dosa beliau berdua sedemikian besar sehingga harus diusir dan dihukum untuk tinggal di dunia yang penuh kekejaman dan kejahatan?”

Setelah menciptakan alam semesta dan para makhluk seperti malaikat dan iblis, tibalah Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan makhluk lainnya untuk menjadi pemimpin dan penghuni bumi dan seisinya. Ialah Nabi Adam Alaihissalam, manusia pertama yang diciptakan oleh Allah Ta'ala. Manusia terbuat dari tanah liat hitam yang kering, kemudian Allah bentuk hingga jadilah wujud manusia seperti sekarang. Kehendak Allah menciptakan manusia tertulis dalam Surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Lalu, Allah berfirman ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” (QS. Al-Baqarah: 30).



Meski begitu, malaikat berbeda dengan iblis. Keduanya memang diceritakan sebagai makhluk Allah yang taat, bahkan iblis dikisahkan sebagai makhluk yang senantiasa bersujud kepada Allah. Namun, ketika iblis diperlihatkan sosok seorang manusia, mulailah tumbuh rasa iri nan sombong dalam dirinya. Hal ini begitu nampak saat Allah memerintahkan seluruh makhluk ciptaannya, termasuk malaikat dan iblis untuk sujud kepada Nabi Adam Alaihissalam sebagai penghormatan. Allah SWT berkata: “Wahai kalian yang ada di surga-Ku, ini adalah Adam, manusia yang Aku ciptakan dari tanah. Maka Aku perintahkan kalian untuk bersujud di kaki Adam,”

Ribuan malaikat yang senantiasa patuh dan tunduk atas perintah Allah langsung seketika bersujud kepada Nabi Adam. Namun, tidak dengan iblis yang menolak bersujud, karena rupanya mereka justru menunjukkan sisi kesombongannya dengan mengatakan bahwa dirinya tercipta dari api sehingga merasa jauh lebih mulia dibanding Adam, seorang manusia yang terbuat dari tanah liat. Akibat kesombongannya, Allah Ta'ala menjadi murka terhadap iblis meskipun iblis telah beribu-ribu tahun lamanya merupakan makhluk yang dikenal taat kepada Allah. Maka, Allah seketika mengusir iblis dari surga, dan dengan begitu, iblis mematuhi perintah Allah dengan syarat bahwa dirinya diperbolehkan untuk menguji kegoyahan iman hamba-hamba Allah SWT hingga hari kiamat.

Kembali pada Nabi Adam Alaihissalam yang tinggal di surga dengan penuh keindahan. Nabi Adam sangat menikmati kehidupannya berada di surga Allah Ta'ala. Namun, nyatanya, kian lama ia merasa sepi dan hampa karena selalu sendiri. Seperti dinukil dari buku 'Allah, Nabi Adam dan Siti Hawa' karya Syaikh Muzaffer Ozak Al-Jerahi, semua kenikmatan yang dimiliki Nabi Adam di surga seakan tak lengkap tanpa kehadiran seseorang yang mampu menjadi teman dalam bercengkrama dan berdampingan menjalani hidup. Maka, Allah pun mengabulkan permintaan sang khalifah pertama. Ketika ia sedang tertidur, Allah menciptakan seorang wanita dari tulang rusuknya, yang dihadirkan tepat didepan Nabi Adam yang disadari kehadirannya saat Nabi Adam terbangun dari istirahatnya. “Akulah Siti Hawa, yang diciptakan Allah untuk mendampingimu di surga Allah sebagai istrimu,”

Nabi Adam dan Siti Hawa pun hidup sangat bahagia di surga. Semua kenikmatan dan kebahagiaan mereka raih di surga Allah. Hanya saja Allah mengingatkan akan satu hal kepada mereka, “Kau boleh menikmati dan memakan apapun di dalam surga-Ku ini, terkecuali satu hal, janganlah kau dekati menyentuh dan memakan buah khuldi yang diharamkan untukmu,”
Maka, iblis yang senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya pun tak henti-hentinya menggoda mereka. Awalnya, mereka menjadi hamba yang begitu taat kepada Allah. Namun, suatu waktu, Siti Hawa terbujuk rayuan iblis, dan mendekati pohon terlarang tersebut. Ia terayu omongan iblis: “Sesungguhnya Allah Ta'ala melarang kalian memakan buah ini (khuldi) agar kalian tak kekal berada di surga,”

Siti Hawa merasa tergiur dan kemudian membujuk suaminya untuk mengonsumsi buah tersebut. Mulailah mereka sama terbujuk perkataan iblis, lalu mengambil buah tersebut dan memakannya. Seketika, terdengarlah seruan dari Allah bahwa mereka telah melanggar perintah-Nya. Langsunglah setelahnya mereka memohon ampun kepada Allah dengan diselimuti rasa penyesalan yang amat sangat. Allah menerima taubat Nabi Adam Alaihissalam dan Siti Hawa, namun sebagai ganjarannya mereka diturunkanlah dari surga ke bumi.

Kisah Nabi Adam ini menuai pelajaran yang dapat dipetik. Sebagaimana iblis yang merupakan makhluk yang taat, yang senantiasa beribadah kepada Allah namun karena kesombongannya ia diusir dari surga Allah. Begitupun Nabi Adam karena satu dosa yang sebelumnya telah begitu dilarang Allah ternyata ia lakukan, ia menerima ganjaran bahwa harus diturunkan dari Surga dan kehilangan segala kenikmatan didalamnya.

Poin lainnya yang dapat diteladani ialah dari Siti Hawa, sebagai seorang istri yang senantiasa sabar dan setia. Ia juga begitu patuh atas perintah Allah SWT. Namun, semua itu pun berhasil digoyahkan ketika iblis membujuknya untuk memakan buah khuldi, sampai Siti Hawa pun tak mengindahkan larangan Nabi Adam dan justru turut serta mengajaknya untuk mengonsumsi buah tersebut. Ini seakan menjadi contoh bagi para istri yang harus senantiasa patuh kepada suami. Larangan terhadap suatu hal tidaklah baik untuk dibantah, karena yakinlah setelahnya akan ada suatu hal buruk yang terjadi.

Selanjutnya ialah dilihat dari pandangan Nabi Adam di mana godaan pria terbesar bertumpu pada harta, tahta dan wanita. Sebagai manusia biasa, tentunya Nabi Adam tergoda akan bujukan salah satunya, yakni wanita yang tak lain ialah istrinya sendiri saat dirinya diajak untuk memakan buah khuldi. Murkanya Allah terhadap Nabi Adam dan Siti Hawa memunculkan rasa penyesalan yang begitu dalam di antara keduanya. Dari sinilah adanya taubat nasuha. Nabi Adam bertaubat kepada Allah agar diampuni dosa-dosanya.

Begitupun Hawa, yang keduanya ingin segera dipertemukan kembali ketika diturunkan di bumi dalam keadaan terpisah. Adapun doa yang dipanjatkan oleh Nabi Adam kala bertaubat yakni
“Rabbanaa zhalamnaa anfunsanaa wa illam taghfirlanaa watarhamnaa lana kunannaa minal khaasirin,”
Artinya: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sediri, dan jika Engkau tidak menganmpuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi,”.

Allah Ta'ala kemudian mengangkat derajat Nabi Adam. Dengan begitu, yang dapat dipetik dari sini ialah janganlah lebih dulu mengeluh dan menyalahkan suatu kondisi, terutama saat tibanya ujian Allah dalam kehidupan kita. Sebab, bukan mustahil bahwa saat itulah Allah hendak mengangkat derajat kita.

No comments:

Post a Comment