Sep 13, 2019

Proses Healing Pada Wanita yang Mengalami Perselingkuhan Suami


bukan maksudku, Rosa

Lagu Rosa di atas bercerita tentang perasaan bersalah seseorang karena merasa terpikat dengan orang lain. Saat menjalin hubungan asmara, setiap orang pasti tidak ingin menyelingkuhi atau diselingkuhi oleh pasangan. Adanya perselingkuhan dalam hubungan umumnya akan menyebabkan luka mendalam di hati kedua pasangan.
Adanya perselingkuhan juga bisa membuat hubungan mudah putus atau berakhir di tengah jalan.

Meski perselingkuhan sering kali menyebabkan luka di hati, tidak sedikit orang yang tetap nekat melakukan perselingkuhan demi kesenangannya sendiri. perselingkuhan sendiri bisa terjadi karena banyak penyebab. Ada beberapa penyebab perselingkuhan yang bahkan sangat sering terjadi namun jarang disadari atau nyaris disepelekan.

Penyebab Perselingkuhan

Penyebab perselingkuhan amat beragam dan biasanya tidak hanya disebabkan oleh satu hal saja. Ketidakpuasan dalam perkawinan merupakan penyebab utama yang sering dikeluhkan oleh pasangan, tetapi ada pula faktor-faktor lain di luar perkawinan yang mempengaruhi masuknya orang ketiga dalam perkawinan. Berdasarkan berbagai sumber, ada sejumlah alasan terjadinya perselingkuhan :

• Kecemasan menghadapi masa transisi; seperti misalnya memiliki anak pertama, anak memasuki usia remaja, anak yang telah dewasa meninggalkan rumah, dan memasuki masa pension.

• Pasangan muda menimbulkan gairah baru sehingga menjadi semacam pelarian dari perkawinan yang tidak membahagiakan..

• Tidak tercapainya harapan-harapan dalam perkawinan dan ternyata diperoleh dari pasangan selingkuh..

• Perasaan kesepian..

• Suami dan/atau istri memiliki ide tentang perkawinan dan cinta yang tidak realistis. Ketika perkawinan mulai bermasalah, pasangan menganggap bahwa cinta mereka sudah padam..

• Kebutuhan yang besar akan perhatian..

• Terbukanya kesempatan untuk melakukan perselingkuhan, yaitu kemudahan bertemu dengan lawan jenis di tempat kerja, tersedianya hotel dan apartemen untuk mengadakan pertemuan rahasia, dan berbagai sarana komunikasi yang mendukung perselingkuhan..

• Kebutuhan seks yang tidak terpenuhi dalam perkawinan..

• Ketidakhadiran pasangan, baik secara fisik maupun emosional, misalnya pada pasangan bekerja di kota yang berbeda, pasangan yang terlalu sibuk berkarir, dan pasangan yang sering bepergian dalam jangka waktu yang lama..

• Perselingkuhan yang sudah sering terjadi dalam keluarga besar, sehingga menyebabkan memudarnya nilai-nilai kesetiaan.

Dampak Perselingkuhan

Apapun jenis perselingkuhan yang dilakukan oleh suami, dampak negatifnya terhadap perkawinan amat besar dan berlangsung jangka panjang. Perselingkuhan berarti pula penghianatan terhadap kesetiaan dan hadirnya wanita lain dalam perkawinan sehingga menimbulkan perasaan sakit hati, kemarahan yang luar biasa, depresi, kecemasan, perasaan tidak berdaya, dan kekecewaan yang amat mendalam.

Istri-istri yang amat mementingkan kesetiaan adalah mereka yang paling amat terpukul dengan kejadian tersebut. Ketika istri mengetahui bahwa kepercayaan yang mereka berikan secara penuh kemudian diselewengkan oleh suami, maka mereka kemudian berubah menjadi amat curiga. Berbagai cara dilakukan untuk menemukan bukti-bukti yang berkaitan dengan perselingkuhan tersebut. Keengganan suami untuk terbuka tentang detil- detil perselingkuhan membuat istri semakin marah dan sulit percaya pada pasangan. Namun keterbukaan suami seringkali juga berakibat buruk karena membuat istri trauma dan mengalami mimpi buruk berlarut-larut.

Secara umum perselingkuhan menimbulkan masalah yang amat serius dalam perkawinan. Tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perceraian karena istri merasa tidak sanggup lagi bertahan setelah mengetahui bahwa cinta mereka dikhianati dan suami telah berbagi keintiman dengan wanita lain. Pada perkawinan lain, perceraian justru karena suami memutuskan untuk meninggalkan perkawinan yang dirasakannya sudah tidak lagi membahagiakan. Bagi para suami tersebut perselingkuhan adalah puncak dari ketidakpuasan mereka selama ini.

Bagi pasangan yang memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan, dampak negatif perselingkuhan amat dirasakan oleh istri. Sebagai pihak yang dikhianati, istri merasakan berbagai emosi negatif secara intens dan seringkali juga mengalami depresi dalam jangka waktu yang cukup lama. Rasa sakit hati yang amat mendalam membuat mereka menjadi orang- orang yang amat pemarah, tidak memiliki semangat hidup, merasa tidak percaya diri, terutama pada masa- masa awal setelah perselingkuhan terbuka. Mereka mengalami konflik antara tetap bertahan dalam perkawinan karena masih mencintai suami dan anak- anak dengan ingin segera bercerai karena perbuatan suami telah melanggar prinsip utama perkawinan mereka.

Proses Healing

Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami memberikan dampak negatif yang luar biasa terhadap istri. Berbagai perasaan negatif yang amat intens dialami dalam waktu bersamaan. Selain itu terjadi pula perubahan mood yang begitu cepat sehingga membuat para istri serasa terkuras tenaganya. Kondisi ini, yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan, sama sekali tidak mudah untuk dilalui. Salah satu perasaan yang secara intens dirasakan adalah kesedihan dan kehilangan. Perasaan sedih semakin mendalam pada saat-saat menjelang ulang tahun pernikahan, ulang tahun pasangan, dan tanggal pada saat terbukanya perselingkungan. Kesedihan akibat perselingkuhan dapat dijelaskan melalui model “proses berduka” dari Kubler-Ross yang terdiri dari 5 tahapan :

1. Tahap Penolakan

Awal tahap ini diwarnai dengan perasaan tidak percaya, penolakan terhadap informasi tentang perselingkuhan suami. Dalam beberapa istri merasa mati rasa yang merupakan respon perlindungan terhadap rasa sakit yang berlebihan. Bila tidak berlarut-larut, penolakan ini menjadi mekanisme otomatis yang menghindarkan diri dari luka batin yang dalam.

2. Tahap Kemarahan

Setelah melewati masa penolakan, istri akan mengalami perasaan marah yang amat dahsyat. Mereka biasanya akan sangat memaki-maki suami atas perbuatannya tersebut, sering menangis, bahkan melakukan kekerasan fisik terhadap suami. Kemarahan seringkali dilampiaskan pula kepada wanita yang menjadi pacar suami. Keinginan istri untuk balas dendam kepada suami amatlah besar, yang muncul dalam bentuk keinginan untuk melakukan perselingkuhan atau membuat suami sangat menderita.

3. Tahap Bargaining

Ketika perasaan marah sudah agak mereda, maka istri akan memasuki tahap bargaining. Karena menyadari kondisi perkawinan yang sedang dalam masa krisis maka istri berjanji melakukan banyak hal positif asalkan perkawinan tidak hancur. Misalnya saja berusaha untuk lebih perhatian pada suami, menjadi pasangan yang lebih ekspresif dalam hubungan seksual, atau lebih merawat diri. Keputusan ini kadang tidak rasional karena seharusnya pihak yang berselingkuh yang harus memperbaiki diri dan meminta maaf.

4. Tahap Depresi

Kelelahan fisik, perubahan mood yang terus menerus, dan usaha-usaha untuk memperbaiki perkawinan dapat membuat istri masuk ke dalam kondisi depresi. Para istri kehilangan gairah hidup, merasa sangat sedih, tidak ingin merawat diri dan kehilangan nafsu makan. Mood depresif menjadi semakin buruk bila istri meyakini bahwa dirinyalah yang salah dan menyebabkan suami berselingkuh.

5. Tahap Penerimaan

Setelah istri mencapai tahap penerimaan, barulah dapat terjadi perkembangan yang positif. Penerimaan terbagi menjadi dua tipe. Pertama, penerimaan intelektual yang artinya menerima dan memahami apa yang telah terjadi. Kedua, penerimaan emosional yang artinya dapat mendiskusikan perselingkuhan tanpa reaksi-reaksi berlebihan. Proses menuju penerimaan tidak sama bagi semua orang dan rentang waktunya juga berbeda.

Selain perasaan sedih dan marah, para istri juga mengalami obsesi terhadap perselingkuhan suami. Sepanjang hari mereka tidak bisa melepaskan diri dari berbagai pertanyaan dan detil-detil perselingkuhan. Banyak istri yang menginterogasi suaminya berkali-kali untuk memastikan bahwa suami tidak berbohong dan menceritakan keseluruhan peristiwa. Kebohongan suami selama ini membuat mereka trauma.

Walaupun obsesi merupakan hal yang normal, tetapi bila tidak berusaha diatasi maka akan sangat merugikan dan menghambat pemulihan kondisi istri. Karena trauma akibat perselingkuhan amat sulit diatasi, maka seringkali dibutuhkan penanganan oleh konselor perkawinan. Snyder, Baucom, dan Gordon mengembangkan suatu model penangan yang dinamakan ”Integrative Approach”. Dalam model tersebut terdapat beberapa komponen, yaitu: (a) mengenali dampak traumatik dari perselingkuhan, (b) mengembangkan ketrampilan-ketrampilan penting untuk membina hubungan dalam perkawinan dan mengatasi trauma, (c) meningkatkan pemahaman pasangan tentang faktor-faktor yang mengarah pada perselingkuhan, dan (d) membahas proses memaafkan dan meneruskan kehidupan.

Di bawah ini ilustrasi suatu perselingkuhan :

Andita merupakan anak pertama dari keluarga yang cukup harmonis. Namun perkawinan orangtuanya pernah mengalami guncangan karena ayahnya terlibat perselingkuhan dengan wanita yang jauh lebih muda daripada ibunya. Masalah itu akhirnya dapat diatasi dan perkawinan mereka tetap bertahan sampai saat ini.

Andita menjalani masa pacaran yang cukup lama sebelum akhirnya menikah. Ia berusaha mencari sosok calon suami yang mirip dengan ayahnya, yaitu pandai dan baik hati. Akhirnya Andita menikah dengan Arman, seorang pria yang sangat pandai tetapi agak pendiam. Mereka kemudian meneruskan pendidikan ke luar negeri selama beberapa tahun.

Sejak awal perkawinan, pasangan ini sudah sering bertengkar. Penyebabnya adalah ketidakpuasan Andita dalam perkawinan. Setelah kembali ke Indonesia, Arman dikirim oleh perusahaannya bekerja di luar Jawa. Namun Andita tetap memilih tinggal di Jakarta bersama anak-anak dengan alasan ingin menemani orangtuanya. Keputusan ini membuat Arman, yang berasal dari keluarga Jawa, amat kecewa. Ia berharap istrinya menghargai dirinya sebagai kepala keluarga dan akan ikut kemanapun ia berada. Akhirnya Arman keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dan memulai bisnis di Jakarta, agar bisa berkumpul bersama keluarganya.

Pada saat mengembangkan bisnis barunya, Arman terlibat hubungan asmara dengan salah seorang wanita rekan bisnisnya. Arman merasa sangat cocok dan dapat berkomunikasi secara terbuka dengan perempuan tersebut. Mereka sempat menikah siri selama beberapa bulan. Tetapi akhirnya Arman memutuskan hubungan tersebut karena Andita tidak mau diduakan dan menuntut untuk bercerai. Arman juga merasa bahwa dirinya “diguna-guna” sehingga mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Setelah perselingkuhan terungkap, pasangan ini menjalani terapi bersama. Hubungan mereka membaik setelah Arman menghentikan perselingkuhan, meminta maaf, dan menunjukkan banyak perubahan positif.

No comments:

Post a Comment