Aug 12, 2019

Dust In The Wind


dust in the wind cover

Ya… kita hanyalah butiran debu dalam angin, siap diterbangkan kapan saja. Saat mata terpejam sejenak saja, bisa jadi semua kenangan indah, semua mimpi-mimpi indah kita sudah hilang tak kita jumpai lagi, bahkan sebelum mata kita kembali terbuka. Bagaimana bisa terjadi?


I close my eyes Only for a moment and the moment’s gone
All my dreams Pass before my eyes with curiosity
Dust in the wind All they are is dust in the wind


Lagu karya gitaris Kansas Kerey Livgren ini memang sangat menginspirasi kita. Kita diingatkan akan tujuan hidup manusia yang hakiki.

Iya tentu saja bisa, bukankah kematian itu datang tak terduga? Bukankah kematian bisa datang dengan begitu cepatnya? Bukankah masa muda bukan berarti kita aman dari yang namanya kematian? Dust in the Wind… all we are is Dust in the Wind…

Dan… saat kematian itu sudah datang, bukankah seakan tak ada artinya lagi semua keindahan yang kita nikmati di dunia ini? BUkankah itu artinya selesai sudah semua impian-impian indah yang telah kita susun dengan begitu bersemangat sebelumnya?? Karena tugas kita di dunia ini sudah selesai dan kita harus kembali bersatu denganNya. Dust in the Wind… all we are is Dust in the Wind…

Same old song Just a drop of water in an endless sea
All we do Crumbles to the ground, though we refuse to see
(Aa aa aa) Dust in the wind
All we are is dust in the wind
Oh, ho, ho
Now don’t hang on
Nothin’ last forever but the earth and skyIt slips away
And all your money won’t another minute buy
Dust in the wind All we are is dust in the wind


Kalau diibaratkan lautan, bukankah kita tak lebih dari setetes air yang menetes dari ujung jari kita. Bahwa saat kita melakukan banyak hal pun di dunia ini, maka akhirnya semuanya akan tetap sama. Semua dari tanah akan kembali ke tanah, semua berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya. Dust in the Wind… all we are is Dust in the Wind…

Kita ibarat debu, seolah tak bermakna. Seolah tak bermakna karena seandainya kita mengisi seluruh hidup kita dengan kebaikan pun, itu sama sekali belum ada apa-apanya dibandingkan kekuasaanNya yang sungguh tak terbatas. Menjadi “seolah” tak bermakna karena sebenarnya kita punya kesempatan untuk menjadi bermakna. Namun demikian, bisa jadi benar-benar menjadi tanpa makna saat kita tidak mengisi waktu kita di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Setiap detik, setiap menit waktu berlalu… dan semuanya akan kita pertanggung jawabkan nantinya. Untuk setiap menit waktu yang terbuang, bahkan uang kita tak akan mampu membelinya untuk kembali. Semuanya telah berlalu, semuanya telah tercatat di dalam catatanNya… Dust in the Wind… all we are is Dust in the Wind…

Kita ibarat debu, diantara begitu banyak karuniaNya. Kita adalah manusia yang lemah tanpaNya. Bagaimanakan kita bisa menggerakkan jari kita kalau tanpa bantuanNya? Bagaimanakah kita bisa beribadah jika tanpa pertolonganNya? Bagaimanakah kita bisa melangkah jika tanpa kemudahan dariNya? Bagaimanakah kita dapat bernafas jika tanpa kemurahanNya? Bagaimanakah kita bisa mengedipkan mata tanpa ijin dariNya? Dust in the Wind… all we are is Dust in the Wind…

Bukankah sangat benar perkataan Allah SWT, “Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?”. Bukankah dengan semua ini seharusnya kita menjadi sadar, bahwa tak ada satupun hal yang ada pada diri kita yang tidak bisa kita syukuri? Mari kita semua saling mendoakan… agar kita semua senantiasa terjaga untuk bersyukur, untuk setiap karunia apapun yang diberikan kepada kita. Dust in the Wind… all we are is Dust in the Wind…

Debu, hanyalah debu… yang seolah… tak bermakna.

No comments:

Post a Comment