Jun 9, 2023

Mengalah Bukan Berarti Kalah, Itu Proses Kedewasaan

 



Video klip di atas Putri Ariani, salah satu kontestan dari Indonesia dalam ajang pencarian bakat America's Got Talent (AGT) musim ke-18. Tolong di tonton sampai selesai ya, biar ikut merasakan emosi yang di rasakan. Dia merupakan seorang  difabel netra yang berbakat dalam bernyanyi dan mencipta lagu.  Golden Buzzer  pun di berikan pada Putri Ariani dan istimewanya, sang penekan tombol emas adalah Simon Cowell, juri yang dikenal sangat kritis dan "pelit" memuji. Untuk lagu pertama "loneliness" yang merupakan lagu original milik Putri dan Simon memberi kesempatan lagu ke dua, dia ambil “Sorry Seems to Be the Hardest Word” milik Elton John. Lirik lagu “Sorry Seems To Be The Hardest Word” ini menyiratkan tentang begitu sulitnya untuk saling mengalah.

Di bawah ini ada Al Qur'an Surat Al-Insyirah Ayat 5-6.
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, )
                                إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
(sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan)
Mengalah bukan berarti kalah itu proses kedewasaan.                                   Ayat diatas seakan Allah SWT, menuntun kita untuk terus berusaha walau sesulit apapun. Karena pada hakikatnya hidup adalah perjuangan. Ayat tersebut dijadikan quotes dalam setiap tindakan manusia. Untuk terus berusaha, berikhtiar dan tidak putus asa dalam meraih kebermanfaatan. Hidup adalah sebuah proses perjalanan menempuh kebahagiaan dunia dan akhirat. Menjalaninyapun tidak sebegitu mudah ataupun sebegitu susah. Ada yang mengatakan susah-susah gampang atau gampang-gampang susah. Semua kembali pada mindset orang dalam menjalaninya.

Hidup adalah pilihan, baik buruk, susah senang, positif negatif dan seterusnya, bumbu-bumbu kehidupan akan selalu ada. Medan kehidupan tak selamanya mulus, terjalpun harus kita lalui, berikhtiar dalam mengarungi kehidupan. Kadang manusia hidup selalu dihadapkam dengan sebuah pilihan, dan kadang pula manusia pada posisi memilih salah, tidak memilihpun salah. Kita seharusnya bijak dalam menentukan pilihan. Banyak hal yang seharusnya kita intropeksi diri (muhasabah) setiap hari, namanya juga manusia, kadang nyaman dengan mengulang pada kesalahan yang sama. Orientasinya adalah bagaimana kita mampu mengontrol diri untuk tidak menzalimi diri sendiri apalagi orang lain. Kita tidak bisa menuntut banyak orang untuk selalu senang kepada kita bahkan sebaliknya, banyak yang tidak suka, semua adalah tergantung bagaimana kita bersikap dan berinteraksi dengan sesama. Sudah seharusnya kita memperlakukan orang lain dengan penuh kerukunan.

Kepada yang lebih tua, kita seharusnya mampu menghormatinya, dan kepada yang lebih muda, kita mampu mengasihinya dengan kasih sayang. Hidup penuh perjuangan, kalah menang sudah pasti ada, dalam kompetisipun juga begitu, kalah menang sudah biasa. Yang terpenting adalah bagaimana kita memaksimalkan segala momen yang ada didepan kita dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Berinteraksi dengan banyak orang bukan berarti kita harus mengikuti banyak kemauan orang lain, atau kita mengatur banyaknya keinginan orang, namun interaksi yang menciptakan komunikasi yang mampu membawa kebermanfaatan untuk banyak orang.

Kesalahan dalam berkomunikasi adalah hal yang mudah dimaafkan tapi bukan untuk dilupakan, maka dari itu kita harus menjaga attitude supaya dalam berinteraksi selalu terjaga keharmonisannya. Sering kali kita selalu mengalah atas banyaknya pilihan yang ada, kadang pula mengalah dianggap tindakan yang negatif oleh sebagian orang, namun sesungguhnya mengalah bukanlah hal yang merendahkan diri, tapi justru dengan mengalah kita mampu menguasai diri dalam pilihan yang tepat, yaitu dengan sikap mengalah. Kalah dalam sebuah permainan, bukanlah tindakan mengalah dalam sebuah pertandingan, namun itu adalah ketidakcekatan dalam memainkan pertandingan. Masalah akan terus silih berganti,  tapi mampukah kita menahan ego diri kita ?Jawaban ada pada diri masing-masing, motivasi penting untuk ditanamkan dalam diri, namun tekad lebih utama dalam memantapkan diri.

"Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang" (Buya Hamka).

Kita hanya bisa menyemai lalu menanamnya sampai pada akhirnya kita akan memanen apa yang kita tanam, kadang kita menanam bibit unggul, belum tentu tumbuh dengan subur, ada saja ilalang yang menghambat pertumbuhan, begitu juga manusia, semakin kita melakukan maka semakin pula kita mendapatkan. Sudah pasti dalam proses pertumbuhan akan dikelilingi oleh orang-orang yang menghambat kita.

Mari, jadikan diri kita mampu mengontrol diri untuk sekadar mengalah pada tindakan-tindakan yang merugikan banyak orang, mengalah berarti menang pada pilihan kebermanfaatan banyak orang. Jadikan pengalaman sebagai pembenahan diri dan peningkatan kualitas diri, satu tindakan evaluasi akan meningkatkan kali lipat perkembangan diri. Semoga kita mampu menjadi manusia-manusia yang senantiasa berusaha dan berikhtiar dalam menebar kebermanfataan kepada sesama. Dan selalu mengupayakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Mengalah kepada keadaan bukanlah pejuang sejati, tapi kemenangan sejati adalah ketika kita mampu melawan musuh-musuh dalam diri kita. Ketertundukan kita pada situasi menandakan ketidakmampuan kita menguasai sendi-sendi terjalnya kehidupan. Terus berdo'a dan mohon bimbingan-Nya.




Bottom Note

Kalau video klip di Bottom Note ini juga "loneliness" yang dari kanal YouTube Putri Ariani. Kenapa SettiaBlog menyuruh menonton video di atas sampai selesai. Biar semua ikut merasakan proses perjuangan meraih impian. Caba Anda lihat ekspresi ibunya yang penuh emosional, haru dan bangga. SettiaBlog ucapkan terima kasih kepada Simon Cowell dan semua yang di sana atas sambutannya. Mereka yang hadir di sana menunjukkan sikap kedewasaan secara emosional.

Dewasa secara emosional, maksudnya itu, di mana seseorang mampu untuk mengontrol dirinya dalam memahami dan mengelola emosinya. Mereka juga cenderung tidak menganggap emosi sebagai suatu kelemahan, melainkan sebuah hal yang perlu dihargai dan tidak perlu ditutupi. Mengakui perasaan dan belajar dari masa lalu merupakan sebuah tanda bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosional.

Bagian dari dewasa secara emosional atau emotional maturity  adalah pemahaman bahwa hal ini adalah sebuah proses yang tidak bisa didapatkan secara instan dan membawa title emotionally mature  sepanjang hidup. Untuk memiliki pendewasaan secara emosional membutuhkan usaha dan dedikasi yang berkelanjutan agar dapat tumbuh dalam berbagai tahapan hidup.

Yang paling mendasar dari hal ini adalah belajar untuk mengidentifikasi dan memahami emosi yang dimiliki. Dengan menyadari akan apa yang sedang dirasakan, baik itu sedih, marah, dan malu, hal ini akan membuat Anda menyadari alasan mengapa Anda merasakan hal tersebut. Tidak hanya itu, Anda juga harus mulai untuk tidak merasa malu akan perasaan yang dimiliki, sadar untuk kapan harus merasa buruk tentang diri sendiri dapat memberimu pilihan untuk melakukan perubahan. Melepaskan rasa malu juga membuat Anda bebas untuk mengendalikan tindakan dengan cara sendiri.

Setelah memahami apa itu kedewasaan emosional atau emotional maturity, Anda bisa belajar untuk berhenti memendam perasaan dan takut akan judgment  orang lain. Emotional maturity  dapat membantu Anda untuk berkomunikasi lebih baik dengan orang lain dan memiliki hubungan yang lebih sehat dengan mengekspresikan diri secara lebih jelas. Pahamilah bahwa emosi yang dirasakan oleh Anda sangat valid dan semakin besar penerimaan Anda terhadap emosi yang dimiliki maka semakin dewasa juga kemampuan Anda dalam mengendalikan emosi. Mungkin akan sulit bagi Anda untuk melakukannya di awal, namun seiring berjalannya waktu semuanya akan menjadi lebih mudah.

No comments:

Post a Comment