May 28, 2020

Sukses Dunia Akhirat dengan Istighfar dan Taubat


Lirik lagu "If The World Was Ending" di atas menceritakan tentang kegagalan masa lalu. Dengan istighfar dan taubat untuk tak mengulangi kesalahan yang pernah di lakukan, agar ke depannya tak gagal lagi. Di tambah gesekan biola Lindsey Stirling yang tenang namun menyayat lagu di atas enak untuk di dengar, sambil merenung, mengingat kesalahan yang pernah Kita perbuat dan berniat memperbaikinya. Dan SettiaBlog ada sedikit tips "sukses dunia akhirat dengan istighfar dan taubat".


Istighfar secara harfiah berarti meminta maghfirah (ampunan). Kata 'maghfirah' dalam bahasa Arab memiliki akar kata yang sama dengan 'mighfar', yaitu alat pelindung atau penutup kepala pada waktu perang. Ada unsur kesamaan di antara keduanya: yaitu sama-sama 'menutupi' sesuatu sehingga tidak terlihat.

Seseorang yang beristighar, mengharapkan agar Allah Subhaanahu Wa Ta'ala mengampuni dosa-dosanya dan menutupi kesalahannya, tak terlihat oleh siapapun, tak berbekas, seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa.

Istighfar sering digandengkan dengan kata taubat. Apa perbedaan antara istighfar dengan taubat? Istighfar dengan taubat adalah dua rangkai kata yang jika dipisah bersatu dan jika disatukan terpisah.

Syarat - syarat Taubat

Taubat seorang hamba akan diterima oleh Allah jika terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Meninggalkan kemaksiatan yang dilakukan karena Allah,

Kemaksiatan terbagi menjadi 2 : meninggalkan kewajiban dan melakukan hal yang diharamkan. Jika kemaksiatannya adalah meninggalkan kewajiban, maka taubatnya adalah dengan melakukan kewajiban itu.
Contoh: orang yang tidak melakukan sholat wajib, taubatnya adalah dengan merubah perilakunya menjadi orang yang menegakkan sholat. Sebaliknya. jika kemaksiatannya adalah melakukan hal yang dilarang, seperti meminum minuman keras,  taubatnya adalah dengan menjauhi minum-minuman keras dan sejenisnya yang memabukkan.

2. Menyesal atas perbuatan dosanya. Tidak dianggap bertaubat seseorang yang tidak menyesali perbuatannya. Penyesalan itu adalah taubat (H.R Ahmad). Penyesalan itu didasari oleh pengakuan bahwa ia telah berdosa, telah mendzhalimi dirinya sendiri. "Mereka berdua (Adam dan Hawa) berkata: Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendzhalimi diri kami, dan jika tidak. Engkau ampuni dan beri rahmat kami, niscaya kami sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S Al A'raaf : 23)

3. Bertekad kuat secara jujur dan ikhlas untuk tidak mengulangi perbuatannya selama-lamanya. "Dan orang-orang yang jika mengerjakan perbuatan keji atau mendzhalimi diri sendiri, mengingat Allah dan beristighfar atas dosa-dosanya, dan siapakah lagi yang bisa mengampuni dosa selain Allah? Dan ia tidak terus menerus mengulangi apa yang pernah dilakukan dalam keadaan ia tahu. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat balasan ampunan dari Tuhan mereka... "(Q.S Ali Imran : 135)

4. Jika dosa itu terkait dengan hamba Allah yang lain, maka berusaha untuk mengembalikan haknya atau meminta maaf. Contoh: jika dosa itu adalah merampas harta orang lain, maka taubatnya adalah dengan mengembalikan harta itu kepada orangnya. Jika dosa itu adalah dosa ghibah atau ngrasani (membicarakan kejelekan orang lain), maka dirinci: apakah orang yang kita ghibahi itu tahu tentang hal itu atau tidak? Jika orang itu tahu bahwa kita pernah mengghibah dia, maka kita harus meminta maaf kepadanya. Jika ia tidak tahu, maka di majelis yang sama (majelis tempat kita mengghibahi dia) di waktu yang lain kita sebutkan kebaikan-kebaikannya dan memohonkan ampunan Allah, mendoakan kebaikan untuknya.

5. Taubat dilakukan saat masih terbuka waktunya. Bagi tiap orang : selama nyawa belum sampai kerongkongan (sakaratul maut menjelang meninggal dunia). "Dan bukanlah taubat itu bagi orang-orang yang melakukan kejahatan, sampai ketika maut telah mendatanginya ia berkata: Aku bertaubat sekarang... "(O.S An Nisaa' : 18).

Bagi seluruh manusia secara umum, taubat masih terbuka selama matahari belum terbit dari arah barat "..dan tidak terputus (pensyariatan) taubat sampai matahari terbit dari barat" (H.R Abu Dawud)

Selain permohonan ampunan, dalam lafadz-lafadz doa yang diajarkan Nabi kadang terdapat ucapan permohonan maaf kepada Allah.

Contoh : dalam al-Qur'an terdapat doa:
".. dan maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah (kasihanilah) kami... "(O.S Al- Baqarah : 256). Allah memaafkan kita artinya adalah Allah mengampuni dan membiarkan kita, sehingga tidak mendapatkan hukuman dariNya. Pemberian maaf juga lebih bermakna khusus pada hal-hal yang bersifat 'kekurangan' atau ketidaksempurnaan.

Kita memohon maaf kepada Allah karena kita kurang dalam beribadah.

• Kalaupun kita sholat wajib dan tidak pernah meninggalkannya, namun seringkali kita lalai di dalam sholat. Kita kerap 'nglamun' dan memikirkan hal-hal lain di luar sholat. Kita sering kali kurang sabar dalam menjalani sholat dan berharap cepat-cepat menyudahinya.

• Kalaupun puasa Ramadian kita tidak pernah 'bolong', namun kerap kali kita mengisinya dengan dosa dan kesia-siaan.

• Kita memang tidak pernah durhaka pada orang tua dengan menyakiti hatinya, tapi kita tidak pernah berbakti dan menyenangkan hatinya.

• Kita tidak pernah menyakiti tetangga kita, karena kita tidak pernah tahu keadaan mereka.

• Kita kerap kali kurang bersyukur dari nikmat-nikmat Allah yang sangat berlimpah mengguyur kita setiap saat. Kita sering melupakan Allah.

Untuk hal-hal tersebutlah, kita memohon maaf kepada Allah.

Ibunda kaum beriman, Aisyah radliyallahu'anha pernah bertanya kepada Nabi, bacaan apa yang hendaknya banyak dibaca ketika kita menduga kuat bahwa malam itu adalah Lailatul Oodar. Nabi mengajarkan bacaan: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Pemaaf, dan mencintai pemberian maaf, maka maafkanlah aku" (H.R At Tirmudzi, Ibnu Majah).

Pada hakikatnya: istighfar, taubat, dan permohonan maaf adalah memiliki persamaan dalam hal upaya mendapatkan ampunan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala. Walaupun masing-masing memiliki kedalaman arti dan perasaan kebahasaan yang tersendiri. Dosa Adalah Penghambat Kesuksesan

Dosa yang dilakukan manusia adalah penghambat keberhasilan. Di dunia, dosa menjadi sebab terjadinya musibah. Di akhirat, dosa yang tidak Allah ampuni akan menghasilkan kerugian yang nyata dan penyesalan yang terlambat. Ibnul Ooyyim al-Jauziyyah menyebutkan kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat dosa dalam kitabnya adDaa-u wad Dawaa'. Beberapa contoh kerugian atau  bahaya yang ditimbulkan suatu perbuatan dosa di dunia:

- Sulitnya mendapat ilmu yang bermanfaat
- Hati menjadi keras
-. Sulit khusyu' dan mendapatkan kenikmatan dalam ibadah
- Urusan yang dihadapi menjadi sulit
- Melemahkan badan
- Sulit (malas) dalam menjalankan ketaatan
- Keberkahan dihilangkan
- Sulitnya mendapatkan taufiq (hidayah) dari Allah
- Dada menjadi sempit
- Pelakunya menjadi hina di hadapan Allah dan di hadapan hamba Allah
-  Hewan-hewanpun juga akan melaknat pelaku dosa
-  Terhalangi dari dikabulkannya doa
- Menyebabkan timbulnya kerusakan di bumi dan lautan
- Hilangnya kenikmatan dan menyebabkan datangnya adzab
- Menyebabkan diperbudak oleh syaitan
- Tercabutnya perasaan takut di dalam dada musuh.
- Su-ul khotimah (akhir kehidupan yang buruk)

Dosa-Dosa Besar

Para Ulama' membagi dosa menjadi 2, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dosa besar adalah segala bentuk kemaksiatan yang mendapatkan ancaman keras dalam Al Qur'an maupun hadits shohih berupa: ancaman api neraka, laknat dari Allah dan RasulNya, mendapat kemurkaan Allah, haram masuk surga, tidak mencium bau surga, Nabi berlepas diri darinya, atau wajibnya ditegakkan hukum had di dunia. Dosa kecil adalah dosa-dosa yang tidak masuk kategori tersebut. Dosa-dosa kecil bisa dihapus dengan sholat wajib yang satu dengan berikutnya, wudhu', Ramadlan yang satu dengan berikutnya, langkah kaki menuju masjid, dan semisalnya. Sedangkan dosa besar tidaklah bisa dihapus kecuali dengan bertaubat kepada Allah. Untuk dosa selain syirik, jika seseorang meninggal dunia belum sempat bertaubat dari dosa besar, ia berada di bawah kehendak Allah. Jika Allah kehendaki Allah ampuni, jika tidak Allah akan mengadzabnya sesuai kadar dosanya tersebut. Sahabat Nabi Ibnu Abbas mengisyaratkan bahwa jumlah dosa besar sekitar 70-an. Al-Imam  adz-Dzahaby kemudian berusaha mengkaji dalil-dalil dalam Al Qur'an dan as-Sunnah, kemudian merangkumnya dalam kitab berjudul al-Kabaair. Ada 70 dosa besar yang beliau tuliskan, yaitu: Syirik, Membunuh jiwa yang tidak halal dibunuh, Sihir, Meninggalkan sholat wajib, Tidak berzakat padahal mampu, Berbuka di siang hari Ramadlan tanpa udzur syari, Tidak berhaji walaupun mampu, Durhaka kepada Orangtua, Memutuskan Silaturrahmi, Berzina, Homoseks (Liwath), Memakan riba, Memakan harta anak yatim, Berdusta atas nama Allah dan RasulNya, Lari dari medan jihad fi sabiilillah, Sombong, berbangga diri, dan ujub, Kesaksian palsu, Meminum minuman keras, Pemimpin yang menipu dan menganiaya rakyatnya, Berjudi, Menuduh orang baik melakukan zina, Ghulul (menggelapkan harta rampasan perang), Mencuri, Merampok, Sumpah palsu, Berlaku aniaya (dzhalim), Memungut pajak/ cukai, Memakan barang haram, Bunuh diri, Berdusta dalam mayoritas ucapannya, Hakim yang tidak adil, Suap- menyuap, Wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita, Dayyuts (seseorang yang tidak memiliki sifat cemburu terhadap istri dan keluarganya), Orang-orang yang bersepakat untuk menikahi istri yang telah ditalak tiga kemudian diceraikan lagi, Tidak menjaga tubuh dan pakaian dari percikan air kencing, Riya' (pamer dalam ibadah, Menuntut ilmu agama untuk tujuan dunia dan menyembunyikan ilmu, Berkhianat, Mengungkit-ungkit pemberian, Mengingkari takdir, Menguping rahasia orang lain, Tukang Mengadu domba (menukil ucapan orang untuk merusak persaudaraan), Banyak melaknat, Menipu dan mengingkari janji, Membenarkan ucapan dukun dan tukang ramal, Istri durhaka kepada suami, Melukis makhluk bernyawa, Memukul wajah, menjerit, merobek pakaian ketika terkena musibah, Al-Baghyu (bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain), Bertindak semena-mena terhadap pihak yang lemah, budak, istri, dan binatang, Menyakiti tetangga, Menyakiti dan mencela orang-orang Islam, Menyakiti hamba Allah dan bertindak dzhalim kepada mereka, Ishal (menjulurkan kain celana, sarung, dan semisalnya hingga di bawah mata kaki bagi laki-laki), Lelaki yang memakai sutera dan emas, Budak lari dari tuannya, Menyembelih kurban dipersembahkan untuk selain Allah, Menasabkan diri kepada selain ayah kandungnya, padahal ia mengetahui, Berdebat dan bersengketa, Menahan kelebihan air bagi orang-orang yang memerlukan, Mengurangi takaran timbangan, Merasa aman dari Makar Allah (Merasa aman dan tidak khawatir suatu saat berubah menjadi kafir atau menjadi susul khatimah), Putus asa dari rahmat Allah, Meninggalkan sholat berjamaah 5 waktu bagi laki-laki tanpa udzur, Terus menerus meninggalkan sholat Jumat bagi laki-laki tanpa udzur, Menentukan isi surat wasiat untuk menimbulkan mudharat bagi orang lain, Makar dan tipu daya, Memata-matai orang Islam dan membeberkan rahasianya kepada musuh dan Mencela salah seorang Sahabat Nabi

Itulah 70 dosa besar yang disebutkan oleh al-Imam  adz-Dzahaby. Para Ulama' juga menyebutkan dosa-dosa besar lain yang tidak masuk dalam penyebutan tersebut. Di antaranya:

1. Menghina orang lain : Menghina orang lain adalah termasuk dosa besar, menurut Sahabat Nabi Ibnu Umar: "Dosa besar adalah 7: Syirik kepada Allah, membunuh jiwa, lari dari medan pertempuran, menuduh orang baik berzina, memakan riba, memakan harta anak yatim, ilhad di masjidil Haram, menghina orang lain, dan menangisnya kedua orang tua akibat durhaka sang anak" (riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad)

2. Ghibah (membicarakan kejelekan orang lain) : Ghibah adalah memperbincangkan tentang saudara kita (muslim) yang jika orang tersebut tahu, dia akan merasa tidak suka. Ghibah adalah termasuk dosa besar. Allah permisalkan bagaikan memakan daging saudara sendiri yang sudah meninggal dunia. Al-lmam al-Ourthuby menukilkan ijma' para Ulama' bahwa ghibah termasuk dosa besar dalam kitab tafsirnya.

Dosa Musuh Istighfar

Setiap manusia selain Rasul Allah pasti banyak melakukan dosa. Allah memerintahkan kepada hambaNya untuk banyak memohon ampunan (istighfar) kepada Allah.
"Wahai hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa siang dan malam, sedangkan Aku adalah Sang Pengampun dosa. Maka mintalah ampunan (beristighfarlah kepadaKu) niscaya.Aku ampuni kalian" (Hadits Qudsi riwayat Muslim).

Jika dosa adalah penghambat kesuksesan, sebaliknya istighfar atau taubat adalah penyebab keberhasilan atau keberuntungan di dunia dan di akhirat.
"..dan bertaubatlah kalian seluruhnya kepada Allah wahai orang yang beriman agar kalian mendapatkan keberuntungan" (O.S An Nuur : 31)
Ootadah (seorang tabi'i) murid Sahabat Nabi Ibnu Mas'ud) berkata: “Sesungguhnya Al Our'an ini telah menunjukkan penyakit dan obatnya. Penyakitnya adalah dosa, dan obatnya adalah istighfar” (diriwayatkan oleh alBaihaqy dalam Syu'abul Iman)

Musibah Akibat Dosa

Musibah lebih sering diartikan pada hal-hal tidak mengenakkan yang menimpa manusia, seperti: penyakit, kecelakaan, bencana, dan semisalnya. Segala bentuk musibah itu pada dasarnya disebabkan oleh dosa manusia.
"Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan perbuatan kalian, dan banyak yang Allah maafkan" (O.S Asy-Syuura : 30).

Namun, sebagai bentuk kemurahan dan kasih sayang Allah, masih lebih banyak perbuatan.yang Allah maafkan. Jika satu dosa langsung dibalas dengan satu musibah, niscaya tidak akan ada seorangpun yang tersisa di muka bumi. Semuanya binasa karena saking banyaknya dosa yang terjadi.
"Kalau seandainya Allah (langsung) mengadzab manusia disebabkan perbuatan mereka, niscaya tidak akan tertinggal di muka bumi suatu makhluk melatapun..." (Q.S Faathir:45)

Dosa Penghambat Rezeki

Dosa juga menjadi sebab terhambatnya rezeki. Dalam sebuah riwayat hadits dinyatakan:
"Sesungguhnya seseorang  terhalangi dari rezekinya disebabkan dosa yang diperbuatnya" (H.R Ahmad, Ibnu Majah, al Haakim).

Banyak Dosa Tapi Sukses

Tidak sedikit orang yang semakin banyak bermaksiat, semakin kaya. Semakin besar kedzhalimannya, semakin makmur di dunia. Semakin besar kekafirannya, semakin tinggi jabatannya, dan seterusnya. Mereka adalah orang-orang yang 'sukses' (dengan tanda petik). Sukses dalam pandangan orang awam. 'Sukses' semacam itu hanyalah semu. Ia seakan-akan sukses, padahal menabung penderitaan yang berlipat dan berkepanjangan. Semakin seorang jauh dari Allah, semakin ia makmur di dunia. Itu disebut sebagai istidraj. Allah mengulur untuknya. Allah beri limpahan nikmat yang terus berlipat seiring dengan kedurhakaannya, agar semakin bertumpuk dosanya, dan semakin besar adzabnya di sisi Allah. Ketika ia semakin berkubang dengan kemaksiatannya, semakin lalailah ia, dan secara tiba-tiba Allah mengadzabnya. Rasul shollallaahu “alaihi wasallam bersabda:
"Jika engkau melihat Allah memberi bagian dari (kenikmatan) dunia kepada seseorang atas kemaksiatannya yang ia senangi, ketahuilah sesungguhnya itu adalah istidraj. Kemudian Rasul membaca firman Allah (yang artinya) : “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Kami siksa mereka secara tiba-tiba, sehingga ketika itu mereka terdiam. berputus asa." (O.S Al-An'aam:46) (H.R Ahmad)

No comments:

Post a Comment