Feb 22, 2019

Kiat Mengendalikan Amarah



Amarah adalah salah satu sifat rendah yang telah disinggung oleh berbagai riwayat, lalu bagaimana cara pengobatan dan pengendaliannya?
Setelah manusia berakal berhasil menenangkan jiwa dan mengekang api amarah, serta merenungkan kerugian dan dampak negatif amarah, keuntungan dan manfaat dari mengekang amarah, maka ia perlu rnemastikan diri-nya agar mencabut kemarahan dari hatinya dan membersihkan jiwanya dari kegelapan dan kebencian dengan segala cara.
Kemudian, ia perlu berikrar untuk sanggup menanggung berbagai kepedihan dan penderitaan demi tujuan mulia itu.

Dengan sedikit usaha dan penentangan terhadap hawa nafsu, disertai nasihat kepada diri sendiri dan perenungan akan akibat buruknya, maka hal ini akan sangat mungkin untuk dilaksanakan. Karena, semua kebobrokan moral dan sifat buruk dapat diusir dari jiwa, dan semua kebaikan dan sifat-sifat hasanah (baik), dapat disemayamkan ke dalam hati sebagai keindahan dan hiasan.

Untuk mengobati kemarahan yang sedang membara, terdapat dua cara pengobatan, yaitu: penyembuhan secara teoritis (ilmiah) dan praktis (perbuatan).

Cara ilmiah adalah dengan memikirkan dan merenungkan berbagai perkara yang telah disebutkan di atas; itulah cara pengobatan teoritis. Adapun cara praktisnya ialah dengan memalingkan jiwa dari amarah sejak awal kehadirannya dalam diri. Sesungguhnya kekuatan amarah itu bagaikan api yang tersulut secara perlahan dan kian menghebat sehingga membakar tungkunya dengan api yang membara. Ketika hal ini telah terjadi, maka kendali terlepas dari manusia secara total sampai padamlah pelita akal dan iman serta hina dan rendahlah manusia itu. Manusia harus menyadari bahwa selagi apinya belum membara sedemikian hebat, hendaknya ia memalingkan diri kepada hal-hal lain, atau meninggalkan tempat ia marah atau dengan mengubah posisinya. Apabila dalam keadaan duduk, hendaknya ia berdiri; dan sekiranya ia dalam posisi berdiri, hendaknya ia duduk atau berzikir kepada Tuhan Semesta Alam. Bahkan, sebagian dari zikir dianggap wajib saat manusia dilanda marah atau ketika ia sedang melakukan beberapa pekerjaan lainnya.

Lain halnya dengan seorang pemberani, sesungguhnya ia jauh dari rasa amarah. Segala perbuatannya didasari oleh pelbagai metode, pertimbangan akal, dan ketenangan jiwa. Kemarahan, kesabaran, dan pengekangan dirinya, semuanya berada pada tempatnya. Segala sesuatu tidak akan membuatnya demikian reaktif dan marah. Apabila dilanda kemarahan, maka [marahnya] tidak akan melampaui batas kecuali sesuai dengan porsinya. Dan jika membalas, maka pembalasannya berdasarkan pertimbangan akal dan kearifan. la mengerti kepada siapa dan sebatas apa dan bagaimana ia harus membalas atau memaafkan. Ketika marah, ia tetap memegang kendali akalnya dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang di luar akal dan tidak sampai mengeluarkan kata-kata kotor. Semua tindakannya berdasarkan pertimbangan akal dan syariat, keadilan dan obyektifitas. Ia berupaya untuk tidak melakukan perbuatan yang mendatangkan penyesalan di kemudian harinya.

Perhatikanlah diri kalian, setiap orang harus mengoreksi diri. Salah satu dari wilayah suluk adalah koreksi diri atau muhasabah, terutama pada saat-saat sibuk agar tidak melakukan hal-hal yang melanggar. Adapun di malam-malam harinya, setelah pulang ke rumah, hendaknya seorang pesuluk melakukan muhasabah, bagaikan menginterograsi seseorang agar berbicara. Koreksi diri terhadap apa yang ia telah lakukan hari itu dan muhasabah seperti itu haruslah dilakukan setiap malam.❖

No comments:

Post a Comment