Feb 10, 2023

Jangan sampai Amal Anda Bagai Debu yang Beterbangan

 



Klip di atas itu "dust in the wind", lagu miliknya Kansas yang di rilis ulang oleh Caroline Jones. Lagu ini waktu kecil sering SettiaBlog dengerin. Dari dulu memang SettiaBlog suka musik, ndak tahu ya, kalau pas lagi ngetik gitu di temani musik rasanya lebih nyaman dan imajinasi itu ndak terlalu jauh mengembang. Di banding ketika SettiaBlog mengetik dalam kesunyian, terlalu banyak imajinasi liar yang datang. Ini yang SettiaBlog alami dan rasakan ya, ndak tahu kalau orang lain. Kalau lagunya, paling lagu Country, Jazz, Klasik, Pop, Slow rock. Lagu - lagu jenis itu c yang dari kecil biasa SettiaBlog dengerin. Untuk lagu "dust in the wind" di atas, kalau bagi SettiaBlog pribadi mengingatkan SettiaBlog, betapa ndak berartinya SettiaBlog di hadapan Allah SWT, bagai debu.
“All my dreams pass before my eyes, a curiosity”
Manusia selalu punya banyak keinginan, rencana dan impian. Namun pada akhirnya kepada-Nya lah segala ketentuan. Iyalah sebaik baiknya pembuat keputusan.
Dalam kelemahan SettiaBlog inilah yang selalu mendorong SettiaBlog untuk menggapai ridha Allah SWT dalam setiap gerak.

Sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,
لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah”  (HR. Muslim no. 2817).
Sementara dalam beberapa ayat diterangkan bahwa amalan adalah sebab seorang masuk surga. Seperti ayat berikut,
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian, disebabkan amal sholeh kalian dahulu di dunia” (QS. Az-Zukhruf : 72).
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin : "Bagaimana menggabungkan antara ayat dan hadis ini? Jawabannya, kedua dalil di atas bisa dikompromikan, di mana peniadaan masuknya manusia ke dalam surga karena amalnya dalam arti balasan, sedangkan isyarat bahwa amal sebagai kunci masuk surga dalam arti bahwa amal itu adalah sebab, bukan pengganti”  (Syarah Riyadhus Sholihin, 1/575).

Ini isyarat bahwa tidak benar bila kemudian seorang berpangku tangan merasa cukup bergantung dengan rahmat Allah SWT, lalu meninggalkan  amal sholeh karena menganggapnya tidak penting. Karena Allah SWT  menetapkan segala sesuatu dengan sebab dan akibat. Dalam hal ini, Allah ‘azzawajalla menjadikan sebab mendapatkan rahmatNya; yang menjadi sebab meraih surga, dengan amal shaleh. Dalam Al-Qur'an terdapat satu ayat yang selalu membuat takut dan gemetar para salaf dalam membacanya, karena ayat tersebut menunjukkan bahwa di hari kiamat kelak ada sebagian hamba ketika berjumpa dengan Allah SWT,  ia mendapatkan azab yang tidak pernah ia sangka sebelumnya.  Ayat tersebut adalah:
وَبَدَا لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مَا لَمۡ يَكُونُواْ يَحۡتَسِبُونَ ٤٧
Artinya: “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”. (QS Az-Zumar; 47)
Nah, di antara orang-orang yang akan mendapatkan azab Allah SWT yang tak disangka-sangka tersebut adalah tujuh golongan yang disebutkan Imam Ibnu Rajab rahimahullah dalam bukunya “Al-Mahajjah fi Sair Ad-Duljah”. Tujuh golongan ini semuanya merasa bahwa mereka memiliki amalan saleh yang akan menyelamatkan mereka di hadapan Allah Ta’ala, namun ternyata amalan baik mereka tersebut terhamburkan laksana debu yang beterbangan, tanpa memiliki nilai apa pun di sisi Allah, lalu mereka pun ditimpakan azab yang tidak disangka-sangka. Tujuh golongan tersebut adalah:

Pertama;  Seseorang yang memiliki banyak amalan shaleh seraya mengharapkan secara takjub dan bangga bahwa dirinya akan mendapatkan ganjaran kebaikan atasnya, namun di akhirat kelak amalan-amalannya tersebut berubah menjadi debu yang beterbangan, bahkan amalan ini berubah menjadi dosa baginya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَقَدِمۡنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِنۡ عَمَلٖ فَجَعَلۡنَٰهُ هَبَآءٗ مَّنثُورًا ٢٣
Artinya; “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS Al-Furqan ; 23)
Al-Fudhail rahimahullah berkata; “Mereka sewaktu di dunia beramal dengan banyak amalan sambil mengharapkan (secara takjub dan bangga) ganjaran kebaikan atasnya, namun ketika di akhirat amalan-amalan tersebut berubah menjadi dosa-dosa”.

Kedua;  Seseorang yang melakukan dosa sambil meremehkannya, sehingga dosa ini menjadi sebab ia mendapatkan azab, sebagaimana dalam firman Allah ;
وَتَحۡسَبُونَهُۥ هَيِّنٗا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٞ ١٥
Artinya; “Dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”. (QS An-Nur ; 15)
Sebagian para sahabat berkata kepada para tabiin; “Sesungguhnya kalian kadang melakukan suatu amalan yang nilainya lebih kecil di mata kalian daripada sehelai rambut, namun dahulu di zaman Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kami menganggapnya  sebagai suatu dosa besar yang membinasakan”.

Ketiga; Orang yang amalan buruknya dihiasi oleh setan sebagai amalan baik, sehingga ia pun melihatnya sebagai suatu kebaikan. Allah berfirman;
قُلۡ هَلۡ نُنَبِّئُكُم بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَٰلًا ١٠٣ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا ١٠٤
Artinya; “Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS Al-Kahfi ; 103-104)

Keempat;

(Orang-orang yang riya’ dengan amalan shalehnya) .Tentang ayat ini “Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”. (QS Az-Zumar ; 47), dahulu Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata; “Celakalah orang-orang yang riya’ dengan (ancaman) ayat ini”.
Ucapan beliau ini juga terdapat dalam hadis yang mengisahkan tentang tiga golongan yang pertama kali dijerumuskan dalam api neraka, yaitu; orang yang menuntut ilmu agar diberi gelar ulama, orang yang gemar bersedekah agar disebut dermawan, dan orang yang berjihad agar disebut mujahid.

Kelima:

Orang yang beramal shaleh namun ia banyak menzalimi orang lain. Ia menyangka bahwa amalannya akan menyelamatkannya di akhirat kelak, namun ternyata ia mendapatkan dari Allah suatu azab yang tidak pernah ia sangka. Semua amalannya dibagi-bagi kepada orang-orang yang ia zalimi, dan jika pahala amalannya telah habis terbagi, namun orang yang ia zalimi masih ada yang menuntut hak darinya, maka dosa-dosa mereka dipindahkan kepadanya, lalu ia dijerumuskan ke dalam neraka.

Keenam;

Seseorang beramal saleh -namun kurang bersyukur-, lalu di akhirat kelak akan ditanyai oleh Allah ketika amalannya dihisab, lalu ia dituntut untuk menebus nikmat yang ia dapatkan di dunia dengan amalannya, dan ternyata nikmat terkecil saja tidak bisa ditebus kecuali dengan seluruh amalannya, sehingga nikmat-nikmat yang belum ia tebus dimintai tebusannya namun karena amalannya telah habis, maka ia pun diazab. Sebab itu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda; “Siapa yang dihisab secara detail, maka ia pasti diazab”.

Ketujuh;

Kadangkala seseorang memiliki dosa tertentu yang menghapus semua amalannya kecuali amalan tauhid, sehingga ia pun dimasukkan kedalam neraka terlebih dahulu. Dalam Sunan Ibnu Majah dari riwayat Tsauban secara marfu’ ;
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
Artinya ; “Saya sungguh mengetahui suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat kelak dengan membawa pahala kebaikan seperti gunung-gunung Tihamah yang putih, namun Allah ‘Azza wa Jalla menjadikannya laksana debu yang beterbangan”. Tsauban bertanya; “Wahai Rasulullah, sebutkan kami ciri-ciri mereka agar kami tidak termasuk dalam golongan mereka sedangkan kami mengetahui akibatnya”. Beliau bersabda; “Mereka adalah saudara-saudara kalian, dan dari bangsa kalian. Mereka mengerjakan ibadah malam sebagaimana kalian beribadah malam, akan tetapi mereka adalah suatu kaum yang apabila dalam keadaan menyendiri, mereka melakukan hal-hal yang diharamkan Allah ta’ala”.

Ya’qub bin Syaibah dan Ibnu Abi Ad-Dunya meriwayatkan dari hadis Salim Maula Abi Hudzaifah radhiyallahu’anhuma secara marfu ‘;
“Sungguh  ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat kelak dengan membawa pahala kebaikan seperti gunung-gunung Tihamah, namun ketika mereka didatangkan dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla, Dia menjadikan pahala amalan tersebut laksana debu yang beterbangan lalu Dia menjerumuskan mereka kedalam neraka”.

Salim berkata; “Saya khawatir akan termasuk dari golongan mereka”. Rasulullah melanjutkan; “Sesungguhnya mereka dahulu berpuasa sebagaimana kalian puasa, mengerjakan shalat dan ibadah malam sebagaimana kalian mengerjakannya, namun mungkin saja mereka dahulu tatkala di dunia jika mendapati perkara haram mereka mengerjakannya, sehingga Allah pun menghapus amalan mereka”.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari, no. 5933].
Hadits yang mulia ini memberitakan bahwa waktu luang adalah nikmat yang besar dari Allah Ta’ala, tetapi banyak manusia tertipu dan mendapatkan kerugian terhadap nikmat ini. Di antara bentuk kerugian ini adalah:
Waktu Adalah Modal Manusia. Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:
اِبْنَ آدَمَ إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ
Wahai Ibnu Adam (manusia), kamu itu hanyalah (kumpulan) hari-hari, tiap-tiap satu hari berlalu, hilang sebagian dirimu.
Diriwayatkan bahwa ‘Umar bin Abdul-‘Aziz rahimahullah berkata:
إِنَّ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ يَعْمَلَانِ فِيْكَ فَاعْمَلْ فِيْهِمَا
Sesungguhnya malam dan siang bekerja terhadapmu, maka beramalah pada malam dan siang itu.

Waktu sangat cepat berlalu. Seseorang berkata kepada ‘Âmir bin Abdul-Qais rahimahullah, salah seorang tabi’i:  “Berbicaralah kepadaku!” Dia menjawab: “Tahanlah jalannya matahari!”  Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Aku tidak menyerupakan masa muda kecuali dengan sesuatu yang menempel di lengan bajuku, lalu jatuh”. Abul-Walid al-Bâji rahimahullah berkata: “Jika aku telah mengetahui dengan sangat yakin, bahwa seluruh hidupku di dunia ini seperti satu jam di akhirat, maka mengapa aku tidak bakhil dengan waktu hidupku (untuk melakukan perkara yang sia-sia, Pen.), dan hanya kujadikan hidupku di dalam kebaikan dan ketaatan”.

Waktu yang berlalu tidak pernah kembali. Abu Bakar ash-Shiddîq Radhiyallahu anhu berkata:
إِنَّ لِلَّهِ حَقًّا بِالنَّهَارِ لَا يَقْبَلُهُ بِاللَّيْلِ، وَلِلَّهِ حَقٌّ بِاللَّيْلِ لَا يَقْبَلُهُ بِالنَّهَارِ
Sesungguhnya Allâh memiliki hak pada waktu siang, Dia tidak akan menerimanya di waktu malam. Dan Allâh juga memiliki hak pada waktu malam, Dia tidak akan menerimanya di waktu siang. [Riwayat Ibnu Abi Syaibah, no. 37056]. Dengan demikian seharusnya seseorang bersegera melaksanakan tugasnya pada waktunya, dan tidak menumpuk tugas dan mengundurkannya sehingga akan memberatkan dirinya sendiri. Oleh karena itu waktu di sisi Salaf lebih mahal dari pada uang.

Manusia tidak mengetahui kapan berakhirnya waktu yang diberikan untuknya. Oleh karena itu Allâh Ta’ala banyak memerintahkan untuk bersegera dan berlomba dalam ketaatan. Demikian juga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar bersegera melaksanakan amal-amal shaleh. Para ulama telah memperingatkan agar seseorang tidak menunda-nunda amalan. Al-Hasan berkata:
اِبْنَ آدَمَ إِيَّاكَ وَالتَّسْوِيْفَ فَإِنَّكَ بِيَوْمِكَ وَلَسْتَ بِغَدٍّ فَإِنْ يَكُنْ غَدٌّ لَكَ فَكُنْ فِي غَدٍّ كَمَا كُنْتَ فِيْ الْيَوْمَ وَإِلَّا يَكُنْ لَكَ لَمْ تَنْدَمْ عَلَى مَا فَرَّطْتَ فِيْ الْيَوْمِ
Wahai anak Adam, janganlah engkau menunda-nunda (amalan-amalan), karena engkau memiliki kesempatan pada hari ini, adapun besok pagi belum tentu engkau memilikinya. Jika engkau bertemu besok hari, maka lakukanlah pada esok hari itu sebagaimana engkau lakukan pada hari ini. Jika engkau tidak bertemu esok hari, engkau tidak akan menyesali sikapmu yang menyia-nyiakan hari ini.


Bottom Note


SettiaBlog minta maaf ya, jika selama ini sering membuat keresahan. SettiaBlog hanya mengatakan yang SettiaBlog ngerti. Klip di Bottom Note ini "country girl" juga milik Caroline Jones. SettiaBlog juga sering mengatakan kalau SettiaBlog itu wong ndeso, maksudnya ya seperti inilah kehidupan SettiaBlog, berpikir apa adanya tanpa manipulasi dan tipu daya. Ini jalan hidup SettiaBlog yang harus SettiaBlog jalani dan di pertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah SWT.

SettiaBlog sering juga cerita tentang masa lalu SettiaBlog, itu pengalaman yang pernah SettiaBlog lakukan dan rasakan. Ndak mungkin kan ya SettiaBlog ngerti masa lalu orang lain, apalagi ikut campur. Itu urusan orang lain yang SettiaBlog ndak boleh ikut campur. Dalam bersosialisasi SettiaBlog tentu ada batas privasi dan batas waktu. Backgroundnya Bottom Note ini SettiaBlog ambil milik macOS Ventura, siapa c yang ngerti maksud dari background tersebut? Tentu yang paling mengerti adalah yang membuat background tersebut. Begitu juga, yang paling mengerti jalan hidup SettiaBlog adalah Allah SWT yang menciptakan SettiaBlog melalui proses yang panjang di rahim Simbok SettiaBlog.
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dari sari pati tanah. Kami jadikan sari pati itu air mani yang ditempatkan dengan kokoh di tempat yang teguh. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, dari segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, Kami jadikan pula tulang-belulang. Kemudian tulang belulang itu kami bungkus dengan daging”. (QS Al-Mu’minun 23 : 12 – 14).

Sekali lagi, ndak usah terlalu di percaya omongan SettiaBlog.

No comments:

Post a Comment