Nov 8, 2022

Bahayanya Asumsi Negatif Kita Terhadap Orang Lain

 



Klip "me" di atas itu milik Taylor Swift. Tay, SettiaBlog suka saat kamu marah - marah sambil bilang Cómo estás?, Spanyol rasa Jerman ...he...he..., bercanda Tay. Cerita lagunya c tentang bagaimana seharusnya setiap orang bisa menerapkan prinsip Self-Love  terhadap dirinya sendiri, dalam artian bisa mencintai dan menghargai setiap detik yang terjadi dalam dirinya. Banyak lho orang yang tidak bisa melakukan ini, mereka lebih mendahulukan keluhan-keluhan yang sebenarnya tidak perlu, malah bisa berdampak buruk bagi mental sendiri. Apalagi di tambah asumsi negatif yang seliweran tiap hari. Ya, asumsi itu menyimpulkan suatu masalah atau keadaan tanpa didasari bukti. Asumsi ada yang positif, ada yang negatif. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita berasumsi, dan sebagian besar adalah asumsi negatif yang merusak. Seringkali kita ribut dengan rekan kerja, teman, pasangan, hanya karena suatu asumsi. Tanpa melakukan pengecekan kebenaran sesuatu kita sudah menyerang dan menghakimi pihak lain. Kebiasaan berpikir negatif bisa memberikan citra yang negatif bagi Anda bila sering memperagakannya. Relasi dengan orang lain bisa jadi kurang baik dan orang lain bisa menghindar untuk bergaul dengan Anda.

Akhir-akhir ini media sosial sering sekali menjadi ‘alat’ untuk melancarkan tersebarluasnya beragam asumsi negatif, entah terkait wacana politik, pemerintahan maupun agama. Begitu mudah jemari kita menyebarkan kembali berita-berita negatif yang seringkali muatannya lebih banyak berisi asumsi. Tapi sadarkah kita, kesehatan jiwa kita menghadapi ancaman jika terus-menerus kita jejali dengan asumsi negatif? Dan jika kita ikut menyebarkan asumsi negatif tersebut kepada orang lain itu artinya kitapun telah menjadi ‘ancaman’ bagi kesehatan jiwa orang lain Dalam kehidupan kita, atmosfir yang hidup di dalamya turut mempengaruhi bagaimana kita berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Jika atmosfir yang dibangun adalah kekhawatiran, ketakutan, kecemasan, dan permusuhan, maka seluruh orang-orang di sekitar kita akan menghidupkan asumsi-asumsi tersebut di benaknya. Akibatnya, pikiran, sikap, dan tindakan juga akan diwarnai oleh asumsi tersebut.

• Asumsi bukan fakta. Itu hal yang harus diingat pertamakali

Perhatikan bahwa pemberitaan media yang ikut tersebar melalui jejaring sosial lebih sering menggunakan pembuka atau headline yang berupa asumsi-asumsi yang sifatnya negatif, contoh sebuah berita: Si A sedang selingkuh dengan Si B atau Si A adalah seorang Penipu, atau Si B suka main cewek, Si C sering ganti - ganti pasangan, Si K suka ngrumpi dan lain sebagainya sehingga orang-orang cenderung meniru pola yang sama : berasumsi, tanpa berusaha membaca lebih detail lagi selain judul-judul dan bagian awal pemberitaan…apa lagi kita melihat orang yang kita kenal yang kelihatan tidak sama dengan pikiran kita otomatis asumsi - asumsi akan bertentangan dengan pikiran kita…ini akan menimbulkan berburuk sangka, karena pikiran kita kurang terlatih dengan ajaran yang diluar, pikiran kita memakai pola ajaran yang kita makan setiap hari, biarkan pikiran kita belajar seperti lautan samudra biar tidak kerdil.

• Pola-pola asumsi ini membentuk kesadaran yang terpendam sebagai sikap mental

Contoh asumsi-asumsi negatif yang terbentuk dalam diri sendiri dikarenakan pengaruh media massa atau otak kotor, 
”Negara ini hampir bangkrut, korupsi dimana-mana, tidak ada gunanya berusaha, semua akan gagal. Pemerintah hanya mampu membuka sangat sedikit lapangan kerja. Sudah bertahun-tahun pemerintah tidak memperhatikan modal untuk pengusaha kecil. Tidak juga sekarang atau nanti. Saya tidak akan mampu melakukan apa pun … ”
Apakah ini fakta atau asumsi? Mungkin lebih tepat disebut keluhan. Coba prediksikan apa kira-kira masa depan orang yang penuh keluhan itu? Masalahnya, terlalu banyak orang terbiasa membentuk asumsi negatif yang membatasi dirinya sendiri. Menjadi sangat sulit untuk membantu menyadarkan dirinya bahwa asumsi-asumsi itu bisa sangat berbahaya. Ia tidak bisa membedakan mana fakta mana asumsi.

• Apa yang akan terjadi bila asumsi Anda sebaliknya (positif)?

Jika memulai hidup dengan asumsi yang kuat bahwa Anda dilahirkan untuk berhasil, maka begitulah yang akan Anda alami. Akan banyak sekali muncul kesukaan untuk memikirkan cara-cara menemukan keberhasilan. Artinya, dengan asumsi positif yang kuat, Anda akan terdorong mengejar banyak alasan untuk menciptakan kesempatan mengembangkan diri. Asumsi berkaitan erat dengan kemampuan identifikasi kesempatan. Asumsi-asumsi positif atas diri sendiri bakal mendorong seseorang untuk jeli melihat kesempatan, demikian pula sebaliknya. Orang-orang yang memiliki asumsi “saya pasti mampu” akan dengan mudah mencermati adanya peluang. Karena itu, didorong oleh alam bawah sadar dan rasa suka menikmati kata-kata itu: saya pasti mampu. Anda perlu berhati-hati dengan asumsi yang hidup dalam diri Anda. Kesempatan terbuka lebar selebar asumsi positif dalam diri Anda.

Bahaya Asumsi Negatif

1. Hilangnya sudut pandang Positif

Pada saat kita kehilangan sudut pandang positif kita hanya akan melihat sisi negatif pihak lain. Apapun penjelasan yang diberikan tidak akan mempan karena sudut pandang kita sudah negatif. Sudut pandang dipengaruhi oleh keyakinan dan pengalaman negatif yang pernah kita alami. Sebagai contoh seorang tenaga penjual mendatangi 3 pelanggan yang berprofesi sebagai guru untuk melakukan Demo Produk. Hasil yang diperoleh dari Demo tersebut tidak memberikan penjualan apapun , sehingga dia memutuskan tidak menjual produk tersebut ke Orang yang Berprofesi sebagai Guru. Siapa yang rugi ? Tenaga Penjual tersebut, dia rugi karena berasumsi bahwa produk yang dia jual pasti ditolak oleh Guru. Padahal jika berpikiran positif mungkin Guru tersebut masih punya kebutuhan lain bulan ini, siapa tahu bulan depan beliau akan membeli produk yang ditawarkan.

2. Bersikap Menyerang dan Menghindar

Jika kita berasumsi negatif pada orang maka kita pasti akan malas berbicara dengannya. Hal ini akan menciptakan komunikasi yang buruk. Bahaya jika terjadi di suatu perusahaan antar karyawan saling berasumsi negatif sehingga suasana tidak kondusif dan cenderung saling menjatuhkan. Karena ada gosip kecil di kantor anda ikut-ikutan emosi dan mulai bersikap menyerang kepada atasan. Sedangkan sikap membenarkan muncul saat kita tidak mau disalahkan atas keadaan yang ada. Sedangkan sikap menghindar akan muncul ketika seseorang tidak mampu menghadapi suatu permasalahan, sehingga pada saat ia dalam posisi terpojok, ia akan memilih untuk menghindar atau lari dari masalah tersebut.

3. Sumber Penyakit

Apabila kita dikendalikan oleh pikiran alam bawah sadar yang berhubungan dengan penderitaan, seperti rasa takut, khawatir, ragu-ragu, sedih, atau cemas, kebencian, semua itu tanpa kita sadari akan berdampak pada tubuh kita sehingga dapat menimbulkan penyakit fisik dan psikis seperti pusing, sakit jantung, stroke, maag, stress, dan lain sebagainya. Mencela, mengkritik, dan membanding-bandingkan merupakan racun mematikan, karena hal tersebut dapat membuat manusia terguncang, membelokkan diri dari tujuan hidup, mengaburkan impian, membuat hidup sengsara serta penuh penderitaan, dan hal sejenis lainnya.

Tips Mengatasi Asumsi Negatif

1. Konfirmasi (Cek & Ricek)

Konfirmasi adalah tindakan untuk membuktikan kebenaran suatu asumsi. Konfirmasi bisa dilakukan dengan langsung bertanya kepada orang yang bertanggung jawab. Dengan melakukan konfirmasi maka kita tidak akan terjebak terhadap asumsi-asumsi yang negatif.

2. Positive thingking

Memang tidak ada hal yang sempurna di dunia. Yang berpredikat terbaik sekalipun tetap memiliki celah kelemahan. Yang dihakimi terburuk sekalipun pasti memiliki sisi kebaikan. Disitulah Adil nya Allah SWT. Maka positive thinking adalah cara agar kita tidak terjebak dalam kekeliruan memaknai kelebihan dan kelemahan diri sendiri dan orang lain.

3. Tingkatkan kontrol diri

Jangan mudah emosi dan terpancing oleh hal yang belum jelas. Energi Anda akan habis untuk memikirkan hal tersebut. Padahal energi tersebut lebih berguna untuk memberikan yang terbaik untuk mencari solusi yang diperlukan.

4. Bergaul dengan orang yang berpikiran positif

Teman-teman kita mempunyai dampak besar terhadap pola pikir dan cara pandang kita. Oleh sebab itu kita harus bisa memilih bergaul dengan orang yang berpikiran positif. Jauhkan diri dari orang-orang yang kerjanya takut melulu terus suka nakut-nakutin orang lain, suka bergosip dan mengarang bebas, mau tahu dan sok tahu urusan orang. Jauhkan diri dari apapun yang potensial membuat kita berasumsi negatif. Jangan jadikan kegiatan berasumsi negatif sebagai hobi. Masih banyak hobi lain yang jauh lebih bermanfaat

5. Mendekatkan diri pada Allah SWT

Dengan mendekatkan diri pada Allah SWT kita akan mempunyai hati yang bersih. Hati yang selalu berprasangka baik karena yakin semua yang ditakdirkaNya adalah yang terbaik bagi manusia.



Bottom Note

Tay, cewek di background ini lho yang dulu ngajari SettiaBlog bilang Lekker slaap (tidur nyenyak). Pasti banyak yang berasumsi macam - macam ketika SettiaBlog ngasih background seperti ini. SettiaBlog dulu suka sharing dengan banyak orang dari berbagai negara.





Kalau di background bottom note ini, produknya Afrika, background bottom note yang kemarin produknya Asia. Untuk menambah wawasan dan membuka pikiran SettiaBlog. Kalau sekarang sudah ndak pernah, mending Lekker slaap, atau fokus mikirin gendhuk SettiaBlog ...he...he... Bercanda, tetap masih berkomukasi dengan banyak orang di seluruh dunia kok Tay, ya lewat SettiaBlog.

No comments:

Post a Comment