Oct 12, 2018

Koin Keberuntungan dan Komoditas Termahal



Pilih mana, kepastian atau ketidakpastian?

Nah, bicara soal risiko dan rezeki, tahukah Anda:

• Kata risk (risiko) itu berasal dari kata rizki (rezeki). Hehehe, asal!

• Ini bermaksud, semakin berisiko, yah semakin berberezeki.

• Kalau tidak ada risikonya, yah tidak ada rizekinya.

• Pekerjaan seorang office boy, mohon maaf, adakah risikonya? Ada, tapi kecil. Begitu pula rezekinya. Kecil.


• Pekerjaan seorang general manager, adakah risikonya? Ada, dan besar. Begitu pula rezekinya. Besar.

• Pekerjaan seorang business owner, adakah risikonya? Ada, dan sangat besar. Begitu pula rezekinya. Sangat besar.

• Omong-omong, Anda kenal orang yang namanya Rizki? Nah, tolong Anda ingatkan dia, karena hidupnya penuh risiko! Hehehe!

Mudah-mudahan juga penuh rezeki. Lebih lanjut, sebenarnya risiko adalah soal ketidakpastian. Dan ketidakpastian sendiri adalah rahmat. Kok bisa?

• Karena, apabila sesuatu itu tidak pasti apakah itu rezeki, jodoh, dan maut, maka manusia akan optimal ikhtiar dan ibadahnya.

• Bayangkan, rezeki Anda sudah ketahuan. Sudah pasti jumlahnya. Apakah Anda masih mau bekerja? Apakah Anda masih mau sholat dhuha?

• Bayangkan, jodoh Anda sudah ketahuan. Sudah pasti orangnya. Apakah Anda masih mau berusaha? Apakah Anda masih mau sholat hajat?

• Bayangkan, maut Anda sudah ketahuan. Sudah pasti tanggalnya. Apakah Anda masih mau berobat? Apakah Anda masih mau sholat tahajjud?

• Nah, makanya, ketidakpastian itu adalah rahmat. Dengan begitu, Anda pun optimal berikhtiar dan beribadah. Right? Contoh kecil saja. Ketika Anda naik pesawat dan cuaca baik-baik saja, biasanya Anda akan tidur-tiduran, baca-baca, atau ngobrol-ngobrol. Tapi, begitu cuaca memburuk dan semuanya berguncang, maka Anda komat-kamit membaca doa, zikir, dan shalawat. Bahkan orang atheis pun akan ikut-ikutan berdoa.

Demikianlah, ketidakpastian itu adalah rahmat, yang membuat Anda optimal ikhtiar dan ibadahnya. Celakanya, apa yang terjadi malah sebaliknya. Orang kiri malah menyukai kepastian. Ini kan aneh. Tidak cocok dengan cara kerja re-zeki. Hanya orang kananlah yang jumlahnya hanya sekian persen-terbiasa dengan ketidakpastian. Cocok dengan cara kerja rezeki. Pas dan pantaslah jika rezeki lebih berpihak pada orang kanan. Tahukah Anda, rezeki yang tidak disangka-sangka (tidak pasti), itulah rezeki otak kanan. Tahukah Anda, rezeki yang sudah disangka-sangka (pasti), itulah rezeki otak kiri. Walhasil, kanan itu identik dengan kaya. Kiri itu identik dengan kere. Hehehe!

Suatu hari, seorang Amerika bernama Aaron bertemu dengan penduduk setempat bernama Dewa. Mereka pun ngo-brol-ngobrol.

Aaron, "Gaji saya $20.000 sebulan."

Dewa, "Kalau saya, cuma Rp2 juta sebulan."

Aaron, "Cuma segitu? Terus, gimana Anda ngaturnya?"

Dewa, "Anda sendiri, gimana?"

Aaron, "Yah, mudah saja. Gaji $20.000. Maka $10.000 untuk keperlu-an sehari-hari. $2.500 untuk tabungan. $2.500 untuk asuransi."

Dewa, "Lha, yang $5.000, ke mana?"

Aaron, "Ah, itu urusan saya. Siapapun tidak boleh tahu. Hm, Anda sendiri, gimana?"

Dewa, "Yah, mudah saja. Gaji Rp2 juta. Maka Rpl juta untuk keper-luan sehari-hari. Rp500 ribu untuk sekolah anak-anak. Rp500 ribu untuk cicilan motor. Rp500 ribu untuk rokok."

Aaron, "Lha, yang Rp500 ribu, dari mana?"

Devva, "Ah, itu urusan saya. Siapapun tidak boleh tahu." Hehehe! Mungkin Anda menganggap Dewa itu ngawur dan ngelantur. Namun, tidak sedikit orang Indonesia yang menyikapi rezekinya seperti itu. Bukan satu bulan dua bulan, tapi setiap bulannya!

Pilih mana, Ikhtiar Atau ibadah?

Kita lanjutkan. Selama ini, ikhtiar dan ibadah sering diletakkan secara terpisah. Seolah-olah berlawanan. Padahal sesungguhnya lidak begitu. Justru ikhtiar dan ibadah adalah dua sisi yang melapisi Koin Keberuntungan. Karena di dalam ikhtiar terdapat ibadah. Demikian pula sebaliknya, di dalam ibadah juga terdapat ikhtiar. Dengan begitu, dapatlah disimpulkan bahwa ikhtiar itu adalah ibadah dan ibadah itu adalah ikhtiar.

Hm, kurang paham? Misalnya begini. Anda bekerja dari pagi sampai sore. Bahkan sampai lembur. Jelas, itu ikhtiar. Namun, apakah itu juga ibadah? Ya iya, asalkan Anda meniatkan dan memaknai kerja itu untuk:

• menafkahi keluarga

• membahagiakan orangtua

• memberi manfaat kepada sesama

• menjalankan peran khalifah

Dan seumpamanya Misal yang lain, Anda belajar. Nah, itu ikhtiar, itu juga ibadah. (Karena Anda tengah membaca blog ini, boleh dibilang Anda belajar. Karena kami yang menulis blog ini, boleh dibilang kami mengajar. Hm, mana yang lebih mulia, yang belajar atau yang mengajar? Walaupun kedua-duanya mulia, namun belajar itu lebih mulia. Jadi, detik ini, di hadapan Allah, Anda lebih mulia daripada kami. Bukankah belajar itu diwajibkan, sementara mengajar cuma dianjurkan? Kebetulan belajar dan mengajar menjadi satu bias dalam Pelangi Ikhtiar.) Ketika Anda memiliki satu impian, lazimnya Anda akan memohon dan berdoa kepada-Nya. Lantas Anda pun 'membeli' impian Anda dengan amal-amal kebaikan. Seumpama, sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajjud. Pertanyaannya, apakah sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajud itu ibadah? Jelas, itu ibadah. Namu, apakah itu juga ikhtiar? Ya iya, itu juga ikhtiar. Tepatnya, ikhtiar dalam menjemput impian dan ikhtiar dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Right.

Dua sisi Koin Keberuntungan ini, ikhtiar dan ibadah, andainya keduanya berputar sempuma, maka dalam sehari semalam Anda akan melakukan ikhtiar selama 24 jam dan ibadah juga selama 24 jam. Mantap kan?

Nah, katakanlah keduanya mau dipisahkan itu sama lain, maka rumus dan kaitannya dengan impian adalah sebagai beri kut:

Rumus Impian (6i) : i1 + i2 + i3+ i4 + i5 = i6

Impian + Ikhtlar + lbadah + Iman + Ikhlas = ljabah

Sehubungan dengan ibadah, teman kami pemah bergurau, "Kita sering salah kaprah. Menganggap, kalau hitam keningnya, pastilah banyak ibadahnya. Lha, kalau cuma begitu, orang-orang Afrika yang paling banyak ibadahnya. Soalnya, mereka bukan cuma hitam keningnya, tapi juga hitam seluruh badannya!" Hehehe! Karni pun senyum-senyum sendiri mendengamya.

Kerja sekian menit, langsung di bayar !

Kami sudah tahu kekuatan ibadah seperti sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajjud. Katanya sih bisa memudahkan rezeki, melapangkan waktu, dan memelihara kesehatan. Tapi di mana logikanya? Sebagian dari pembaca mungkin ada yang nyeletuk begitu. Jangan-jangan Anda juga. Baiklah, kami jelaskan blak-blakan. Soal sedekah telah dibahas pada bab yang lain. Sementara soal sholat dhuha dan sholat tahajjud akan dibahas pada bab ini. Katakanlah, Anda seorang kontraktor. Sekali waktu, seorang bos properti memanggil Anda. Terus, si bos meminta Anda mengerjakan sesuatu, dari pukul 8 sampai pukul 11 pagi. Yah, lumayan menghabiskan waktu produktif Anda. Dapat dipastikan, setelah itu si bos akan mengganti waktu produktif Anda dengan sejumlah uang. Lha, si bos saja begitu, apalagi Allah?

Perumpamaan inilah yang kami maksud dengan sholat dhuha. Keti-ka Anda melakukan sholat dhuha selama sekian menit, berarti Anda telah 'menghabiskan' sebagian waktu produktif Anda untuk-Nya. Maka, dapat dipastikan Dia akan mengganti waktu produktif Anda.

Yang namanya ganti dari-Nya, tentulah tidak tanggung-tanggung. Layaknya sebuah keberuntungan! Inilah janji Allah, "Wahai anak Adam, rukuklah karena Aku di awal siang (sholat dhuha), niscaya Aku akan mencukupi engkau di siang hari." Bukankah Dhuha adalah waktu? Bukankah waktu adalah uang? Jadilah sholat dhuha itu sholat rezeki, dan doa setelah sholat dhuha juga doa rezeki. Yang mana rezeki dari langit dan bumi dihimpun, didekatkan, dan disucikan ke hadapan Anda, melalui keagungan, kekuatan, dan pemeliharaan Allah.

Tambahan lagi, saat Anda menyedekahkan uang Anda, maka Allah akan memudahkan uang Anda semudah-mudahnya. Khusus sholat Dhuha, karena Anda telah menyedekahkan waktu produktif Anda, maka Allah akan melapangkan waktu produktif Anda selapang-lapangnya. Itu artinya, merutinkan sholat dhuha dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. Bisa meningkat 2 sampai 3 kali lipat. Oleh karenanya, saran kami, sesibuk apa pun tetaplah sholat dhuha. Justru dengan begitu, Anda tidak akan terlalu sibuk jadinya. Waktu Anda akan cukup. Urusan Anda akan beres. Dan Anda tidak perlu pontang-panting. Yakinlah!

Bahkan setelah guru-guru di TK Khalifah Batam merutinkan sholat dhuha, dalam hitungan bulan, TK Khalifah berkembang menjadi be-lasan cabang, tersebar di berbagai kota! Lebih dari itu, setelah saya pribadi meningkatkan sholat dhuha dari 2 rakaat ke 6 rakaat, hanya dalam 3 bulan saya dikaruniai rezeki terbesar seumur hidup saya! Adapun rumusnya sebagai berikut:

Rumus Duit (6D) D1+ D2+ D3+ D4= D5+ D6

Dagang + Doa + Dhuha + Derma = Duit + Dahsyat

Demi mengais-ngais uang, sebagian dari kita rela pontang-panting bekerja dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore setiap harinya. Keringat pun sampai diperas-peras. Tulang pun sampai dibanting-ban-ting. Pulang ke rumah dengan muka keruh, kerut, dan kusut. Yah, tidak salah. Itu kan bagian dari ikhtiar. Cuma, apa nggak capek kerja pontang-panting begitu saban hari? Nah, sekarang kami tantang Anda. Maukah Anda melakukan sesuatu selama beberapa menit, namun sesuatu itu dapat menghemat waktu Anda seharian? Mestinya kepala Anda mengangguk kuat-kuat.

Ketahuilah, sesuatu itu adalah sholat dhuha. Sudahlah, begini saja. Awal-awal, anggaplah sholat dhuha itu sebagai 'kerja' layaknya Anda mengetik, menghitung, melakukan pembukuan, mengikuti rapat, dan lain-lain. Maka, lakukan 'kerja' yang satu ini selama beberapa menit. Percayalah, 'kerja' ini dapat menghemat waktu Anda seharian. Bukan cuma itu. Terlebih-lebih lagi, 'kerja' ini juga dapat memudahkan urusan Anda, memudahkan rezeki Anda, dan memelihara kesehatan Anda. Dengan kata lain, merutinkan sholat dhuha dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. Ini bukan janji dari kami. Tapi ini adalah janji dari-Nya. Terus-terang, kami sangat salut dengan sejurnlah leader dari network marketing tertentu yang menjadikan sholat dhuha sebagai sarana andalan dalam menjemput rezeki. Terus, mereka mengajarkan dan menganjurkan hal ini kepada para downline. Grup dan omzet mereka pun membesar. Nah, menurut kami, sudah saatnya para profesional juga menerapkannya. Jangan mau kalah dengan para networker!

Kerja sekian menit, di bayar lebih besar!

Kita lanjutkan. Katakanlah, si bos properti tadi kembali memanggil Anda sebagai kontraktor. Kali ini sedikit berbeda. Dia meminta Anda mengerjakan sesuatu, dari pukul 3 sampai pukul 4 pagi. Katanya, betul-betul urgent dan sama sekali tidak bisa ditunda. Yah, ini lumayan menghabiskan waktu istirahat Anda.

Sekali lagi, dapat dipastikan, setelah itu si bos akan mengganti waktu istirahat Anda dengan sejumlah uang. Bahkan kali ini uangnya jauh lebih besar. Layaknya sebuah keberuntungan! Kok bisa? Karena ini hitungannya lembur (overtime), malah melebihi lembur. Lha, si bos saja mengganti seperti itu, apalagi Allah? Perumpamaan inilah yang kami maksud dengan sholat tahajjud. Konon:

• Inilah shobat yang dulunya pernah diwajibkan.

• Inilah sholat yang paling utama, setelah sholat wajib.

• Inilah sholat yang paling sering disebutkan dalam kitab suci.

Kami percaya, begitu Anda merutinkan sholat ini 40 hari saja, Anda akan menikmati langsung jamuan indah dari-Nya. Yakinlah! Mungkin itu berupa mudahriya rezeki, mudahnya urusan, lapangnya wak-tu, terpeliharanya kesehatan, dan lain sebagainya. Yah, sesuai namanya, menurut kami tahajjud itu Tahu-Tahu Hajat Terwujud! Bahkan, Tahu-Tahu Harta Bersujud! Mantap kan? Alhamdulillah, berkat sholat tahajjud, kami berkali-kali dipertemukan dengan peristiwa 'tahu-tahu' dan 'tiba-tiba' itu.

Sekarang, coba sebutkan apa saja hajat Anda:

• sembuh dari sakit keras

• keluar dari masalah

• melunasi utang mengatasi kerugian

• selamat dari musibah

• mendapatkan jodoh

• mendapatkan keturunan

• diterima di kampus favorit

• meningkatkan karier

• mengembangkan usaha

• meningkatkan omzet

• berangkat ke Tanah Suci

Mengapa hajat itu tidak Anda wujudkan dengan sholat tahajjud? Dampak lainnya, dengan sholat tahajjud, Dia juga akan memberat-kan ucapan Anda (QS 73:1-7 dan QS 17: 79). Anda bicara sedikit saja, orang-orang sudah mendengarkan Anda. Tentu, ini sangat meng-untungkan apabila Anda adalah seorang pernimpin, pengusaha, penjual, pengajar, negosiator, orangtua, dan seumpamanya. Dengan dampak sekian banyak dan sekian besar, boleh dibilang merutinkan sholat tahajjud dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan, right?

Teman saya, seorang petinggi di perusahaan nasional bercerita, "Dulu, ketika masalah datang, saya pun sholat tahajjud. Kemudi-an, masalah itu hilang. Ketika masalah datang lagi, saya pun sholat tahajjud lagi. Terus, masalah itu hilang lagi. Akhimya, saya balik. Saya sholat tahajjud saja terus. Eh, masalah itu tidak berani datang. Alhamdulillah, sampai sekarang hampir-hampir tidak ada masalah yang berarti." Seorang guru pemah wanti-wanti kepada kami, "Ingin Allah berdialog dengan engkau? Maka bacalah Al-Quran. Ingin engkau berdialog dengan Allah? Maka dirikan sholat." Salah satunya sholat tahajjud. (Bukankah Nabi itu tidurnya awal bangunnya juga awal? Bukankah Nabi menandaskan bahwa tidur di pagi hari mewariskan kemiskinan? Bukankah Nabi menegaskan agar bergegas di pagi hari untuk mengejar karunia-Nya?) Di bab berikutnya akan dipaparkan dan dijabarkan marnfaat-manfaat tersembunyi dari sholat tahajud. Bersiap-siaplah!

Kerja sekian hari, dibayar besar-besaran!

Katakanlah, si bos properti tadi kembali mernanggil Anda, sebagai kontraktor. Untuk yang satu ini rada berbeda. Dia meminta Anda untuk mengunjungi vilanya, yang memerlukan perjalanan berjam-jam. Bukan cuma itu. Dia juga meminta Anda tinggal di vilanya dan mengerjakan sesuatu selama berhari-hari. Yah, sangat menghabis-kan waktu Anda.

Lagi-lagi, dapat dipastikan, setelah itu si bos akan 'mengganti' waktu Anda dengan sejumlah uang. Dapat dipastikan pula, kali ini uang-nya betul-betul besar-besaran. Bagaikan sebuah keberuntungan! Ini mengingat besarnya waktu, tenaga, dan uang yang telah Anda kor-bankan. Lha, si bos saja mengganti seperti itu, apalagi Allah? Perumpamaan inilah yang kami maksud dengan umrah. Perjalanan ke sana berjam-jam. Tinggal di sana berhari-hari. Dipesankan oleh Nabi, "Sesungguhnya, pahala (ganjaran) engkau sesuai dengan ka-dar kepayahan dan nafkah engkau." Karena begitu besar waktu, te-naga, dan uang yang telah Anda korbankan, maka Allah pun mengganti bahkan melipatgandakan itu semua untuk Anda. Yakinlah! Kurang yakin? Yah, lihat saja orang-orang di sekitar Anda. Rata-rata, mereka yang pulang berumrah itu membaik rezeki dan nasibnya. Tidak begitu-begitu saja. Nabi menjanjikan bahwa umrah dapat mengatasi kefakiran.

Pilih mana, otak kiri atau otak kanan?

Kita lanjutkan. Bagi orang kiri, tentulah seluruh penjabaran dan pe-maparan di aths sulit untuk dicerna. Orang kiri yang realistis meng-ang,gap sholat dhuha itu mengurangi waktu produktif, sholat tahaj-jud itu mengurangi waktu istirahat, sedekah itu mengurangi rezeki, dan umrah itu menghabiskan rezeld. Kesimpulannya menurut orang kiri, "Ini tidak masuk akal!" Padahal? Akalnya yang belum masuk!
Orang Kiri Orang Kanan
Lebih banyak merninta daripada bersyukur.Lebih banyak bersyukur daripada rneminta
Merninta dulu, kalau terkabul, baru bersyukur. Bersyukur dulu, baru meminta. Terkabul atau tidak, tetap bersyukur.
Keadaan sulit dulu, baru tawakkal, baru ikhlas. Keadaan sulit atau tidak, tetap tawak-kal, tetap ikhlas.
Mengeluh ketika keadaan sulit, sakit, rugi, atau ditipu. Tetap tersenyum walaupun keadaan sulit, sakit, rugi, atau ditipu.
Mapan dulu, baru menikah, baru berbakti kepada orangtua. Mapan atau tidak, tetap rnenikah, tetap berbakti kepada orangtua.
Kaya dulu, baru bersedekah, baru berumrah. Kaya atau tidak, tetap bersedekah, tetap berusaha untuk berumrah.
Kaya dengan berhemat dan mena- bung. Kaya dengan bersedekah dan berdagang.
Ikhlas dulu, baru bersedekah, baru berkurban. Ikhlas atau tidak, tetap bersedekah, tetap berkurban.
Merasa 'dipanggil dulu, baru ke Tanah Suci. Memantaskan diri agar 'dipanggil' ke Tanah Suci.
Merasa berdosa dulu, baru istighfar, baru sholat taubat. Senantiasa istighfar dan sholat taubat.
Selesai sholat dulu, baru zikir. Senantiasa zikir, tidak harus selesai sholat.
Punya waktu luang dulu, baru sholat dhuha, baru sholat tahajjud. Punya waktu atau tidak, tetap sholat dhuha, tetap sholat tahajjud.

Mencari-cari alasannya untuk tidak dan menunda sedekah.
Tidak suka banyak alasan dan oction-oriented dalarn bersedekah.
Andai bersedekah sekalipur,fokus pada kepentingan dirinya sendiri (self-centric).
Dalam bersedekah, fokus pada kepentingan orang iain (other-centric).
Andai bersedekah sekalipun, sesudah itu akan kepikiran.
Dalam bersedekah, sebelum dan sesudahnya tidak pernah kepikiran.


Sebaliknya, orang kanan yang imajinatif malah menganggap sholat dhuha itu malah melapangkan waktu, sholat tahajjud itu memeliha-ra kesehatan, sedekah itu menambah rezeki, dan umrah itu mencurahkan rezeki. Bagaikan sebuah keberuntungan! Hm, kira-kira Anda termasuk yang mana?

Masih menurut orang kiri, cukup dulu, baru menikah. Menurut orang kanan, menikah dulu, lalu tercukupkan. Bukankah Allah yang menjanjikan bahwa menikah itu mengayakan (QS. 2, 32)? Sekali lagi, kim-kira Anda termasuk yang mana?

Tiga komoditas termahal

Sebagai penutup, sejenak mari kita bandingkan ibadah Nabi dengan ibadah kita. Mungkin 'berbeda sedikit' saja. Nggak percaya? Lihatlah.

• Nabi itu sedikit-sedikit beribadah. Kita sedikit ibadahnya.

• Nabi itu sedikit-sedikit bersedekah. Kita sedikit sedekahnya.

• Nabi itu sedikit-sedildt sholat sunnah. Kita sedikit sholat sunnah-nya.

• Nabi sedikit tidurnya. Kita sedikit-sedikit tidur.

• Nabi sedikit makannya. Kita sedilkit-sedikit makan.

• Nah, mudah-mudahan kita bisa mengejar 'perbedaan yang sedikit' itu.

Sekarang, Pastilah Anda maklum apa yang dimaksud dengan tiga komoditas termahal itu. Yah, apalagi kalau bukan uang, waktu, dan kesehatan. Seseorang belum layak menyandang predikat kaya, kalau hanya menikmati salah satunya. Mesti menikmati ketiga-tiganya. Dan pastilah Anda juga maklum temyata ketiga-tiganya bisa 'dibeli' dengan Koin Keberuntungan, sekurangnya tiga amalan, yakni sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajjud. Mungkin sebagian dari Anda meremehkan tiga amalan ini, karena merasa berasal dari keluarga yang kaya tujuh turunan. Yah, kami sindir saja. "Masalahnya, Anda adalah turunan ya, kedelapan!" Hehehe! Lha, buktinya Anda rnasih baca blog ini! Menurut kami, andai Anda berasal dari keluarga ya, kaya tujuh turunan sekalipun, kaya tujuh tanjakan sekalipun, tetaplah melakukan tiga amalan ini. Yah, agar semuanya uang Anda, waktu Anda, dan kesehatan Anda menjadi jauh lebih baik. Right? Konon, dua orang wanita tengah bercakap-cakap... "Aku menyesal nikah dengan Jaka Tarub."

"Lho, kenapa?"

"Semenjak nikah dengan dia, aku malah jadi jutawan."

"Jutawan? Kan bagus?"

"Bagus apanya? Wong sebelumnya aku ini miliarder."
hehehe, ada-ada saja!

No comments:

Post a Comment