Oct 11, 2018

Investasi Gaib dan Benefit



Benefit pertama : Jamu Manjur 4-in-1

Sejak ribuan tahun silam, telah ditemukan jamu manjur

• jamu tolak bala

• jamu galian rezeki

• jamu enteng jodoh

• jamu sehat perkasa

Jamu apa itu? Yap, itulah sedekah. Anda boleh juga menyebutnya derma, donasi, sumbangan, pemberian, atau apa sajalah. Yang jelas, ianya sangat berkhasiat untuk:


• menolak bala

• memudahkan rezeki

• memudahkanjodoh

• memelihara kesehatan

Betul sekali, inilah jamu segala jamu. Enak kan? Enaknya lagi, dengan jor-joran bersedekah, kita pun akan dijamu oleh-Nya di dunia dan di akhirat kelak. Hm, kalau boleh sedikit ngelantur, dalam perdukunan mungkin ada istilah ilmu penglaris, penangkal, dan pemikat. Menurut kami, tidak perlulah Anda repot-repot dengan itu semua. Malu! Cukuplah jadikan sedekah sebagai penglaris, penangkal, dan pemikat. Nah, lebih baik lagi, kalau sedekah itu diracik dengan sholat dhuha dan sholat tahajjud. Wah, betul-betul berkhasiat! Omong-omong, Anda masih ingat dengan lagu ini? "Balonku ada lima. Rupa-rupa warnanya. Merah, kuning, kelabu, merah muda, dan biru. Meletus balon hijau. Darrrr!" Coba perhatikan baik-baik warna balon-balon tersebut. Kan cuma ada lima warna. Kok tiba-tiba ada wama hijau? Kali-kali, ya, hijau itu bukan balon. Kali-kali, yang hijau itu tabung gas! Hehehe! Beginilah hidup di negara berkembang. Rakyat main petasan, pemerintah main tabung, dan teroris main bom! Hehehe! Maksud kami, bala dapat terjadi kapan saja, di mana saja, kepada siapa saja. Nah, gimana cara mencegahnya? Ya, jelas, itu mutlak wewenang Allah. Yang jelas pula, sedekah merupakan salah satu upaya manusia ya, diizinkan Allah untuk memperkecil kemungkinan terjadinya bala, sesuai dengan sabda Nabi, "Bersegeralah sedekah, sebab bala tidak pemah mendahului sedekah."

Benefit kedua : Pasti di balas, Nggak Pakai 'insya Allah'

Suatu saat seorang ulama pemah bersikeras, "Sedekah itu pasti di-balas bahkan dilipatgandakan, Pasti! Pasti! Pasti! Nggak pakai 'Insya Allah'!" Wah, kami langsung terperanjat. Terus, pelan-pelan dia menjelaskan, "Lha, kan Allah yang berulang kali berjanji akan mem-balas sedekah kita tanpa syarat. Sedangkan janji adalah utang. Tidak mungkin Dia berutang, ingkar, atau mungkir. Jadi, pasti ditepati. Bu-kankah Dia itu Maha Menepati dan Maha Membalas?" Kami pun tersenyum begitu mendengar penjelasannya. Si ulama kembali melanjutkan, "Boleh dibilang, Hukum Sedekah ini lebih pasti daripada Hukum Gravitasi. Karena Hukum Gravitasi tidak pemah dijanjikan di kitab suci." Logika lainnya begini. Apabila manusia yang berjanji, hendaklah mengucapkan 'insya Allah'. Nah, beda dengan Allah. Apabila Allah yang berjanji, maka itu adalah sesuatu yang pasti, sepasti-pastinya. Right? Dan inilah yang sebenarnya: berapapun yang Anda sedekahkan, pasti dibalas dan dilipatgandakan oleh-Nya. Tidak jadi soal, apakah Anda ikhlas atau tidak, beriman atau tidak. Buktinya, banyak hartawan yang dermawan menjadi semakin kaya, padahal mereka atheis. atheis! Bagi mereka, hampir-hampir tidak ada istilah ikhlas dan iman. Wong, tujuan mereka bersedekah kadang cuma untuk mengangkat merek dan mengurangi pajak!

Balasan, inilah Hukum Kausalitas dari-Nya, bukti kasih dari-Nya, dan janji tertulis dari-Nya. Yang kami maksudkan balasan di sini adalah balasan jangka pendek. Tentu saja, dengan ikhlas dan iman, kita akan beroleh nilai tambah, berupa balasan jangka panjang yaitu ridha, pahala, dan surga dari-Nya. Selanjutnya, kami petik sebuah janji dari-Nya, "Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah (bersedekah) adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berisi seratus biji. Dan Allah melipatgandakan (balasan) bagi siapa yang dikehendaki-Nya (QS. 2: 261)." Bagaimana pula dengan janji Nabi? "Orang yang meniatkan suatu kebaikan namun tidak mengamalkannya, maka Allah akan mencatat baginya satu pahala yang sempurna. Orang yang meniatkan suatu kebaikan lalu mengamalkannya, maka Allah akan mencatat baginya pahala sebanyak 10 sampai 700 kali lipat." Amati dan cermati kalimat di atas. Sebenarnya Anda belum bersedekah saja, sudah dibalas, pasti dibalas. Apalagi kalau bersedekah! Bisa dibalas sampai 700 kali lipat! Wah! Sewaktu Anda bersedekah, iba-ratnya Anda tengah berinvestasi. Bersabarlah sedikit. Karena apabila telah tiba waktunya, percayalah, niscaya nilainya akan bertambah, bertambah, dan terus bertambah. Yakinlah!

Benefit ke tiga : Langsung di balas nggak pakai lama

Apakah mungkin sedekah Anda ditunda balasannya? Nah, ini juga tidak mungkin.

• Pertama, di kitab suci berulang kali tertulis, bersedekah itu seperti memberi pinjaman yang baik kepada Allah. Tentulah Dia akan langsung membalas kontan karena mustahil Dia sampai berutang.

• Kedua, bukankah perhitungan-Nya sangat cepat?

• Ketiga, bukankah sifat-Nya Maha Menyegerakan? (Memangnya kita, suka bayar tunda, hehehe!)

Ada juga yang bersungut-sungut, kadang kok lama balasannya. Hm, sebenarnya tidak begitu. Katakanlah, Anda seorang pemilik restoran di Palembang.

• Pada hari Selasa, Anda bersedekah. Yah, lumayan besar.

• Pada hari Senin, sehari sebelumnya, tanpa sepengetahuan Anda, di Jakarta di perusahaan EnterTrend, seorang manajer senior mengadakan rapat dengan timnya. Mereka tengah menimbang-nimbang kota yang tepat untuk menyelenggarakan rapat tahunan. Hari itu, mereka belum rnemutuskan.

• Pada hari Selasa, keesokan harinya, barulah mereka memutuskan untuk menyelenggarakan rapat tahunan di Palembang, karena berbagai alasan.

• Pada hari Rabu, salah seorang dari mereka menelepon biro perjalanan di Palembang, terkait rapat tahunan tersebut.

• Pada hari Kamis, biro perjalanan tersebut menelepon hotel dan event organizer (EO) setempat. Mereka berbagi job.

• Pada hari Jumat, si EO menerima uang muka dari perusahaan EnterTrend melalui biro perjalanan itu.

• Pada hari Sabtu, si EO menelepon Anda, memesan katering dari restoran Anda, dan memberi Anda uang muka.

• Coba perhatikan baik-baik. Pada hari Anda bersedekah, pada hari Selasa, sebenamya sedekah Anda sedang 'bekerja'. Hanya saja, Anda yang belum ngeh. Anda baru ngeh empat hari kemudian, pada hari Sabtu, ketika si EO menelepon Anda.

• Itu artinya, sedekah Anda langsung dibalas pada hari itu juga! Sama sekali tidak ada penundaan! Istilahnya, riggak pakai lama

• Jadi, adalah buruk jika kita masih berpikir sedekah kita ditunda balasannya. Adalah sangat buruk jika kita masih berpikir sede-kah kita tidak dibalas.

• Makanya, setiap kali kita bersedekah, tetaplah berbaik sangka kepada-Nya. Jangan sampai karena ilmu kita yang terbatas, kita malah berburuk sangka kepada-Nya. Jangan sampai!

Benefit ke empat : Bukan lagi menjaga harta, tapi meningkatkan harta

Katakanlah Anda punya dua orang keponakan. Si abang dan si adik. Suatu hari, Anda memberikan uang Rp 100.000 kepada si abang seraya berpesan, "Uang ini boleh kamu pakai sesukanya. Hanya saja, sebagian tolong kamu berikan kepada adikmu ya." Kira-kira berapa yang akan diberikan oleh si abang kepada si adik? Yang jelas, tidak mungkin Rp 2.500. Berhubung pesannya sebagian, kernungkinan Rp 20.000 sampai Rp 40.000 yang akan diberikan oleh si abang. Kurang-lebih begini:

• Kalau sebagian kecil, itulah 5-10 persen.

• Kalau sebagian, itulah 20-40 persen.

• Kalau setengah itulah 50 persen.

• Kalau sebagian besar, itulah 60-90 persen.

Begitulah, anak kecil saja tahu apa itu sebagian. Masak kita tidak tahu apa itu sebagian? Huh, kebangetan! Bukankah kitab suci berulang kali menganjurkan kita bersedekah sebagian dari harta? Bukankah Nabi dan sahabat senantiasa bersedekah sebagian dari harta? Nah, kalaulah kita belum mampu, hendaklah kita bersedekah minimal 10 persen dan terus ditingkatkan. Jadikan bersedekah 20 sampai 40 persen itu cita-cita. Niatkan. Sidang pembaca sekalian, inilah yang sebenarnya. Dalam kitab suci, bersedekah itu diistilahkan 'menafkahkan' harta atau 'membelanjakan harta'. Itu kan isyarat untuk bersedekah banyak. Eh,sama orang Indonesia istilah itu malah diganti jadi 'menyisihkan harta'. Pantesan sedekahnya sedikit! Yang jelas, 2,5 persen itu zakat harta namanya. (pasti beda dengan zakat fitrah). Yang jelas pula, secara umum zakat 'hanya' mampu menjaga harta, bukan meningkatkan harta. Sedekahlah yang mampu meningkatkan harta. Yap, hampir seluruh dalil menunjukkan demikian. Kurang-lebih begini:

• Taruhlah harta Anda Rp 1.

• Tanpa zakat, nilainya akan merosot alias kurang dari Rp 1.

• Dengan zakat, nilainya akan terjaga alias tetap di Rp 1.

• Dengan sedekah, nilainya akan meningkat alias lebih dari Rp 1.

• Boleh dibilang, zakat itu proteksi dan sedekah itu investasi.

Perumpamaan lain. Ada seorang investor memberi Anda modal. Jadilah dia dan Anda bekerjasama dengan sistem bagi hasil. Di mana 10 persen hasil untuk dia dan 90 persen hasil untuk Anda. Tentunya Anda senang sekali. Sampai-sampai Anda cengengesan tiga hari tiga malam. Karena menurut Anda, ini merupakan usaha yang betul-betul menguntungkan. Iya kan? Begitu juga dengan sedekah. Allah, Sang Maha Investor telah memberi Anda modal kehidupan, berupa kekuatan, kesehatan, kecerdasan, dan lain-lain. Sudah sepantasnya Anda senang sekali mengeluarkan 10 persen di jalanNya. Toh, yang 90 persen tetap di tangan Anda. Right? Wong, dalam kehidupan bernegara saja, kita mengeluarkan 10 persen untuk pajak. Mestinya kita berani mengeluarkan lebih dari 10 persen untuk sedekah. Apalagi balasan sedekah jauh lebih pasti dan jauh lebih banyak daripada balasan pajak. Tidak pemah dikem-plang! Di buku kami sebelumnya, diuraikan panjang-lebar bahwa sedekah minimal 10 persen itu menjadi semacam pencukup rezeki dan pencukup ibadah.

Benefit ke lima Mengajaibkan hasil seajaib Ajaibnya

 Omong-omong soal balasan, seberapa besar sih balasannya? Nah, dalil dan pengalaman kami selarna ini menunjukkan balasan 10 sampai 700 kali lipat! Bahkan lebih! Yap, betul-betul ajaib, betal-betul gaib! Makanya diistilahkan Investasi Gaib. Tapi, kadang-kadang kok tidak berasa ya? Begini penjelasannya.

 • Kalau garputala yang dipukul, maka gemanya akan kecil, "Ngii-iiing!"

 • Kalau gong yang dipukul, maka gemanya akan besar, "G0000-ong!" Nah, sedekah juga begitu.

 • Kalau Anda bersedekah kecil, maka balasannya akan kecil. Ham-pir-hampir Anda tidak terasa!

 • Kalau Anda bersedekah besar, maka balasannya akan besar. Hampir-hampir bikin Anda terpelanting!

 • Perlu dicatat di sini, bersedekah kecil atau besar itu bukan soal jumlah rupiah, tapi soal persentase dari pendapatan.

 o Kalau Anda bersedekah 30 persen ke atas? Itu besar.

 o Kalau sekitar 20 persen? Itu sedang.

 o Kalau sekitar 10 persen? Itu kecil.

 o Kalau sekitar 2 persen? Itu kebangetaaan!

 Yang mengenaskan dan mencemaskan, menurut survey, satu dari rumah tangga miskin Indonesia, mengalokasikan 12 sampai 20 persen pendapatannya untuk rokok. Bayangkan, 20 persen untuk rokok! Kalau 20 persen untuk sedekah? Hehehe, alasannya segerobak. Harus ikhlaslah, banyak kebutuhanlah, jangan berlebih-lebihanlah. Padahal kalau saja mereka mau merutinkan 20 persen untuk sedekah, kami yakin mereka akan keluar dari kentiskinan. Seketika! Ah, bersedekah jor-joran begitu, apa tidak memaksakan diri namanya? Itulah ocehan orang kiri. Menurut orang kanan, dalam beramal itu mungkin:

 • awalnya terpaksa.

 • selanjutnya bisa.

 • akhirnya terbiasa.

 Percayalah, sedekah perlu latihan. Sedekah banyak juga perlu latihan. Kalau tidak pernah dilatih, nanti sedekah kita segituuuuu terus setiap tahunnya! Padahal intlasi sudah berapa setiap tahunnya! Dengan kita bersedekah banyak, itu berarti kita beribadah banyak. Ringkasnya, buatlah malaikat di sebelah kanan itu sibuk dengan sedekah-sedekah kita. Sekaligus, buatlah malaikat di sebelah kiri itu nganggur, makan gaji buta. Hehehe! Anehnya, yang sering terdengar celetukan seperti ini.

 • Tanya, " Mana yang lebih baik, sholat dhuha 2 rakaat atau 8 rakaat?

 • jawab, "Yang 8 rakaat! Lebih banyak lebih baik!"

 • Tanya, "Mana yang lebih baik, puasa sunnah 1 hari atau 2 hari?

 • Jawab, "Yang 2 hari! Lebih banyak lebih baik

 • Tanya, "Nah, mana yang lebih baik, sedekah 2 persen atau 10 persen?

 • Jawab, "Yang ikhlas!" Lha, nih orang tidak ngerti matematika atau apa? Aneh! Jelas-jelas, lebih banyak itu lebih baik tho? Secara umum, yah begitu! Namanya, berlomba-lomba dalam kebaikan. Kalau urusan ikhlas, itu sih sudah standar. Mana ada ibadah aggak pakai ikhlas? Sudah saatnya kita naik ke tingkatan berikutnya: seberapa sering, seberapa banyak. Belum lagi dari segi manfaat. Makin banyak, yah makin baik. Salah satu turunan Adam paling ke-sohor di rnuka bumi ini, Chow Yun Fat, bertekad bersedekah 99 persen. Sementara itu, salah satu turunan Adam paling makmur di muka bumi ini, Warren Buffett, juga bertekad bersedekah 99 persen. Bukan cuma itu. Warren Buffett pun 'menghasut' hartawan-hartawan lain untuk bersedekah 50 persen. Lalu ikut sertalah Bill Gates, walikota New York, dan puluhan orang lainnya. Lha, kita sedekah 10 persen saja, tapi ngomong ikhlas sampai mulut berbuih-buih! Nggak malu apa? Coba deh perhatikan, mana ada orang berseru, "Sholatlah yang ikhlas. Puasalah yang ikhlas. Bacalah kitab suci yang ikhlas." Tidak ada kan? Kenapa? Yah, karena bocah-bocah yang masih ingusan pun tahu, nenek-nenek yang sudah ubanan pun tahu, semua ibadah mesti pakai ikhlas, termasuk sedekah. Kami ulangi, sudah saatnya kita naik ke tingkatan berikutnya: seberapa sering, seberapa banyak. Pegang kata-kata kami. Apabila Anda ingin betul-betul mengajaibkan hasil, maka lipatgandakan sedekah Anda. Lipatgandakan, bukan tingkatkan. Niscaya itu akan mengajaibkan kehidupan Anda, seajaib-ajaibnya! Bahkan itu akan terasa sebelum Anda selesai membaca blog ini! Yakinlah!

Yap, mengajaibkan hasil! Entah itu berupa uang, peluang, kesehatan, ketenteraman, urusan, umur, atau seumpamanya dengan segala kerendahan hati kami telah membuktikan di mana pendapatan bersih kami naik setiap tahunnya, bukan puluhan persen, tapi ratusan persen! Belum lagi dari segi kesehatan, kemudahan-kemudahan, dan impian-impian.

Bagi orang kiri, kalau mau bersedekah, sukanya mikir berlama-lama. Repot kan? Repotnya lagi, kalau sudah bersedekah, malah kepikiran. Apalagi kalau sedekahnya besar-besaran. Beda jauh dengan orang kanan. Bagi orang kanan, sukanya action-oriented. Kalau mau bersedekah, yah bersedekah saja, Kalau sudah bersedekah, tidak pemah kepikiran. Bahkan setelah bersedekah besar-besaran sekalipun. Besar harapan kami, kelak kekayaan seseorang bukan lagi diukur dari jumlah omzetnya. Bukan dari jumlah asetnya. Bukan dari jumlah karyawannya. Melainkan dari jumlah sedekahnya. Dari jumlah pesantrennya. Dari jumlah anak asuhnya. Nah, ini baru namanya kaya beneran! Kalau sudah begini, maka segenap yang ada di bumi dan di langit pun akan memuliakannya. Ingatlah, sejauh-jauhnya bangau terbang, akhirnya jadi kecap juga. Sejauh-jauhnya orang berdagang, akhirnya almarhurn juga. Hehehe!

Benefit keenam : Malaikat pun bisa di atur dengan uang

Nabi Ibrahim (Abraham) pernah diberitahu oleh Malaikat Maut bahwa sahabatnya seorang pemuda akan meninggal keesokan harinya. Yah, itulah takdirnya. Ternyata, pada keesokan harinya si pemuda itu masih hidup dan terus hidup sampai di usia 70 tahun. Ada apa gerangan? Setelah menyimpan keheranannya sekian lama, akhirnya Nabi Ibrahim menanyakan penyebabnya kepada Malaikat Maut. Maka dijawablah oleh Malaikat Maut, "Memang, aku hendak mencabut nyawanya. Namun, malam itu ia menyedekahkan setengah hartanya. Lalu Allah pun mengubah takdirnya. Allah memanjangkan umur-nya." Wah! Kejadian kurang-lebih serupa juga pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad. Dikisahkan, seorang tukang kayu akan dipatuk ular dan ditakdirkan meninggal karena patukan itu. Ternyata, pada hari itu ia tidak jadi dipatuk ular dan tidak jadi meninggal. Usut punya usut, di perjalanan ia menyedekahkan makanan miliknya satu-satunya.

Buka mata Anda lebar-lebar. Perhatikan baik-baik. Dengan izin Allah, rupa-rupanya sedekah dapat mengubah takdir. Sedekah dapat memanjangkan umur. Sedekah dapat menghentikan Malaikat Maut. Dengan kata lain, temyata Malaikat Maut pun bisa 'diatur' dengan uang. liehehe! Caranya, tentu saja dengan bersedekah, bukan dengan menyogok! Apabila ditinjau dari sisi ilmiah, sebenarnya kejadian ini sangatlah mungkin. Seorang pakar bernama Dr. Stephen Post menyimpulkan dengan lugas dan tegas di bukunya, "Sifat dermawan itu menyehatkan dan memanjangkan urnur. Bahkan, dua kali lebih menyehatkan daripada Aspirin." Belum lagi dari segi hormon endorfin.

Konon, setiap pagi ada dua malaikat yang berseru. Yang satu berseru, "Ya Tuhan, karuniakanlah balasan kepada orang yang bersedekah." Yang satu lagi berseru, "Musnahkanlah orang yang enggan bersedekah." Itu artinya, para malaikat berpegang teguh pada prin-sip, "Maju tak gentar, membela yang bayar." Maksudnya, membela yang bersedekah. Hehehe!

Benefit ke tujuh : Amalan paling praktis sedunia

Kita lanjutkan. Berikut ini adalah amalan-arnalan sunnah dan waktu yang diperlukan untuk melakukannya:

• Umrah, seharian (bahkan bisa berhari-hari berada di sana).

• Puasa sunnah, seharian.

• Sholat sunnah, mungkin seperempat jam.

• Membaca kitab suci, mungkin seperempat jam.

• Kalau sedekah? Hanya sekian detik! Tidak percaya? Coba saja hi-tung, berapa waktu yang Anda perlukan untuk mengambil uang dari kantong Anda, terus Anda berikan uang itu kepada orang lain. Sekian detik kan? Tidak perlu bacaan khusus, tidak perlu gerakan khusus. Praktis kan? Yah, Anda tahu sendiri, orang kanan menyukai sesuatu yang praktis.

• Memang, setiap amalan memiliki keutamaan tersendiri yang tidak bisa dibanding-bandingkan sesederhana itu. Di sini, kami hanya berusaha menunjukkan betapa praktisnya amalan sedekah. Satu lagi, sedekah juga dapat membeli pahala amalan-amalan yang lain.

• Ingin dapat pahala zikir? Biayai majelis zikir. lnsya Allah, Anda turut mendapat pahala zikir.

• lngin dapat pahala umrah? Biayai umrah orang lain. Insya Allah, Anda turut mendapat pahala umrah.

• Ingin dapat pahala puasa? Siapkan 'bukaan' untuk orang berpuasa.

• Ingin dapat pahala ilmu yang bermanfaat? Biayai kegiatan keilmuan.

• Dan masih banyak lagi.

Hampir-hampir semua amalan. Lebih jauh lagi, bukan saja praktis, sedekah juga powerfull. Beneran, kalau Anda berpuasa sunnah, sholat sunnah, atau membaca kitab suci, mungkin hanya Anda sendiri yang merasakan dampaknya secara langsung. Nah, kalau Anda bersedekah? Maka Anda dan orang lain turut merasakan dampaknya secara langsung. Sekali lagi, secara langsung.

Setiap kali Anda bersedekah, itu mendorong roda ekonomi berputar lebih produktif. Bahkan membuka pintu rezeki banyak orang, mungkin 700 orang. Ujung-ujungnya, itu semua kembali kepada Anda. Betul-betul ajaib, betul-betul gaib!. Katakanlah, Anda memberikan uang kepada pengemis. Dengan uang itu, si pengemis dapat membeli sebungkus nasi. Itu berarti, si penjual nasi dapat menjalankan usahanya, menafkahi keluarganya, membuka pintu rezeki para karyawan dan para pemasoknya. Sampai-sampai membuka pintu rezeki para petani dan para buruh. Roda ekonomi pun berputar lebih produktif. Right?

Sungguh, Faktor Horizontal adalah salah satu kunci keberhasilan. Ringkasnya begini:

• Anda ingin pintar? Pintarkan orang lain (berbagi ilmu).

• Ingin sukses? Sukseskan orang lain.

• Ingin kaya? Kayakan orang lain.

• Ingin usaha rnembesar? Besarkan usaha orang lain (pemasok dan mitra).

• Ingin usaha terus membesar? Bagikan sebagian usaha itu kepada orang lain (bagi hasil dengan karyawan).

• Ingin impian terwujud? Wujudkan impian orang lain.

• Ingin doa terkabul? Doakan orang lain.

• Ingin ditolong Allah? Tolong orang lain.

• Ingin dapat uang? Berikan uang kepada orang lain (bersedekah).

• Ingin menyempurnakan sholat? Berikan zakat harta kepada orang lain.

• Ingin menyempumakan puasa? Berikan zakat fitrah kepada orang lain.

Segala puji bagi Tuhan semesta alam! Betapa indahnya dunia ini se-kiranya penghuninya memahami Faktor Horizontal. Andai saja 10 persen orang terkaya di Indonesia menyedekahkan 20 persen penghasilannya (bukan hartanya) kepada orang yang benar-benar membutuhkan, maka tidak ada lagi orang miskin di Indonesia.

Soal Faktor Horizontal ini, kebetulan kitab suci menyimpan hikmah tersendiri. Menurut Khalid AI-Jundi, ulama dari Universitas Al-azhar, selama ribuan tahun Allah telah menurunkan 104 kitab. Lalu, Dia gabungkan 104 kitab itu menjadi 3 kitab, yakni Zabur, Taurat, dan Injil. Terakhir, Dia sempurnakan 3 kitab itu menjadi 1 kitab, yakni Al-Quran. Sedangkan Nabi pemah berwasiat bahwa intisari dari Al-Quran adalah Al-Fatihah. Intisari dari Al-Fatihah adalah Basmallah. Intisari dari Basmallah adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yaitu kasih dan sayang. Jadi, selama ribuan tahun, selain keyakinan, yang paling dikehendaki Allah atas manusia adalah kasih-sayang manusia dengan manusia lainnya. Itulah Faktor Horizontal! Itulah sedekah! (Omong-omong, mau khatam Al-Quran dalam empat menit? Bacalah Al-Nasr empat kali. Kalau tiga menit? Bacalah tiga kali. Kalau satu menit? Bacalah Al-Fatihah satu kali. Kurang-lebih begitu-lah keutamaannya).

Benefit ke delapan : Tidak harus ikhlas

Terakhir, siapa bilang sedekah itu harus ikhlas? Siapa bilang? Memang, idealnya seluruh ibadah harus ikhlas. Termasuk sedekah. Namun demikian, kalau awal-awal belum ikhlas, yah tidak apa-apa. Hitung-hitung latihan. Nanti lama-lama juga ikhlas, insya Allah. Tentu, ikhlaslah yang dijadikan tujuan. Right? Seperti biasa, orang kanan menyukai sesuatu yang simple dan action-oriented. Katakanlah, Anda belum ikhlas. Namun Anda berusaha untuk ikhlas dan tetap bersedekah, itu jauh lebih baik. Daripada menunggu ikhlas dulu, baru bersedekah. Woi, kelamaaaaan! Coba deh nguping percakapan berikut... "Pak, mohon sedekahnya. Saya kelaparan."

"Ntar deh. Sekarang hati saya belum ikhlas."

"Waduh, tolonglah Pak. Saya hampir sekarat nih!"

"Yah, gimana lagi. Hati saya belum ikhlas. Ntar sedekah saya jadi sia-sia."


Beginilah orang kiri. Menunggu lebaran monyet dulu, baru bersedekah. Celakanya, si pengemis bisa keburu mati! Celakanya lagi, si orang kiri juga bisa keburu mati! Sebelum sempat beribadah, sebelum sempat bersedekah! Acap kali orang kiri berdebat soal ikhlas, sampai-sampai tidak jadi beribadah, tidak jadi bersedekah. Dalihnya, "Daripada tidak ikhlas? Kan nanti sia-sia." Atau bersedekah sedikit. Dalihnya, "Biar sedikit asal ikhlas." Lha, apa yang mau diikhlasin? Sedikit! Hehehe! Tambahan lagi, memangnya orang-orang yang bersedekah banyak itu tidak ikhlas apa? Mereka juga ikhlas kok! Lagi pula, kami berpendapat, selagi orang itu masih ada iman di hatinya, pastilah masih ada ikhlas di hatinya, walaupun tidak seberapa. Sekadar catatan, sorry nih, menurut guru kami, perdebatan soal ikhlas itu hanya untuk para pemula. Bagi para ahli sedekah, yah ikhlas itu sudah otomatis. Para ahli sedekah berusaha naik ke tingkatan berikutnya: seberapa sering, seberapa banyak. Mudah-mudahan kita termasuk yang beginian. Bukannya malah komat-kamit berdebat soal ikhlas, tapi nggak action-action! Kesimpulannya, tetaplah bersedekah, entah sudah ikhlas atau belum ikhlas. By the way, kita tahu dari mana kita sudah ikhlas atau belum ikhlas? Hanya Dia Yang Maha Mengetahui. Jadi, tetaplah bersede-kah, karena kita sendiri tidak tahu ikhlas sejati itu seperti apa. Kita cuma bisa 'berusaha untuk ikhlas'. Cuma itu.

Taruhlah Anda bersedekah dengan tidak ikhlas. Betul-betul tidak ikhlas. Konon, sedekahnya itu sendiri tidak dihitung sebagai pahala. Tapi, mudah-mudahan uang sedekahan itu masih dihitung sebagai pahala. Kok bisa? Misalnya, uang sedekahan itu dibelikan kursi-kursi dan meja-meja. Terus, kursi-kursi dan meja-meja itu dipakai. Kan bermanfaat? Nah, mudah-mudahan itu menjadi amal jariyah. (Asalkan Anda masih punya iman.) Lantas, bagaimana dengan riya (pamer)? Bersedekah dan riya, itu sih sudah biasa. Walaupun itu jelas-jelas tidak baik. Tapi ada juga nih, sudahlah tidak bersedekah, riya lagi! Bahkan fitnah lagi! Lho, kok bisa? Begini ceritanya. Dengar deh percakapan dua orang berikut ini dalam sebuah event.

"Tadi ada kesempatan bersedekah bareng-bareng, kok tidak ikutan, Mas?"

"Ah, daripada dianggap riya sama orang-orang, mending nggak usah bersedekah saja sekalian!"

"Gitu, ya? Padahal itulah riya."

"Riya gimana? Wong, saya nggak bersedekah!"

"Kalau melakukan amal sholeh karena memikirkan pendapat orang lain, itulah riya. Riya yang besar."

"Terus?"

"Kalau tidak jadi melakukan amal sholeh karena memikirkan pendapat orang lain, itu juga riya. Kan supaya dibilang tidak riya sama orang-orang. Yah, itulah riya. Eh, ini bukan cuma pendapat saya lho, Mas. Ini juga pendapat seorang syeikh dari Madinah."

"Segitunya?"

"Iya. Artinya juga, Mas lebih mengutamakan pandangan orang dari-pada pandangan "

"Hm, mungkin ada benamya juga."

"Bahkan, ada lagi nih. Sudah tidak bersedekah, eh malah memfitnah. Lantaran, langsung menuduh orang-orang yang bersedekah bareng-bareng itu riya. Padahal tahu dari mana niat orang-orang?"

"Jadi, baiknya?"

"Terang-terangan atau diam-diam, bareng-bareng atau sendiri-sendiri, tetap saja bersedekah. Pelihara niat. Kalaupun ada terlintas perasaan macam-macam, yah sudah, istighfar saja."


Memang, sedekah terang-terangan berpotensi menimbulkan riya (pamer). Tapi jangan lupa, sedekah diam-diam juga berpotensi menimbulkan ujub (bangga diri). Yang dilarang itu bukan terang-terangan atau diam-diamnya. Yang dilarang itu riya dan ujubnya. Jadi, tetaplah bersedekah dan berusahalah untuk ikhlas. (Ada juga yang sedekah diam-diam, karena takut ketahuan. Ketahuan sede-kahnya sedikit! Hehehe!) Lebih jauh lagi, sedekah diam-diam punya keutamaan tersendiri. Sedekah terang-terangan juga punya keutamaan tersendiri. Ini bisa menjadi penyemangat, syiar, dan dakwah bagi yang lain. Toh, ada lima ayat yang membolehkan. Para sahabat pun pernah melakoni. Ringkasnya, boleh sedekah diam-diam. Boleh juga sedekah terang-terangan. Yang tidak boleh itu, terang-terangan tidak bersedekah! Hehehe!

No comments:

Post a Comment