Oct 25, 2018

Budi Pekerti Sabar




"Wahai orang-orang yang beriman; bersabarlah kalian, kuatkanlah kesabaran kalian, tetaplah bersiap-siaga (dengan kesabaran kalian), dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian menjadi kaum yang beruntung" (Qs.Ali Imran: 200).


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Wahai anakku, jagalah salat, perintahlah manusia untuk melakukan segala kebaikan dan laranglah untuk melakukan segala kejahatan. Bersabarlah atas kesulitan yang menimpamu. Sesungguhnya apa yang telah diwasiatkan oleh Allah adalah hal-hal yang harus selalu dilakukan dan dijaga."
(Qs. Lukman: 17).

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Disebabkan sabar itu rnemang merupakan jalan keluar yang terbaik dalam kehidupan seorang manusia ketika dihadapkan pada problematika kehidupan. Dan perilaku sabar, menurut ajaran Islam, sangat dekat dengan pertolongan Allah dan ridla Allah. Sebagaimana Nabi kita tercinta, oleh Allah pun juga diberikan bekal yang sama dalam nenghadapi problematika kehidupan beliau, yaitu dengan berperilaku sabar. "Bersabarlah (Muhammad), dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah" (Qs.an-Nahl: 127)

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ

Oleh karena beliau bersabda, "Barangsiapa yang memelihara kesopanan dirinya, Allah akan memelihara kesopanannya. Barangsiapa yang merasa cukup, maka Allah akan menyukupinya. Barangsiapa melatih kesabaran, maka Allah akan menyabarkannya. Tiada seorangpun yang mendapat karunia Allah yang lebih baik dari kesabaran" (Hr.Bukhari).

وٓمٓنْ يٓسْتٓعْفِفْ يُعٓفّٓهِ اللّه وَمَنْ يَسْتغْنِ يُغْنِهِ الله. وَمَنْ يَصْبِرْ بُصَبٌرْهُ اللّه وَمَااُعْطِيَ اَحَدٌ عَطَءّ خَيْراْ وَاَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

Sabar (shabrun) merupakan salah satu dari sekian banyak budi pekerti yang mulia yang harus dimillki kaum muslimin. Sabar merupakan latihan kejiwaan atau pembirnbingan ruhani (riyadlatun-nafsi au tarbiyaturruuhaniyah), dalam rangka menuju kepada kondisi jiwa yang bersih dan suci (tazkiyatun-nafs). Sabar adalah sebuah proses kejiwaan yang harus ditekuni secara disiplin, karena tanpa ketekunan dan kedisiplinan mustahil seseorang itu akan mendapatkan ruhani yang sabar, yang secara implementatif terejawantahkan ke dalam perilaku sabar. Yang secara terminologi banyak dikatakan dengan budi pekerti sabar (khuluqush-shabri). Sedangkan sabar itu sendiri berarti menahan diri (istimaalu 'alan-nafs).

Dinul Islam mengajarkan, bahwa kaum muslimin harus dapat melaksanakan semua kewajibannya kepada Allah dan berusaha menjauhi maksiat. Dinul Islam tidak mengijinkan seorang muslim untuk berbuat yang dilarang Allah, meskipun dia merindukannya. Realitas ini harus diterimanya dengan ikhlas dan lapang dada karena kesemuanya ini merupakan pemberian Allah kepadanya. Untuk itu seorang muslirn tidak boleh berkeluh-kesah, marah, dendam, dan berputus asa dari rahmat Allah. Bagi saudara-saudara kita yang menekuni dunia tashawuf mereka berpendapat, "Keluh kesah itu bagi orang yang lalai adalah bencana, bagi yang menanti sesuatu adalah kurang akal. Marah terhadap takdir Allah, berarti mencaci maki Allah. Sedangkan setiap hari dia selalu mengharap pertolongan dan bantuan-Nya, dan dia sangat yakin akan hal itu. Menerima kenyataan yang ada dengan tetap bersandarkan inna lil-laahi wa inna ilaihi raaji'uuna wa laa haula wa laa quwwata illaahil-laahil aliyyil 'adhiim. Dan tidak sekali-kali untuk berputus asa dari rahmat-Nya. Disebabkan dia paham, bahwa Allah itu tergantung dhan dari para hamba-Nya. Dia pun ingat, bahwa takdir Allah itu pasti berlaku dan qadla Allah itu adil serta hukumnya pasti dilaksanakan, baik hamba itu sabar atau berkeluh kesah. Namun bagi yang sabar menerima pahala dan bagi yang tidak bersabar berdosa."

Mengenai keutamaan sabar ini Nabi SAW. mengatakan, "Kesabaran itu cahaya" (Hr.Muslim).

الصَّبْرُ ضِياَ

Budi pekerti sabar dan tidak berkeluh kesah, adalah suatu perbuatan yang sangat berat dan susah untuk diamal kan dalam kehidupan keseharian seorang muslim. Terlebih, bila yang dihadapi itu adalah masalah ekonomi keluarga, terasa dada ini dari waktu ke waktu semakin sesak, dan kepala terasa mau pecah. Kondisi genting inilah, bagi seorang mukmin jawabannya hanya satu, jalan keluamya adalah kembali kepada iman. Karena hanya dengan keimanan yang kuat dan kokoh, dia dapat berperilaku sabar dan tidak berkeluh kesah. Disebabkan kalbunya, di mana keimanannya berada, mengatakan bahwa segalarwa dari Allah, tak seorang manusia pun yang dapat menolak atau mengelak dari ketetapan-Nya.

Namun demikian, bagi seorang mukmin kesabaran dan tidak berkeluh kesah itu termasuk budi pekerti yang harus diusahakan dan diperoleh dalam kehidupan keberagamaannya, sudah barang tentu hal ini mesti melalui latihan-latihan ruhani (riyaadhatur-ruuhaniyyah) dan perjuangan melawan hawa nafsu (jihaadun-nafsi).

Dalam kehidupan keseharian kita, yang dapat dirasakan adalah harus tetap sabar ketika menghadapi kebahagiaan, dan juga harus tetap sabar tatkala penderitaan sedang menimpa. Karena secara essensial, baik kebahagiaan maupun penderitaan, keduanya sama-sama ujian atau cobaan dari Allah ta'ala. Bila maqam ruhani kita ingin meningkat, alias menginginkan semakin taqarrub kepada Allah, terlebih dahulu harus lulus dari ujian-ujian yang diberikan Allah untuk kita.

Sedangkan kesabaran untuk menghadapi kebahagiaan yang kita rasakan, maupun kesabaran terhadap penderitaan yang sedang menimpa, keduanya sama-sama beratnya. Meski dari kebanyakan umat manusia mempunyai kecenderungan begitu saja mengabaikan kesabarannya tatkala mendapat kebahagiaan. Sebaliknya menganggap berat sekali melakukan kesabaran tatkala menerima musibah. Karena sabar itu memang berat, oleh karena dalam sebuah hadisnya Nabi SAW memberikan motivasi spiritual kepada kita dengan mengatakan, "Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab kondisi bagaimana pun baginya adalah baik. Tidaklah mungkin terjadi demikian, kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat, dia bersyukur dan itu baik baginya, dan bila menderita kesusahan, dia bersabar; maka kesabaran itu lebih baik baginya" (Hr.Muslim).

عٓجٓبًا ىِلاَ مَرِ الْمُوءْ مِنِ إِنَّ اَنمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَبْرٌ وَلَيْسَ دَالِكَ ِعلاءَ خَدٍ. ِءالاَّ لِلْمُوءْ مِنِ. اِنْ اءَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراَّلَهُ وَِءانْاءَصَابَتْهُ ضَرَّاءُصَبَرَ فَكَانَ خَيْراًلَهُ

Namun berbeda bagi orang-orang yang khusus, seperti para shiddiqiin, shaalihiin, dan rabbaniyiin, bagi mereka kesemuanva ini rnerupakan sarana untuk tetap dapat ber-istislam kepada Allah. Baginya, sabar merupakan harta perniagaan yang sangat menjanjikan keberuntungan yang luar biasa di Allah telah berfirman, "Apabila Aku menguji seorang hamba Ku dengan buta kedua matanya, kemudian dia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan surga" (Hr.Bukhari).

Mereka tidak menolak kejahatan, kecuali dengan kebaikan. Mereka tidak membalas untuk kepentingan pribadinya, melainkan untuk mencari ridla Allah.

I'tibar, ibrah, dan uswah mengenai soal tersebut banyak terdapat dalam kehidupan para rasul, para nabi, dan para sahabat Nabi SAW, dan para shalihin. Karena jarang orang yang berjuang di jalan Allah tidak mendapatkan penderitaan, cercaan, makian, hinaan, kesulitan, hambatan, bahkan terkadang nyawa pun harus melayang. Akan tetapi kesemuanya itu merupakan sarana untuk berjumpa dengan Allah azza wa jalla. "Barangsiapa yang dikebendaki padanya suatu kebaikan (keberuntungan), maka penderitaan (musibah)" (Hr.Bukhari).

مَنْ يُرُدِ اللّٰهُ بِهِ خَيْراً يُصَبْ مِنْهُ

Pernah terjadi kata Abdullah bin Mas'ud RA mengisahkannya,"Aku seolah-olah menyaksikan Rasulullah SAW mengisahkan ketika Nabiyullah dipukul dan dianiaya oleh kaumnya hingga berdarah, sedangkan beliau mengusap darah dari wajahnya sambil berdoa, "Ya Allah, ampunilah kaum-ku, karena mereka tidak mengetahui" (Muttafaqun 'alaih).

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْ مِيْ فَاءِ نَّهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ

Itulah satu bentuk perilaku sabar, hingga Nabi SAW mampu tahan terhadap derita (ihtimalul-adza) yang dialaminya. Bentuk lain yang dialami Nabi SAW adalah ketika beliau membagikan harta rampasan perang. Seorang Arab dusun berkata, "Aku tidak mau harta rampasan itu menurut cara yang ditentukan Allah". Maka hal itu disampaikan kepada Nabi. Maka seketika itu Rasulullah pun memerah wajahnya, dengan sambil mendoakannya, "Semoga Allah merahmati saudara-ku Musa. Dia lebih menderita dari ini, tapi dia pun bersabar"

Dia menghadapi segala cobaan dan penderitaan tanpa mengeluh, marah, atau pun membalas keburukan, melainkan dengan kebaikan, Dia pemaaf, sabar, dan mengampuni segala kesalahan orang lain. Seperti difirmankan Allah, "Aku bersumpah bahwa barangsiapa yang sabar menghadapi kezaliman, memaafkan dan tidak membalas pelakunya, selama hal itu tidak akan menyebabkan bertambahnya kerusakan di atas bumi, perlakuan mereka itu benar-benar suatu hal yang harus dilakukan oleh orang yang mempunyai akal sehat." (QS.asy-Syuura : 43)

وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Wahai saudara-ku mukmin! Memperjuangkan kebenaran itu adalah benar. Akan tetapi, memperjuangkan kebenaran tanpa difasilitasi dengan kesabaran, maka kebenaran itu menjadi kurang ada manfaatnya.

Guru kami berpesan (KH.Ahmad Mustofa Bisri), "Apabila terjadi suatu musibah pada dirimu, hartamu, atau sesuatu yang berharga bagimu, maka bersabarlah. Pandanglah pahalamu di sisi Allah. Hadapilah ketentuan Allah dengan lapang dada dan penuh kepasrahan. Bersyukurlah kepada Allah atas kelembutan dan kebaikanNya kepadamu, lantaran Dia tidak melipat-gandakan musibah yang menimpamu. Mohonlah kelembutan untuk ketentuan dan takdir yang baik . Dan berdolah, Ya Allah, sungguh hambamu tidak memohon ketentuan yang buruk, namun memohon kelembutan akan qadla' dan qadarMu'."

No comments:

Post a Comment