Sep 27, 2024

Sering Ingin Lari dari Kenyataan?

 


Video klip di atas ada "getway car" milik Taylor Swift, kok kayaknya tadi ada yang ingin lagunya Taylor Swift. Di video klip tersebut di awali dengan intro, bagus lho intronya artikulasinya tepat dan enak di dengerin. Doc, ya ini panggilan Taylor Swift, Doctor Swift. Tanah kuning yang dulu pecah - pecah kini udah penuh rumput dan semak. Bangunan yang dulu berbentuk benteng kini udah berbentuk trapesium dan limas. Ndak terasa kan Doc, waktu begitu cepat berganti dan banyak perubahan yang terjadi. Kalau di liriknya di singgung, tanpa masa lalu kita ndak akan tahu kehebatan perubahan yang terjadi saat ini. Makanya kan kita ndak boleh terlalu menyalahkan masa lalu, yang udah berlalu biarkanlah, kita ambil pelajaran yang baik dan kita juga ndak boleh terus menerus lari dari kenyataan.

Apakah Anda sering merasa kepala begitu "penuh" tapi ndak bisa berbuat apa-apa? Penyebabnya bisa bermacam-macam, bisa jadi jadwal yang padat, pekerjaan yang begitu menumpuk dan ndak selesai, masalah dengan keluarga, atau berada di dalam lingkungan yang toxic rasanya ingin sekali melarikan diri dari situ. Sayangnya, saat Anda ingin melepaskan semua hal tersebut dan lari dari kenyataan yang menyakitkan tersebut seringkali dianggap sebagai seorang pengecut. Padahal, melarikan diri dari kenyataan hidup sebenarnya perlu dilakukan demi kewarasan diri sendiri. Saat ingin melarikan diri, Anda akan merasa ingin keluar dari kebiasaan dan pergi ke tempat lainnya, seperti tempat yang terasa lebih baik bagi pikiran. Sebagai contohnya, dengan membaca buku, menonton film yang bagus, atau sekadar menelusuri Instagram selama beberapa saat. Dalam psikologi, kondisi ini lebih dikenal dengan eskapisme. Akan tetapi, eskapisme tentu saja harus dilakukan dengan cara yang benar dan tepat agar kesehatan mental ndak terganggu. Lalu, apakah eskapisme juga memiliki sisi yang merugikan?

Bagi yang masih asing dengan istilah ini, eskapisme adalah keinginan atau perilaku seseorang agar mengabaikan atau menghindari kenyataan. Hal ini bisa jadi diakibatkan dari adanya pengalaman traumatis yang secara alami membuat seseorang ingin "melarikan diri" dari hal tersebut supaya terhindar dari tekanan dan kondisi psikologisnya ndak terganggu. Dengan begitu, Anda akan terlepas dari pengalaman hidup yang membebani. Saat Anda terjebak dalam lingkaran yang penuh dengan kekhawatiran, kegelisahan, maupun depresi, yang dibutuhkan hanyalah keluar dari pikiran negatif tersebut. Jadi memang, lari dari kenyataan atau masalah untuk sementara waktu ndak ada salahnya. Walaupun sebenarnya, masalah yang ada pun tetap akan ada setelah Anda kembali, tapi setidaknya Anda akan melihatnya dengan perspektif yang lebih baik dan terfokus untuk menyelesaikannya.

Nah, jika dilakukan dengan cara yang tepat, eskapisme justru bisa membuat pengaruh yang cukup positif bagi kehidupan. Ini dikarenakan saat melakukan eskapisme, Anda cenderung akan mengistirahatkan pikiran dan tubuh, sehingga membuat diri lebih kuat menghadapi realita yang dijalani. Namun sayangnya, jika dilakukan secara berlebihan eskapisme justru bisa menimbulkan masalah yang cukup besar. Kenapa demikian? Sebab kondisi tersebut ndak dapat terkontrol dengan baik, eskapisme dapat membuat Anda melupakan masalah, sehingga terus-menerus bersembunyi dari realita yang sedang dihadapi. Oleh karena itu, jangan mudah terhanyut dengan eskapisme. Demi kehidupan yang lebih baik, lakukanlah secukupnya saja. Karena eskapisme dapat memengaruhi kondisi psikologi seseorang, kenali dulu beberapa kelebihan serta kekurangannya:

Kelebihan Eskapisme:

Alasan yang paling umum dalam eskapisme adalah dapat mengurangi stres. Dengan mendengarkan lagu favorit, bermain video game, atau bahkan sekadar melamun, dapat menghambat realita sementara waktu. Meskipun begitu, untuk benar-benar mengurangi stres, Anda perlu menyelesaikan penyebabnya.

Mendatangkan inspirasi serta kreativitas yang tersembunyi. Sebagai contoh, saat Anda menonton film atau mencoret-coret di kertas, bisa memicu rasa kreatif dalam diri. Oleh karenanya, jika Anda merasa bersalah saat bersantai, bentuk eskapisme yang satu ini harus dianggap produktif.

Membantu membentuk motivasi yang mungkin hilang saat sedang bekerja. Cobalah melamun tentang kehidupan 'ideal' Anda dan tanyakan pada diri sendiri apa bedanya dengan kehidupan sehari-hari Anda saat ini. Bisa jadi, Anda akan menemukan semangat kembali.

Kekurangan Eskapisme:

Pekerjaan atau aktivitas sehari-hari jadi tertunda. Sebab, kadang-kadang Anda akan menggunakan hal ini saat sebenarnya harus melakukan sesuatu yang lain. Mungkin Anda menonton serial secara berlebihan untuk menghindari pertemuan keluarga, atau menelusuri media sosial alih-alih mengerjakan pekerjaan yang mendekati deadline. 

Menghindari atau menutupi emosi yang ndak ingin dirasakan. Mungkin bagi Anda menghadapi kenyataan terlalu menakutkan, sehingga menyebabkan kecemasan yang berat. Jika dibiarkan, ketakutan ini bisa menimbulkan juga ketakutan tentang hidup, bahkan keberadaan Anda sendiri.

Rasa ketagihan. Karena Anda sedang dalam mode "menghindari dari kenyataan" maka Anda akan melakukan aktivitas lain yang menghibur. Hal ini bisa jadi membuat ketagihan hingga lupa waktu. Akibatnya, bisa mengganggu kesejahteraan secara keseluruhan.

Nah, seperti yang sudah Anda baca sebelumnya, eskapisme ada pro dan kontra di dalamnya. Meskipun begitu, semua itu juga tergantung dari bagaimana cara Anda menggunakan eskapisme dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum melakukannya, coba jawab beberapa pertanyaan di bawah ini sebagai bahan pertimbangan:

Dari apa saya ingin melarikan diri?

Membawa sedikit kesadaran diri ke kebiasaan eskapisme dapat membantu Anda menggali lebih dalam tentang apa yang mungkin terjadi nantinya. Pertimbangkan ini membantu supaya apakah ada hal-hal lain yang dapat dilakukan dalam mengatasi setiap permasalahan.

Bagaimana perasaan saya setelah eskapisme?

Jika Anda bisa keluar dari eskapisme dengan perasaan kreatif, terinspirasi, atau merasa lebih santai, maka hal ini bisa sangat baik. Namun seandainya Anda justru merasa rendah diri, mati rasa, atau bahkan takut untuk kembali ke 'kehidupan nyata', ada baiknya mencari dukungan dari orang lain.

Apakah eskapisme memengaruhi kehidupan sehari-hari?

Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk eskapisme dalam sehari? Apakah itu akan mengganggu aktivitas harian Anda? Jika itu berdampak banyak pada kehidupan sehari-hari Anda, ada baiknya mengecek kenapa Anda membutuhkannya dan harus melakukan apa untuk mengatasi masalah yang dihindari. 



Untuk video klip kedua SettiaBlog kasih "Making Love Out Of Nothing At All". Liriknya c tentang seseorang yang ndak bisa terlepas dari orang yang dia sayangi sehingga ia selalu berusaha untuk menjalani setiap waktu yang mereka lewati bersama dengan sepenuh jiwa. Enak kan ya kalau kehidupan ini penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang. Sebenarnya rasa nyaman merupakan salah satu alasan yang membuat orang bisa sayang beneran dan saling jatuh cinta.

Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta, adalah sumber segala yang ada di dunia ini. Dia adalah cahaya dalam kegelapan, panduan dalam kebingungan, dan kekuatan di saat lemah. Allah SWT selalu hadir dalam setiap aspek kehidupan kita, dalam berbagai situasi dan kondisi yang kita alami. Dia adalah pengingat yang indah akan keesaan-Nya yang sempurna. Ketakwaan adalah konsep sentral dalam ajaran Islam. Ini adalah hubungan batin yang mendalam antara manusia dan Allah SWT. Takwa berasal dari kata Arab “ÙˆَÙ‚َايَØ©ً” yang berarti perlindungan atau pelindung. Oleh karena itu, ketakwaan adalah perlindungan atau perisai spiritual yang melindungi seseorang dari dosa dan kesalahan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 102).

Takwa dalam Islam adalah kesadaran akan Allah SWT, penghargaan terhadap-Nya, dan tanggung jawab moral sebagai hamba-Nya. Ini mencakup ketaatan kepada ajaran-Nya, menjauhi perbuatan dosa, dan menjalani hidup yang benar dan adil. Ketakwaan juga mencakup rasa cinta dan rasa takut kepada Allah SWT, dua aspek yang saling terkait dan saling memperkuat. Cinta kepada Allah SWT adalah panggilan hati yang paling suci. Ini adalah cinta yang tulus dan mendalam, yang melampaui semua bentuk cinta dalam dunia ini. Cinta kepada Allah SWT adalah cinta yang ndak tergantung pada kepentingan atau harapan. Ini adalah cinta yang murni, yang timbul dari pengenalan akan keagungan-Nya. Dalam Islam, cinta kepada Allah SWT adalah fondasi ketakwaan yang kuat. Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan kepada kita bahwa cinta kepada Allah SWT adalah salah satu hal yang paling utama dalam agama. Dalam sebuah hadis, Beliau bersabda,
“Tiga hal, jika ada dalam diri seseorang, dia akan merasakan manisnya iman: jika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya.” (HR. Bukhari).

Cinta kepada Allah SWT bukan hanya perasaan, tetapi juga tindakan nyata yang menggiring seseorang kepada perbuatan baik dan ketaatan kepada-Nya. Cinta kepada Allah SWT membuat seseorang berusaha untuk mendekat kepada-Nya, menjalani hidup yang sesuai dengan ajaran-Nya, dan berharap untuk memenangkan keridhaan-Nya. Ini adalah cinta yang mendorong seseorang untuk mencari wajah-Nya dalam setiap tindakan dan pengorbanan. Rasa takut kepada Allah SWT adalah aspek lain dari ketakwaan dalam Islam. Ini adalah rasa takut akan kemurkaan Allah SWT dan konsekuensi dosa-dosa kita. Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk ndak hanya mencintai Allah SWT, tetapi juga merasa takut kepada-Nya. Dalam sebuah hadis, Beliau berkata,
“Ketahuilah bahwa orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian adalah aku.” (HR. Bukhari).
Rasa takut kepada Allah SWT adalah pengingat bahwa kita semua adalah makhluk yang lemah dan rentan terhadap kesalahan. Hal ini menghindarkan seseorang dari perbuatan dosa dan membuatnya waspada terhadap godaan setan. Rasa takut kepada Allah SWT mendorong seseorang untuk menjauhi perbuatan yang melanggar ajaran-Nya dan menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan akhirat. 

Psikologi Islam mengakui pentingnya ketakwaan dalam membentuk kesejahteraan psikologis individu. Ketakwaan menciptakan perasaan kedamaian, kebahagiaan, dan kepuasan hidup. Studi psikologi Islam menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah, tingkat depresi yang lebih rendah, dan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Selain itu, rasa cinta dan rasa takut kepada Allah SWT juga berperan dalam membentuk perilaku dan kepribadian seseorang. Cinta kepada Allah SWT mendorong individu untuk berbuat baik, saling mengasihi, dan peduli terhadap sesama. Rasa takut kepada Allah SWT menghindarkan seseorang dari perbuatan dosa dan kejahatan.

Salah satu aspek yang paling indah dalam Islam adalah kesadaran akan kehadiran Allah SWT dalam setiap situasi. Allah SWT ndak hanya hadir dalam saat-saat ibadah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman,
“Dan Dia beserta kamu di mana pun kamu berada.” (Q.S. Al-Hadid: 4).
Allah SWT selalu hadir dalam saat-saat bahagia kita, mendengarkan do'a-do'a kita, dan memberkati usaha kita. Dia juga hadir dalam saat-saat kesulitan kita, memberikan kekuatan dan kesabaran. Ketika kita merasa sendirian, kita sebenarnya ndak pernah sendirian karena Allah SWT selalu bersama kita. Cinta kepada Allah SWT dan rasa takut kepada-Nya adalah dua kendaraan yang membawa kita menuju ketakwaan yang hakiki. Cinta kepada Allah SWT membuat kita ingin mendekat kepada-Nya, sementara rasa takut kepada-Nya menjaga kita dari dosa-dosa yang dapat menghalangi perjalanan kita menuju-Nya. Kita ndak dapat mencapai ketakwaan yang sejati tanpa cinta dan rasa takut yang seimbang. Cinta kepada Allah SWT memberikan motivasi dan kegembiraan dalam beribadah, sementara rasa takut kepada-Nya membuat kita lebih waspada dan hati-hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Udah ya, maaf in SettiaBlog ya kalau bahasannya agak kacau. O.. ya, ada sedikit pantun,
Jangan tewel di wadahi wajan...
Artinya apa SettiaBlog? Lha mboh.... he... he...

No comments:

Post a Comment