Dec 16, 2022

Menemukan Kesadaran Diri

 



Klip "lavender haze" di atas milik Taylor Swift. Sengaja SettiaBlog gunakan klip di atas, lha SettiaBlog beberapa hari yang lalu di sindir e. SettiaBlog ndak lupa kok sama bau minyak lavender dan juga ndak lupa angka 13. Warna lavender sendiri turunan dari warna ungu. Dalam ilmu aura tubuh yang dikenal sebagai warna cakra, ungu adalah chakra mahkota. Chakra mahkota, juga dikenal sebagai Sahasrara, terletak di bagian atas kepala. Ini terkait dengan mahkota kepala, sistem saraf, dan otak, dan mewakili pemikiran murni. Cakra ini menghubungkan seseorang dengan kesadaran tanpa batas. Saat membuka cakra ini akan membantu memasuki pemahaman spiritual yang mendalam. Lirik dari "lavender haze" sendiri mengingatkan kita semua agar fokus pada tujuan, ndak usah pedulikan omongan negatif dari orang lain.

Pernahkah Anda ketika pagi hari terbangun dalam suasana damai kemudian menulis apa saja inspirasi yang ada di benak Anda lalu Anda tuangkan dalam tulisan tanpa banyak mikir dan hambatan dan beberapa hari setelahnya, ketika Anda membacanya Anda tertegun akan isi tulisan tersebut? Atau mungkin banyak diantara kita yang sering punya berbagai permasalahan, kebingungan dan uneg-uneg yang ingin kita tanyakan kepada Guru atau orang bijak atau orang yang dianggap tahu? Bayangkan bagaimana bahagianya kita ketika kita memiliki penuntun, Guru yang bisa menuntun dan menjawab pertanyaan dan kebimbangan kita. Atau bagi suka menulis seringkali ketika diniatkan dan dipaksa untuk menulis inspirasi tidak datang-datang dan kata-kata kita mentok ndak bisa menyelesaikan tulisan kita, tetapi ada saat kita merasakan tanpa diniatkan pada suatu waktu kita duduk dan inspirasi mengalir dan kitapun mengambil alat tulis, handphone atau laptop kemudian langsung menulis kata demi kata secara lancar tanpa hambatan, seolah kata itu mengalir saja seperti air mengalir pada sungai yang bebas hambatan atau  bisa disebut “trance writing”, alias seseorang yang dianggap punya spirit atau kemampuan tertentu untuk menghasilkan karya seni. Mungkinkah itu sang jiwa atau spirit atau yang dikenal dengan sebutan “Higher Self” mengekspresikan dirinya dalam suatu karya ? Alhamdulillah SettiaBlog sampai saat ini masih di beri kemudahan dalam membuat bahasan di blog, tentu SettiaBlog lakukan juga dengan kesadaran. Lho, beneran...SettiaBlog membuat bahasan di blog dengan kesadaran dan kewarasan, buktinya SettiaBlog masih bisa ingat bau minyak lavender dan masih ingat angka 13, ya kan Tay...he...he...

Setiap individu yang hidup di dunia ini tentu memiliki kesadaran. Kesadaran akan bagaimana yang seharusnya dia lakukan di dunia ini, kesadaran akan pentingnya memaknai hidup, kesadaran akan agama yang akan menuntun kita untuk menjalani dunia ini dan yang pasti kesadaran akan tuhan yang selalu mengawasi setiap tindak laku kita di dunia. Artinya mayoritas apa yang kita lakukan di dunia ini kita lakukan dengan kesadaran. Kesadaran sangat penting untuk kita miliki, kesadaran atau conscious  ini harus dimiliki oleh setiap individu. Agama SettiaBlog islam sangat detail menjelaskan tentang konsep kesadaran khusunya konsep kesadaran diri. Kesadaran diri dalam Al-Qur’an mengandung pengertian menemukan jati diri dengan cara mendidik dan menghidupkan potensi-potensi fitrah dan internal yang ada pada wujud dirinya dan kemudian menjiwai (memahami dengan hati) hakikat-hakikat keberadaan dan nama-mana serta sifat-sifat Ilahi. Dengan demikian, kesadaran diri memiliki tingkatan dan cabang-cabang yang beragam, yang mana tingkatan sempurnanya itu adalah kesadaran diri irfani (sufistik), kesadaran yang terkait dan menyatu dengan hubungan dan korelasi manusia dengan realitas serta kesejatian hakikinya yang tidak lain hal itu adalah khalifatullah.

Dalam kesadaran dalam islam ada yang namanya kesadaran fitrawi. Kesadaran fitrawi bukan merupakan sebuah bentuk persfektif dan sebuah pengetahuan yang sifatnya hushuli, namun merupakan sebuah kesadaran dan sebuah ilmu hudhuri. Kesadaran diri yang bersifat hudhuri mengandung makna bahwa: saya ada dan saya punya serta memiliki kesadaran serta pengetahuan terhadap keberadaan dan eksistensi ini melalui potensi-potensi internal saya. Hal ini merupakan sebuah pengetahuan dan kesadaran prinsipil dan nyata serta sama persis dengan pribadinya. Pada pengetahun dan kesadaran ini, manusia memperoleh dan akan meraih sebuah realitas bernama “saya” dan hal itu sama dengan pengetahuan dan kesadaran terhadap diri pribadinya. Kemudian setelah kesadaran fitrawi ada juga kesadaran universal. Kesadaran diri yang bersifat global dan universal memiliki pengertian kesadaran dan pengetahuan terhadap diri dalam kaitannya dengan alam bahwa: dari mana saya datang? Saya berada di mana sekarang? Dan nanti saya akan kemana? Pada kesadaran diri semacam ini, manusia akan menyingkap bahwa dirinya merupakan salah satu bagian dari “keseluruhan” (kull) yang bernama alam dunia, ia akan mengetahui bahwa dirinya itu tidak independen dan tidak mandiri, dirinya itu bergantung, yakni ia ada bukan dengan sendirinya, ia hidup bukan dengan sendirinya dan akan meninggalkan dunia ini bukan melalui dirinya, ia hendak memperjelas kondisi dirinya pada “keseluruhan” ini. Ali bin Abi Thalib r.a suatu waktu pernah menyinggung bentuk kesadaran semacam ini. Ali bin Abi Thalib r.a berkata sebagai berikut: ”Semoga Allah SWT merahmati…orang yang mengetahui bahwa dirinya datang dari mana? Sedang berada di mana? Dan hendak menuju ke mana?”

Yang terakhir ada kesadaran irfani atau dalam bahasa lain disebut kesadaran sufistik. Kesadaran irfani adalah sebuah kesadaran terhadap diri sendiri dalam kaitannya dengan Allah SWT. Hubungan ini adalah sebuah hubungan dua wujud dan eksistensi yang bukan bersifat sejajar atau horizontal, akan tetapi suatu hubungan antara cabang dengan pohon, hubungan antara majazi dengan hakikat tunggal (Allah SWT), dan merupakan sebuah hubungan antara muqayad (tergantung) dan mutlaq (absolut). Keinginan seorang ‘arif adalah keinginan yang bersifat internal dan merupakan sebuah kebutuhan fitrah diri.

Menurut pandangan seorang ‘arif, ruh dan jiwa, bukan “saya” yang hakiki dan kesadaran akannya, bukan pula kesadaran diri, akan tetapi ruh dan jiwa itu merupakan manifestasi dan ejawantah dari “diri” dan “saya” dan “saya” yang hakiki itu adalah Allah SWT. Ketika manusia tenggelam dalam dirinya (fana’) dan ia tidak lagi menyaksikan kejelasan-kejelasan i>(ta’ayyunat)

, tidak ada lagi pengaruh ruh dan jiwa, manusia telah sampai pada kesadaran diri yang hakiki.


Bottom Note

Lavender haze sendiri memiliki banyak makna, nuansa ungu dengan semburat biru dan hitam spektrum dari matahari terbenam yang terlihat menyejukkan, aroma terapi lavender dan banyak lagi maknanya. Memang prase 'lavender haze' ini memiliki banyak makna, boleh di bilang banyak rahasianya. Background di Bottom Note ini juga ada rahasianya, jika Anda singkap penutupnya maka akan terlihat kecantikannya dan juga mokongnya itu terlihat...he...he...SettiaBlog ngacau. O..ya, kalau rahasia ketenangan hidup itu seperti ini :
• Aku yakin bahwa rezekiku tidak tertukar, karena itu hatiku tenang
• Aku yakin amalku tidak mungkin digantikan oleh yang lain, karena itu aku semangat beribadah
• Aku Yakin bahwa Allah SWT mengawasiku, karena itu aku malu bermaksiat
• Aku yakin bahwa mati selalu membuntutiku, karena itu aku selalu siap untuk menghadapinya
Allah SWT berfirman yang artinya,
“ Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram ” (QS Ar-Ra'd:28). Artinya: dengan berzikir kepada Allah SWT segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan.
Bahkan tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada Allah SWT.
Salah seorang ulama salaf berkata, “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”. Maka ada yang bertanya, “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?” Ulama ini menjawab, “ Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya ”.

No comments:

Post a Comment