Sep 28, 2022

Beberapa Kesalahan yang Sering Di Lakukan Di Usia Muda

 



Ada yang tahu ndak siapa itu Settia Hayuning Bawono Kertarajasa Jayawardana? Apakah dia cucunya Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani? Dia ndak pernah ingin atau menganggap keturunan Raja atau Ratu. Dia ini di kenal sosok manusia aneh, stres sedikit gila yang memimpikan merubah peradaban. Kalau nama Settia Hayuning Bawono Kertarajasa Jayawardana dulu ceritanya gini. SettiaBlog dulu suka pergi ke perpustakaan Masjid Jami' Darussalam karena banyak buku koleksinya yang bagus dan berbobot. Lha...tiap ke situ SettiaBlog mengisi buku tamu dengan nama Settia Hayuning Bawono Kertarajasa Jayawardana. Lambat laun SettiaBlog jadi bertanya, nama ini SettiaBlog dapat dari mana? Atau mungkin pengaruh dari energi Eyang Tribhuwana Tunggadewi. Jadi yang SettiaBlog maksud dengan Eyang SettiaBlog selama ini itu energinya yang mempengaruhi pemikiran SettiaBlog. Bukan mereka membisiki SettiaBlog atau mereka datang grunuk-grunuk dengan wajah cantik menggoda. Tapi energi positifnya. Kok mereka? Ya, Eyang SettiaBlog lebih dari satu tapi yang dominan ada 2, nanti yang satunya akan SettiaBlog sebutkan. Murid les SettiaBlog pernah kwatir, jangan - jangan itu jin. Bisa jadi jin karena setiap manusia tak luput dari godaan dan bisikan jin. Jadi Eyang SettiaBlog ini dalam bentuk energi positif dan yang SettiaBlog rasakan itu di ulu hati akan terasa dingin terus menyebar. Kalau jin yang SettiaBlog rasakan biasanya di daerah punggung itu kayak ada yang berjalan mengikuti aliran darah.

Kalau yang satunya Eyang SettiaBlog namanya Dewi Pertimah, ya ini nama Jawanya. SettiaBlog ndak enak kalau menyebut nama aslinya, nanti di kira mengaku - ngaku. SettiaBlog tegaskan energi positif beliau yang mempengaruhi pemikiran SettiaBlog. Jangan salah paham. Dan tanaman yang SettiaBlog tanam dalam klip di atas itu Delima merah. Itu buah kesukaan beliau. Cerita tentang Delima merah ada di Bottom Note. Dan yang terpenting cerita - cerita SettiaBlog kayak ini jangan di percaya, karena ndak rasional dan ndak masuk akal. Tapi lebih ndak masuk akal lagi, kalau bahasan di blognya Settia tanpa di pengaruhi energi Eyang - eyang SettiaBlog bisa mempengaruhi orang yang membacanya. Lha wong Settia ini orang ndak jelas dan ndak punya kedudukan apa - apa kok orang lain percaya bahasan SettiaBlo. Lebih ndak masuk akal kan? Ini untuk semua murid les SettiaBlog, khususnya yang sedang berjuang jauh di sana, sabar, tabah, selalu berpikir positif dan ndak usah kwatir tentang kekacauan pikiran SettiaBlog. Seperti yang pernah SettiaBlog bilang, menempatkan pada posisi rendah bukan berarti derajat kita rendah. Allah SWT menilai seseorang bukan dari penampilan, status atau kedudukan tapi seberapa besar energi positif yang ada dalam diri kita. Begitu juga untuk mengetahui itu perbuatan jin atau bukan, di lihat dari jejak yang di tinggalkan. Kalau jejaknya itu membawa ke syirik-kan atau ke musyrik-kan ya itu pasti perbuatan jin.

Usia muda memang sangat penting untuk dijadikan kesempatan dalam melakukan banyak hal. Bahkan usia muda kadang dilabeli sebagai garda terdepan untuk melakukan perubahan. Contohnya saja bisa seperti masa-masa silam kemajuan bangsa Indonesia dari zaman ke zaman. Namun adakalanya banyak pemuda justru ndak mempergunakan waktunya untuk kegiatan yang produktif. Sehingga tentu bisa berdampak pada dirinya di masa mendatang. Padahal keputusan yang diambil hari ini sangat menentukan kesuksesan kita di tua nanti. Nyatanya banyak orang yang  justru melakukan kesalahan di usia muda dan hanya menghabiskan energinya untuk hal yang ndak berguna. Kondisi ini penting disadari agar ndak terjerumus pada kemunduran diri sendiri. Ada beberapa kesalahan banyak orang di usia muda. 

• Selalu mau serba cepat dan instan

Menginginkan hasil yang cepat tentu sah-sah saja, namun justru bisa ndak baik kalau hasilnya ndak memuaskan juga. Harus disadari bahwa hidup butuh perjuangan dan ada rute-rute tertentu yang harus dilewati, kalau ndak sabar dalam proses tentu ndak bakalan mendapatkan hasil yang maksimal pula. Jika hidup selalu ingin instan dan ndak mau terjun dalam suka duka perjuangan, maka jelas nikmatnya kesuksesan ndak bakalan didapatkan. Dalam analoginya bahwa manusia akan selalu terbentur dan terbentur, hingga akhirnya terbentuk. 

• Mudah menyerah

Kesuksesan ndak ada yang didapat secara mudah, maka jalanya tentu dengan perjuangan yang keras. Orang yang mudah menyerah ketika menghadapi tantangan atau bahkan kegagalan, maka sejatinya sulit menemukan sebuah hasil. Kondisi itu merupakan kesalahan yang ndak patut dirawat. 

• Sering bermedia sosial sehingga merasa ragu dan insecure

Bermedia sosial tidaklah jadi soal selama dalam hal kewajaran, tetapi justru menjadi ndak baik kalau menimbulkan rasa ragu untuk berbuat dan insecure hanya karena sering membandingkan diri dengan orang lain. Jadi, bermedia sosial saja dengan sebijak mungkin. 

• Mencoba memiliki banyak teman namun tidak bermakna dan ndak dipercaya

Memiliki banyak teman jelas hal baik dalam hidup ini, namun harusnya teman dapat mendorong diri bisa menjadi lebih baik. Apa gunanya memiliki banyak teman kalau tidak bisa dipercaya dan hanya merugikan diri sendiri saja. Maka dari itu mulailah untuk cek lingkungan pertemanan Anda, dan perlahan menyingkir dari lingkungan teman yang hanya merugikan. 

Dan untuk yang sudah menginjak usia 40 tahun. 40 tahun adalah usia yang krusial dan rawan dalam perjalanan umur manusia, karenanya dalam Islam di usia ini, seseorang harus Lebih fokus dalam ibadah. Usia 40 tahun sudah bukan lagi waktunya sibuk main Tik Tok, sibuk upload foto, hobby nongkrong, nonton drakor, dengerin musik, dan joget-joget. Setiap muslim di usia 40 tahun , harus mulai sibuk menjalani hidupnya dengan ibadah, amal shalih, menuntut ilmu, menjaga perilaku, menjaga syahwat, dan meninggalkan ketamakan pada dunia. Dalam bukunya Ath-Thabaqat al-Kubra, Ibrahim al-Nakha’i rahimahullah mengatakan bahwa mereka (para salaf) berkata, " jika seseorang telah mencapai usia 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya". Yakni, bila seseorang sudah berusia 40 tahun, namun belum ada juga minatnya terhadap agamanya, maka bisa jadi pertanda yang buruk dari kesudahan umurnya di dunia. Sebab, usia 40 tahun adalah dimana manusia telah mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia telah meninggalkan masa mudanya dan melangkah ke masa dewasa yang sebenar-benarnya.

Maka siapa saja yang telah mencapai usia 40 tahun hendaknya ia berusaha memperbarui taubat dan kembali kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh, serta membuang kejahilan ketika usia muda, dan lebih berhati-hati. Ia harus melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh keimanan, semakin meneguhkan tujuan hidup, menjadikan uban sebagai peringatan dan semakin memperbanyak syukur. Bila usia 40 tahun, maka hendaknya kita mulai meningkat minatnya terhadap agama, dimana semasa mudanya jauh sekali dari agama. Maka sekarang mulailah menutup aurat dan banyak mengikuti kajian-kajian agama. Bila usia 40 tahun, maka tidak lagi banyak memikirkan "masa depan" keduniaan, mengejar karir dan kekayaan. Tetapi sudah jauh berpikir tentang nasibnya kelak di akhirat. Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan, barangsiapa yang telah mencapai usia 40 tahun dan kebaikkannya belum mengalahkan keburukannya, hendaknya ia bersiap-siap ke neraka. Karena itulah bila telah usia 40 tahun, jika masih gemar melakukan dosa dan maksiat, mungkin meninggalkan shalat, berzina, mengumbar aurat, mabuk, dan lain-lain, maka akan lebih sulit baginya untuk berhenti dari kebiasaan tersebut.

Bila usia 40 tahun, juga hendaknya ia mulai bersungguh-sungguh perbaiki apa-apa yang telah lewat dan manfaatkan dengan baik hari-hari yang tersisa dari umur yang ada, sebelum ruh sampai di tenggorokan. Sehingga menjadi pemenyesal kemudian hari yang tiada guna. Imam Malik rahimahullah dalam bukunya yang berjudul At-Tadzkiroh, menegaskan bahwa beliau dapati para ahli ilmu di negeri-negeri itu mencari dunia dan berbaur dengan manusia hingga datang kepada mereka usia 40 tahun. Jika telah datang usia tersebut kepada mereka, mereka pun meninggalkan manusia (yaitu lebih banyak konsentrasi untuk meningkatkan ibadah dan ilmu). Artinya, ada orang-orang yang sibuk dengan dunia dan ketika berusia 40 tahun, orang-orang itu sudah beralihh fokus pada ibadah. Abdullah bin Dawud rahimahullah dalam menjelaskan ihya' ulumuddin berkata, "bahwa kaum salaf, apabila diantara mereka ada yang sudah berumur 40 tahun, ia mulai melipat kasur, yakni tidak akan tidur lagi sepanjang malam, selalu melakukan shalat, bertasbih dan beristighfar. Lalu mengejar segala ketertinggalan pada usia sebelumnya dengan amal-amal di hari sesudahnya".

Sebab itu, bila usia Anda telah mencapai 40 tahun hendaknya mulai sibuk dengan amal shalih, sebab waktu kita sudah tak lama lagi di dunia. Yang harus diingat juga, usia ummat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam rata-rata sangat singkat hanya antara 60-70 tahun. Sebagaimana Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda :
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah).



Bottom Note

Pada suatu ketika, Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah menderita sakit dan sedang tidak berselera untuk mengasup makanan. Demi melihat sang istri yang terlihat lemah dan kurang bersemangat, Ali bin Abi Thalib sang suami merasa prihatin dan berusaha menghibur sang istri.
"Dalam keadaan seperti ini, mungkin adinda menginginkan sesuatu?" Tanya Ali dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Dinda ingin mengasup buah delima kanda!" Jawab Fatimah dengan suara yang masih lemah.

Mendengar permintaan istri terkasih, Ali langsung bergegas mengambil wudhu dan setelahnya bermunajat kepada Allah SWT dengan shalat 2 rakaat dilanjut dengan berdoa penuh kekhusyuan. Ali langsung menyampaikan permintaan istrinya kepada Allah SWT yang Maha Kaya dan Maha berkuasa atas segala sesuatu. Ali sadar tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan dan ijin Allah SWT. Saat ini Ali sama sekali tidak mempunyai sepeser uangpun untuk membeli sebiji buah delimapun. 

Dengan keyakinan akan pertolongan Allah SWT, Ali bin Abi Tahlib tetap berikhtiar dengan tetap beangkat ke pasar untuk mebelikan buah delima buat istrinya. Bersyukurnya, di tengah jalan Ali bertemu dengan beberapa sahabbat yang berkenan untuk memberikan pinjaman uang untuk membeli buah delima, tidak tanggung-tanggung para sahabat mau meinjamkan uang berapapun yang disebutkan oleh Ali. Tapi, Ali tetap saja hanya berkenan untuk meminjam sejumlah 1 dirham saja atau cukup untuk membeli sebutir buah delima yang diinginkan oleh sang istri, Fatimah az-Zahra. Setelah mendapatkan buah delima merah segar, Ali langsung bergegas pulang. Ditengah perjalanan Ali melihat seorang lelaki tua tengah tergeletak di pinggir jalan, tampak lemah dan tidak berdaya, sangat memprihatinkan!
"Hai anak muda, aku telah lima hari terbaring lemah disini, aku kelaparan dan tidak punya sesuap makananpun. Bisakah kau memberiki sebiji buah delima?" Dengan terbata-bata, si bapak tua menjelaskan keadaan dan permintaanya. Mendengar penjelasan dan permintaan si bapak tua, seketika muncul dilema dalam dirinya. Saat ini Ali memang memegang sebuah buah delima merah segar, tapi itu merupakan permintaan istrinya di rumah yang juga dalam keadaan sakit, lemah tak berdaya. 

Jika satu-satunya buah delima ini kuberikan kepada orang tua ini, bagaimana dengan istriku yang juga membutuhkannya!? Tapi kalau bapak tua ini tidak juga kuberi buah delima, berarti aku abai kepadanya dan juga pada besarnya pahala dari Allah SWT. Batin Ali kembali saling bertempur, saling mendapatkan alibi terbaik. Alhamdulillah, akhirnya Allah memberi petunjuk.  Muncul gagasan Ali untuk membelah duah delima itu menjadi dua bagian. Belahan pertama langsung diberikan kepada si bapak tua, sedangkan belahan berikutnya kembali dimasukkannya ke dalam kantong dan dibawa pulang untuk istrinya. Masha Allah, sesampai dirumah Ali justeru mendapati istrinya  Fatimah az-Zahra sudah kembali terlihat segar bugar dan telah beraktifitas seperti biasa. Bahkan, Fatimah az-Zahra sendiri yang menyambut kedatangan sang suami sepulang dari pasar dengan keceriaan seperti biasanya..
"Kenapa Kanda terlihat murung?"  Tanya Fatimah ketika mendapati wajah sang suami justeru terlihat murung sesampai dirumah. Mendengar pertanyaan Fatimah, Ali langsung menjelaskan semua kejadian yang terjadi selama perjalanannya membeli buah delima kepada sang istri.
"Kanda, kalau begitu alangkah lebih baik lagi kalau buah delima itu diberikan saja kepada bapak tua itu lagi! Karena atas ijin Allah SWT, sesaat setelah kanda pergi tadi tubuhku kembali sehat dan segar bugar seperti biasanya." Kata Fatimah dengan penuh kasih sayang.

Mendengar penjelasan dan permintaan istrinya, wajah Ali langsung berbinar-binar penuh cahaya dan hendak langsung mengantarkan separuh buah delima yang dipegangnya kepada si bapak tua di pinggir jalan tadi. Tapi tiba-tiba datang seseorang yang mengetuk pintu dan setelah dibuka, ternyata sahabat Salman Al Farisi yang datang atas perintah Rasulullah untuk mengantarkan buah delima merah untuk sang puteri, Fatimah az-Zahra. Seketika, Salman al-Farisi langsung  memberikan sebungkus kantong berisi sembilan buah delima merah itu  kepada Ali dan berkata “Ini ada buah delima dari Rasulullah untuk Fatimah.” 
“Kalau benar ini dari Rasulullah SAW, pasti jumlahnya sepuluh. Bukan sembilan, hai sahabatku Salman!” Jawab Ali sambil tersenyum kepada Salman. Mendengar pernyataan Ali, sontak Salman al-Farisi terkaget-kaget dibuatnya. 
“Bagaimana engkau tahu wahai Ali, Rasulullah mengirimkan 10 buah delima?” Tanya sahabat Salman yang ternyata memang sengaja menguji keyakinan Ali. Ternyata Salman memang sengaja menyembunyikan satu buah delima merah dibalik bajunya.
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).  (QS. Al An'am : 160)

Itu jawabnya, kata Ali kepada sahabat Salman dengan senyuman penuh arti. Sedangkan Salman yang akhirnya melihat dengan mata kepala sendiri kejaiban bersedekah sekaligus benarnya janji Allah SWT, semakin kuat keimanannya dan dengan tersipu mengeluarkan sebuah delima merah lagi dari balik bajunya.

No comments:

Post a Comment