Jan 24, 2021

Kekuatan Cinta Seorang Ibu dan Kesuksesan Anak

 


 Lihat klip pendek di atas, memperlihatkan seorang ibu muda yang mengajari anaknya. Klip ini SettiaBlog share tanpa izin yang punya, biar nanti SettiaBlog di marahi yang punya. Yang punya klip di atas namanya Mrs Chalim, rumahnya kapas, Bojonegoro, dekat masjid. Secara tidak langsung Mrs Chalim ini banyak mengajari bahasa Inggris pada SettiaBlog, memang dia lulusan sastra Inggris. Kita semua pasti setuju jika keberhasilan seseorang tak lepas dari peran seorang ibu. Selena, kayaknya yang baca SettiaBlog masih banyak yang ndak percaya. Ceritakan Selena, peran ibu kamu dalam mendukung cita-cita kamu sampai kamu berhasil seperti sekarang ini. Perjalanan kehidupan keluarga kamu itu memiliki alur yang bagus buat sebuah film lho. Kalau Selena ndak mau cerita, Taylor atau Ari atau yang lainnya, lha wong mereka memiliki cerita yang sama, keberhasilan mereka itu tak lepas dari kasih sayang seorang ibu. Selena atau yang lain, pasti pernah dengar nama Ursula M Burns yang menjadi CEO berkat kekuatan cinta seorang ibu, kisahnya seperti ini :



Pernahkah Anda membayangkan, seorang wanita negro dari keluarga miskin di sebuah perkampungan kumuh di belantara kota metropolitan New York, Amerika Serikat, berhasil menduduki jabatan puncak, sebagai Chief of Executive (CE0), sebuah perusahaan kelas dunia dengan nilai asset lebih dari Rp300 triliun? Wanita kelahiran 20 September 1958 ini tak pernah punya cita-cita ingin jadi CEO di sebuah perusahaan, apalagi perusahaan kaliber dunia. Menyadari dia terlahir wanita, berkulit hitam alias negro dan berasal dari keluarga miskin, saat kecil Burns hanya punya cita-cita ingin bekerja sebagai suster, perawat, atau guru, tiga profesi yang menurutnya masih mungkin terjangkau.

Namun lain dengan Olga, Ibunya. Wanita asal Afrika dan menikah dengan lelaki dari Panama, lantas kemudian berimigrasi ke AS ini sendirian, karena suaminya tak ingin meninggalkan Panama, punya keinginan lain, yakni ingin Burns dan dua saudaranya sukses, meninggalkan kemiskinan. Tinggal di sebuah apartamen sangat murah di kawasan kumuh, di Manhattan, New York, Olga mengawasi ketiga anaknya sambil bekerja mengasuh anak titipan dan menyeterika pakaian tetangga. Olga selalu mendorong anak-anaknya untuk menjadi orang yang selalu belajar, menjadi orang baik, dan meraih kesuksesan. Ia ingin Burns dan saudara-saudaranya untuk selalu membuktikan kemampuan diri, tak peduli dari mana asal dan keturunan. Dengan seutas senyum yang terus mengembang itu, ibunya tidak menunjukan kelelahan akan pekerjaannya.

Burns tak tahu, entah bagaimana caranya, ibunya berhasil menyekolahkan anak-anaknya. Lewat ibunya, Burns belajar tentang arti hidup yang diajarkan oleh ibunya. Ia menemukan kasih sayang dan ketulusan dari ibunya yang sangat berdikari. Berkat cinta, motivasi, dan dorongan ibunya itulah, Burns menjadi bintang pelajar saat sekolah di tingkat SMA pada tahun 1960-an. Talentanya menarik perhatian Xerox, sebuah perusahaan penyedia layanan proses bisnis dan pengelolaan dokumen perusahaan besar di dunia, yang lantas membantu biaya kuliah Burns di Polytechnic Institute of New York, bahkan mempekerjakannya setelah ia menuntaskan kuliahnya. Di Xerox, Burns sangat menonjol. Sehingga perkembangan kariernya begitu pesat. Hingga pada akhirnya ia dipercaya memegang tampuk kepemimpinan sebagai seorang CEO pada 21 Mei 2009 dan lantas menjadi chairman pada Mei 2010. Burns mampu menjadi tonggak sejarah. Ia berhasil menobatkan dirinya sebagai perempuan kulit hitam pertama yang menduduki posisi CEO di Xerox.

Tidak mengherankan jika Burns dinobatkan oleh Majalah Forbes sebagai salah satu wanita paling berpengaruh di dunia, yaitu di posisi ke-20 pada tahun 2009, lantas peringkat ke-17 pada 2011 dan ke-14 pada 2012. Pada 2014, Majalah Forbes menempatkan Burns pada ranking ke 22.

.Hasil Cinta Sang Ibu

Dalam sebuah wawancara dengan Blomberg pada 2011 lalu, Burns dengan tegas mengakui, perjalanan hidupnya sehingga mencapai posisi yang didambakan banyak karyawan, merupakan hasil dari cinta yang diberikan ibunya sejak kecil hingga dewasa. “Kehidupan ibu saya merupakan kisah inspiratif cinta yang takkan terbalas, “ujarnya. Ia mengenang, waktu kecil, saat menyadari dirinya wanita, negro dan miskin, ibunya mengatakan, “Pikirkan dimana kita dan bukan siapa kita”. Baginya, sang ibu adalah orang yang berjasa dalam hidupnya. Tanpa ragu Burns mengatakan ibunya adalah orang yang pragmatis, fokus dan sangat praktis, dan sangat berdikari.
“Waktu kecil, kami memang miskin, akan tetapi kami tidak mengetahui mengenai hal tersebut. Kami sama sekali tidak tahu seberapa besar masalah yang dihadapi ibu kami untuk membesarkan kami bertiga, Saya hanya merasa bahwa ibu kami memiliki kekuatan ajaib karena Ia merupakan seseorang yang sangat luar biasa, ‘ujarnya saat berbicara pada YMCA Women Empowering Lunch di tahun 2009 mengenai masa kecilnya.

Dikatakan Burns, ibunya selalu memberikan anak-anaknya kekuatan, kemauan dan cinta. “Saya masih dapat mengingat perkataannya, bahwa saya bukanlah saya yang sebenarnya. Jika saya berada pada tempat yang buruk, hal tersebut hanyalah sementara dan hal tersebut tidak akan merubah inti dari apa yang dapat saya berikan untuk dunia,” kenangnya.


Dalam Islam juga memandang kedudukan Ibu lebih utama

Kita sudah memahami bersama mengenai wajibnya dan pentingnya berbakti kepada kedua orang tua. Kemudian setelah itu, ketahuilah bahwa jika kita melihat dalil-dalil, kita temukan bahwa kedudukan ibu lebih utama. Dalil-dalil mengenai lebih utamanya kedudukan ibu Diantara dalil yang menunjukkan hal tersebut:

Dalil 1



Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

“wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).

Syaikh Fadhlullah Al Jilani, ulama India, mengomentari hadits ini: “ibu lebih diutamakan daripada ayah secara ijma dalam perbuatan baik, karena dalam hadits ini bagi ibu ada 3x kali bagian dari yang didapatkan ayah. Hal ini karena kesulitan yang dirasakan ibu ketika hamil, bahkan terkadang ia bisa meninggal ketika itu. Dan penderitaannya tidak berkurang ketika ia melahirkan. Kemudian cobaan yang ia alami mulai dari masa menyusui hingga anaknya besar dan bisa mengurus diri sendiri. Ini hanya dirasakan oleh ibu”.

Al Harits Al Muhasibi juga menukil ijma’ bahwa kedudukan ibu lebih utama dari ayah. Walaupun ada sebagian ulama yang menukil adanya khilaf dalam hal ini. Yaitu sebagian ulama mengatakan kedudukan ayah dan ibu sama, dan ini disandarkan kepada pendapat Imam Malik. Namun insya Allah yang tepat adalah klaim ijma’ karena tegasnya dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut.

Dalil 2

Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib radhiallahu’ahu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

نَّ اللَّهَ يوصيكم بأمَّهاتِكُم ثلاثًا، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بآبائِكُم، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بالأقرَبِ فالأقرَبِ

“sesungguhnya Allah berwasiat 3x kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat” (HR. Ibnu Majah, shahih dengan syawahid-nya).

Dalil 3

Dari Atha bin Yassar, ia berkata:

عن ابنِ عبَّاسٍ أنَّهُ أتاهُ رجلٌ ، فقالَ : إنِّي خَطبتُ امرأةً فأبَت أن تنكِحَني ، وخطبَها غَيري فأحبَّت أن تنكِحَهُ ، فَغِرْتُ علَيها فقتَلتُها ، فَهَل لي مِن تَوبةٍ ؟ قالَ : أُمُّكَ حَيَّةٌ ؟ قالَ : لا ، قالَ : تُب إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ ، وتقَرَّب إليهِ ما استَطعتَ ، فذَهَبتُ فسألتُ ابنَ عبَّاسٍ : لمَ سألتَهُ عن حياةِ أُمِّهِ ؟ فقالَ : إنِّي لا أعلَمُ عملًا أقرَبَ إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ مِن برِّ الوالِدةِ

“Dari Ibnu ‘Abbas, ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata kepada Ibnu Abbas: saya pernah ingin melamar seorang wanita, namun ia enggan menikah dengan saya. Lalu ada orang lain yang melamarnya, lalu si wanita tersebut mau menikah dengannya. Aku pun cemburu dan membunuh sang wanita tersebut. Apakah saya masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas menjawab: apakah ibumu masih hidup? Lelaki tadi menjawab: Tidak, sudah meninggal. Lalu Ibnu Abbas mengatakan: kalau begitu bertaubatlah kepada Allah dan dekatkanlah diri kepadaNya sedekat-dekatnya. Lalu lelaki itu pergi. Aku (Atha’) bertanya kepada Ibnu Abbas: kenapa anda bertanya kepadanya tentang ibunya masih hidup atau tidak? Ibnu Abbas menjawab: aku tidak tahu amalan yang paling bisa mendekatkan diri kepada Allah selain birrul walidain” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya shahih).

Dan telah dikenal bahwa metode Ibnu Abbas jika dimintai fatwa mengenai kafarah dosa, beliau akan menyarankan dengan amalan yang pahalanya benar-benar seimbang dosa tersebut atau lebih besar pahalanya dari dosa yang ditanyakan, hingga dosa tersebut hilang sama sekali. Selama tidak ada nash khusus mengenai kafarah dosa yang ditanyakan. Dan ini menunjukkan bahwa pahala berbakti kepada orang tua terutama kepada ibu itu sangat besar hingga seimbang dan menjadi kafarah dosa membunuh tanpa hak atau bahkan melebihinya sehingga dosa tersebut hilang sama sekali.

Dalil 4

Mengenai kisah Uwais Al Qorni yang sampai-sampai sahabat Nabi sekelas Umar bin Khathab radhiallahu’anhu dan yang lainnya dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menemui Uwais. Hal ini disebabkan begitu hebatnya birrul walidain Uwais terhadap ibunya. Nabi bersabda:

إن خيرَ التابعين رجلٌ يقالُ له أويسٌ . وله والدةٌ . وكان به بياضٌ . فمروه فليستغفرْ لكم

“sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang lelaki bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu, dan ia memiliki tanda putih di tubuhnya. Maka temuilah ia dan mintalah ampunan kepada Allah melalui dia untuk kalian” (HR. Muslim).

Dalil 5

Hadits panjang yang dikeluarkan Imam Muslim dalam Shahih-nya mengenai kisah Juraij. Yang intinya ketika Juraij dipanggil oleh ibunya sedangkan ia sedang shalat, Juraij lebih mementingkan shalatnya dan tidak memenuhi panggilan ibunya. Akhirnya ibunya mendoakan keburukan padanya dan terkabul. Imam An Nawawi dalam Syarah Muslim mengatakan: “Para ulama mengatakan: ‘ini dalil bahwa yang benar adalah memenuhi panggilan ibu, karena Juraij sedang melakukan shalat sunnah. Terus melanjutkan shalat hukumnya sunnah, tidak wajib. Sedangkan menjawab panggilan ibu dan berbuat baik padanya itu wajib, dan mendurhakainya itu haram'”.

Bottom Notes

Lagu yang di bawakan Mrs Chalim dan anaknya adalah "You Raise Me Up", bercerita tentang seseorang yang sedang dalam keadaan down dikarenakan banyak masalah yang menghampirinya, setelah itu dia menyendiri dalam sepi dan teringat bahwa dia memiliki Tuhan di sisinya. Masalah, cobaan, sakit, apapun hal buruk yang sedang menimpa kita, ingatlah bahwa itu adalah bukti Tuhan sayang sama kita. Pasti, setiap masalah yang kita hadapi, ada hikmah yang bisa kita dapat. Jadi, jangan sedih. Tuhan selalu bersama kita. Dan jangan sampai gelap mata, meminta pesugihan kesana kemari. Di bawah kaki ibu itu letak pesugihan.
.

No comments:

Post a Comment