Nov 24, 2020

Mengapa Sulit Mengambil Keputusan

 


 Pagi ini SettiaBlog lagi memindahkan bakal bonsai yang baru di dapat sebulan lalu ke dalam pot. Seperti gambar di atas, itu pohon waru yang SettiaBlog dapat dari tepi sungai. Baru pada methingil (tumbuh tunas kecil), waktu dapat sudah ada akarnya, makanya langsung SettiaBlog taruh ke pot. Dan yang SettiaBlog suka, batangnya itu pecah di tengah, kalau di perhatikan mirip moncong naga. Potnya kalau dari dekat mirip batu giok, itu SettiaBlog buat dari semen putih, serbuk arang bambu dan lem. Sementara gambar yang belakang itu juga pohon waru, sudah 2 bulan lebih, ranting dan daun sudah tumbuh. Batangnya itu ada bekas luka memanjang, jika di perhatikan mirip ekor naga. Jadi 2 bonsai ini akan berpasangan. Kalau potnya itu SettiaBlog buat dari semen putih, kopi bubuk dan lem, ya...jadinya warna chesnut brown, kalau di dekati ada bintik-bintik kecil coklat tua.

Lupakan tentang bakal bonsai SettiaBlog. Sebenarnya bahasan berikut, untuk menjawab sedikit keraguan dari Selena (ya, Selena kan biasa berhubungan lewat batin dengan SettiaBlog...he..he, tapi yang ini jangan di percaya). Sambil dengerin lagu "don't give up" milik Willie Nelson sang legendaris lagu country, yang mengajak kita semua untuk selalu semangat. Kita mulai ke bahasan.

Selena, pot (wadah) untuk bonsai, SettiaBlog pilih dari bahan yang sekiranya kuat menahan pohon yang akan di tanam. Begitu juga dalam kehidupan, bisnis atau dalam sebuah project tentu di butuhkan wadah (tempat bernaung dan keyakinan) yang kuat. Mungkin Selena, sudah tahu maksudnya kan? Untuk menjadikan bonsai yang baik, SettiaBlog akan berusaha menjaga pertumbuhan akar. Kalau dalam kehidupan, bisnis atau suatu project, tentu butuh orang yang memiliki visi misi yang sama, untuk membuat kita tumbuh lebih cepat. Misalnya, seperti yang di lakukan Ari, ketika merasa punya darah Afrika, dia menghimpun orang-orang berpotensi yang memiliki darah sama (sedarah cenderung memiliki visi misi yang sama). Dengan cara ini Ari sudah menguatkan akar untuk terus berkarya. Ini hanya contoh lho Selena, mungkin kamu punya cara lain. Dari material bakal bonsai yang ada tadi, SettiaBlog ambil keputusan untuk membentuk jadi seekor naga. Ini yang paling sulit Selena, mengambil keputusan. Tapi dengan wadah yang kuat dan team yang memiliki visi misi sama, SettiaBlog yakin kamu akan bisa mengambil keputusan yang tepat. Dan kamu sudah melakukannya. Apapun hasilnya, kamu harus percaya bahwa keputusan yang kamu ambil sudah tepat. Karena tidak semua orang berani ambil keputusan seperti yang kamu lakukan, yang akhirnya menyesal.



ilustrasi

Suatu sore menjelang malam, seorang lelaki yang sedang berjalan melewati sebuah taman mendengar teriakan seorang wanita dari balik semak-semak. Ia berhenti sebentar dan kini makin jelas baginya bahwa si wanita tengah diserang dan mungkin akan diperkosa. Lelaki itu terdiam sebentar dalam keraguan, apakah ia harus terlibat dalam kejadian ini? Di tengah kepanikannya, pikirannya berkecamuk. Bagaimana pun keselamatannya pribadi jauh lebih penting. Apakah saya harus menelepon polisi? Atau saya harus membantunya saat ini juga? Ataukah lebih baik saya pergi saja dan tak usah melibatkan diri dalam masalah ini? Namun suara si wanita semakin lama semakin melemah sehingga lelaki ini sadar bahwa ia harus segera mengambil keputusan penting. Akhirnya ia memutuskan untuk menyelamatkan wanita ini apapun resikonya bahkan seandainya hal itu mengancam keselamatan jiwanya sendiri. Di saat-saat terakhir itu ia langsung berlari ke balik semak-semak, menarik si pemerkosa, meninjunya ke tanah kemudian berkelahi dengannya selama beberapa menit. Si pemerkosa akhirnya melompat dan melarikan diri dengan sekuat tenaga.

Dengan nafas yang masih terengah-engah si lelaki kemudian menghampiri wanita itu yang sedang bersembunyi di balik sebuah pohon. Hari mulai gelap sehingga wajah wanita itu tidak terlihat jelas. Lelaki itu tahu bahwa si wanita sedang dalam kondisi ketakutan sehingga ia hanya berbicara dari kejauhan. “Anda sudah aman sekarang, orang itu sudah pergi,” katanya. Terjadi kesunyian beberapa detik dan tiba-tiba wanita tadi berkata dengan penuh ketakjuban, “Ayah, apakah ini Ayah?”. Lelaki itu benar-benar terkejut. Ternyata si wanita adalah anak perempuannya sendiri.


Cerita di atas adalah sebuah kejadian yang pernah nyata terjadi. Cerita ini memberikan inspirasi yang luar biasa mengenai pentingnya mengambil keputusan yang tepat pada saat yang tepat. Sekarang coba bayangkan kalau Anda berada dalam kondisi seperti yang dihadapi lelaki itu, tindakan apa yang akan Anda lakukan? Ada banyak orang yang tidak mampu mengambil keputusan penting dalam hidup ini. Mereka cenderung membuat segala sesuatunya mengambang. Mereka hidup dalam keraguan dan kebimbangan. Apa yang akan terjadi bila mereka menjadi pemimpin yang harus membuat keputusan yang menentukan nasib banyak orang?

Apa yang membuat seseorang sulit memutuskan sesuatu? Tiadanya nilai-nilai (values). Orang yang peragu dan tidak mampu memutuskan sesungguhnya adalah orang yang tidak memiliki nilai-nilai yang jelas. Banyak orang yang menyangka bahwa ketidakmampuan mengambil keputusan adalah masalah keahlian (skill) dan kompetensi. Padahal ketidakmampuan mengambil keputusan sesungguhnya adalah masalah values. Kalau Anda tidak mampu memutuskan itu berarti Anda tidak mempunyai nilai yang jelas. Jadi yang harus diperjelas sesungguhnya adalah nilai-nilai Anda sendiri. Ambilah sebuah contoh sederhana berikut ini. Kalau Anda seorang pria, apakah Anda setuju dengan poligami? Silahkan jawab pertanyaan ini dengan “ya” atau “tidak”. SettiaBlog tidak ingin mempersoalkan apapun jawaban Anda selama Anda menjawab “ya” atau “tidak”. Yang bermasalah adalah kalau ternyata Anda tidak mampu menjawab dan menentukan sikap. Anda bingung dan ragu karena Anda tahu bahwa apapun jawaban Anda pastilah akan mengundang pro dan kontra. Namun alasan kebingungan Anda sebenarnya bukan itu. Anda bingung karena Anda tak punya sistem nilai yang jelas.

Mari kita ambil contoh yang lain. Manakah yang Anda setujui “Pilkada Langsung” atau “Pilkada melalui DPRD”? Kalau Anda mampu menjawab pertanyaan itu dengan tegas, tandanya Anda memiliki nilai yang jelas. Disini kita tidak akan membahas apakah nilai-nilai yang Anda anut itu pro demokrasi atau anti demokrasi, yang penting Anda berani memutuskan. Yang menjadi masalah adalah ketika Anda tidak mampu menjawab dengan tegas. Anda ingin memilih satu pilihan tetapi Anda juga tidak mau mengecewakan kelompok yang lain. Anda ingin bermain aman, ingin tetap populer. Namun sesungguhnya masalahnya bukan itu. Anda tidak mampu mengambil keputusan karena Anda tidak punya nilai. Kepemimpinan adalah masalah pengambilan keputusan, dan hal ini sangat tergantung dari nilai-nilai yang dianut. Orang yang tidak punya nilai pasti tidak akan punya keberanian untuk memutuskan sesuatu dan hal ini akan berpengaruh pada kualitas kepemimpinannya.

Yang menarik, nilai itu bukanlah “sesuatu yang dikatakan” tetapi “sesuatu yang dilakukan”. Nilai juga bukanlah sesuatu yang ditempel di dinding-dinding perusahaan tetapi sesuatu yang dijalankan bahkan sekalipun sesuatu itu tidak pernah ditulis maupun dibicarakan. Nilai adalah sesuatu yang ada jauh di bawah kesadaran kita. Nilai adalah bagian dari pikiran bawah sadar kita. Nilai adalah sesuatu yang abstrak tetapi ia akan muncul ke permukaan dengan begitu jelasnya ketika kita berada di persimpangan jalan. Inilah sebetulnya manfaat terbesar dari sebuah masalah yang dilematis. Sebuah masalah dilematis sesungguhnya adalah sebuah arena yang tepat untuk melihat pertarungan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Disanalah ujian dari sebuah nilai. Disanalah jati diri seorang pemimpin akan terlihat, tak peduli apapun nilai yang selama ini selalu ia gembar-gemborkan.

No comments:

Post a Comment