Sep 20, 2018

Langkah langkah Memulai Sebuah Bisnis



1. INTENTION

Seperti pepatah China ini, “Youzhi piao yangguo hai, wu zhi cun bunan xing” yang artinya “Kalau ada niat, laut pun akan diseberangi. Kalau tak ada niat, selangkah pun sulit bergerak.” Intention itu niat. Nah, pepatah di atas benar-benar dalam maknanya.
Jika niatnya sudah serius ingin jadi pengusaha, rintangan seberat apapun yang menghadang dan menghalang, saya yakin Anda akan menghadapinya. Malah Anda menganggap rintangan tersebut adalah tantangan yang menghibur. Enjoy, Fun, alias Asyik. Niat adalah sesuatu yang harus diletakkan paling awal, sekaligus akan menentukan hasil akhir. Niat baik, perkataan baik, dan perbuatan pasti baik, maka hasilnya mudah-mudahan akan lebih baik.

Sebaliknya, kalau niat buruk, maka ujung-ujungnya pasti buruk. Jadi, niat kita mesti baik dan selaras, maka yakinlah Yang Maha Kuasa akan menjawab keseriusan kita dengan memberikan bisnis yang baik-baik bahkan ideal pada kita. Yakin!

Bisnis memang nggak wajib menurut sebagian besar orang. Tapi ‘wajib’ menurut saya, karena hanya melalui jalur bisnislah kita bisa bebas uang dan bebas waktu. Di mana kita punya uang untuk membahagiakan keluarga dan membantu sesama. Bersedekah. Demikian pula soal waktu untuk keluarga dan untuk ibadah. Ya, istilahnya Pensiun di Usia Muda. Nah, bagi Anda yang belum punya bisnis, niatkan segera. Dan baiknya diawali dari belajar menjual dulu. Sekali lagi, menjual. Tapi Pak, saya sering melihat mereka yang sudah jadi pengusaha tapi tetap saja miskin, gimana tuh? Simple saja menurut saya, kalau nggak bisnis, mungkin dia bakal lebih miskin, tul nggak? Hehehe. Lagian, ngapain Anda ambil contoh pengusaha yang miskin? Carilah contoh yang bagus.

Bagi pengusaha, gagal adalah sarapan paginya dan sukses adalah hidangan malamnya. Jika sudah memilih jalur pengusaha, artinya Anda harus siap menanggung segala risikonya yaitu jadi orang kaya-raya yang banyak duitnya, hehehe. Jangan sinis, niatkan dulu. Tapi Pak, gelar pengusaha kok dipamer-pamerin? Apa cuma orang Indonesia yang begini? Nggak juga, hampir di seluruh dunia juga sama. Mungkin niatnya untuk kebaikan, demi mengajak kita bersama-sama menjadi pengusaha, tetap positive thinking saja. Soalnya, yang masuk surga kelak adalah orang-orang yang selalu berpikir baik, setuju? Tapi anehnya menurut saya, orang Indonesia lebih suka melamar kerja berulang-ulang daripada bangkit dari bisnis saat gagal. Mindset seperti ini terkadang membuat saya bingung dan geleng-geleng kepala. Saran saya, “Lakukan saja apa-apa yang Anda tahu. Jika belum mampu sepenuhnya, lakukan saja semampunya. Sembari itu, belajarlah. Pantaskan diri dan kumpulkan uangnya.” Misal, produksi belum bisa. Jualan, masih bisa tho? Jadi developer, belum bisa. Jadi broker, masih bisa tho? Lakukan saja semampunya. Saya yakin, Anda akan dimampukan. Dalam berbisnis, niatkan untuk menafkahi diri kita dan keluarga kita. Juga membantu sesama. Ya, niat yang benar. Ini menunjukkan keseriusan dan ketulusan kita. Di sini kuncinya hanya NIAT. Jadi, bukan uang yang dilihat oleh Sang Pencipta. Melainkan niat kita, keseriusan kita, dan ketulusan kita. Keseriusan ini mesti di-manifestasi-kan pada action. Maksudnya, sungguh-sungguh, tahan banting, dan pantang mengeluh. Ditolak, tetap berusaha dan bersyukur. Gagal, tetap mencoba dan bersyukur. Bangkrut, tetap bangkit dan bersyukur. Tidak ada waktu untuk mengeluh. Itu baru namanya niat beneran.

2. LEVERAGE

Leverage berasal dari kata ‘lever’ yang artinya pengungkit. Di sekolah, kita sudah diajarkan tentang prinsip ini. Masih ingat? Adanya pengungkit memungkinkan kita untuk mengangkat benda yang berat dengan tenaga yang sedikit, benda yang besar dengan alat yang kecil. Lihat gambar di bawah ini. Perhatikan baik-baik. Sudah? Dengan ukuran batu sebesar itu, saya jadi ragu apa dia bisa mengangkatnya apalagi meng- hancurkannya dengan tangan kosong, hehehe. Beruntung, manusia dikaruniai akal dan pikiran, sehingga manusia bisa menemukan alat sederhana yang dikenal dengan pengungkit. Pada akhirnya, segala pekerjaan yang kayaknya berat jadi ringan. Dimudahkan.

Ternyata prinsip leverage juga dipakai dalam bisnis. Boleh dibilang, prinsip inilah yang digunakan oleh orang-orang kaya untuk melipatgandakan kekayaannya, termasuk meroket- kan penjualannya. Rupanya leverage adalah rahasia dari para pengusaha sukses. Begitu mengetahui rahasia ini, silahkan Anda aplikasikan pada bisnis Anda. Hm, hasilnya? Aku yakin penjualan jadi laris-manis dan omset pun meningkat drastis. Sedap? Sedap! Nah, sampai di sini, Anda pasti bertanya-tanya bagaimana cara me-leverage sebuah bisnis? Baiklah, khusus untuk Anda, saya akan bongkar rahasianya:

1. Jual One-To-Many.

Dalam memasarkan produk, lebih efektif memakai media-media penjualan seperti free seminar, broadcast message, email blast, Facebook Ads, Instagram Ads, atau sejenisnya. Kenapa? Karena sifatnya one-to-many, satu untuk semua, satu untuk banyak. Beda dengan presentasi one-on-one dan door-to-door. Kelamaan!

2. Bikin Sekali, Jual Berkali-kali. Ciptakan produk yang unik dan berkualitas. Nah saat dijual, kemungkinan produknya akan laku keras dan bertahan lama. Dengan cara ini, kita bisa mendapatkan hasil atau royalti secara terus-menerus. Misalnya, saya menerapkan prinsip ini dengan menulis dan merilis buku. Karena buku saya bagus, yah jadi laku. Hehehe. Dari situ, saya menerima royalti secara terus-menerus (passive income). Begitulah. Bikin sekali, jual berkali-kali.

3. Bangun Tim Penjualan.

Dalam bisnis tidak ada yang namanya Superman, yang ada hanya SuperTeam. Untuk sukses, kita nggak bisa mengerjakan semuanya sendiri. Ya, kita butuh tim. Misalnya mau sukses di bidang penjualan. Maka, bangunlah tim penjualan lalu mentoring mereka secara berkala. Sampai kapan? Sampai mereka terampil dalam menjual. Jangan tanya ‘berapa lama’. Itu layak dikerjakan. Karena merekalah yang akan bekerja mati-matian menjualkan produk kita ke banyak orang, berkali- kali. Inilah yang disebut leverage TEAM (Together Everyone Achieves Miracle).

4. Carilah Tokoh Terkenal.

Orang-orang hebat, termasuk orang-orang terkenal, bisa memudahkan bisnis kita. Nggak percaya? Coba, melalui seminar, Anda bekerjasama dengan Tung Desem Wari- ngin, James Gwee, Ippho Santosa, Jamil Azzaini, dan Merry Riana. Ketika seminarnya ramai, maka diri Anda dan bisnis Anda pun semakin dikenal orang. Sedap! Sekarang cobalah me-leverage bisnis Anda. Mulai dari satu bisnis dulu. Lihat hasilnya. Terus, ukur dan sesuaikan. Kalau berhasil, tinggal Anda terapkan leverage secara berulang- ulang pada bisnis Anda yang lainnya. Leverage memang sebuah prinsip yang sederhana namun berperan besar pada keberhasilan Anda dan masa depan Anda. Siap praktek?

3. JELI MELIHAT PELUANG

Alkisah ada dua pengusaha, sebut saja A dan B. Keduanya memutuskan pergi ke Afrika untuk mengembangkan bisnis sepatunya. Sesampainya di sana, mereka melihat penduduknya tidak ada yang memakai sepatu. Inilah respons mereka.

“Di sini tidak mungkin jualan sepatu! Penduduknya nggak ada yang pakai sepatu. Saya akan pulang dengan penerbangan besok pagi,” ujar si A yang pesimis.

Sedangkan si B, detik itu juga langsung menghubungi timnya dan berseru, “Ini peluang besar! Penduduk di sini belum ada yang pakai sepatu. Kita harus edukasi mereka soal pentingnya sepatu. Pelan-pelan kita tawarkan sepatu. Kalau perlu, di sini kita buka pabrik sepatu. Nggak ada pesaing, pasti laku.” Singkat cerita, si B akhirnya menjadi pengusaha sepatu yang sukses di sana. Cerita di atas memang fiktif, tapi mengajarkan kita untuk jeli melihat peluang. Benar-benar jeli. Orang sukses bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa, salah satunya peluang. Nah, sebenarnya banyak peluang yang lewat di depan kita setiap harinya. Ironisnya, sebagian besar dari kita tidak bisa melihatnya. Yah, sayang sekali.

Di bawah ini saya tunjukkan contoh-contoh agar kita bisa jeli melihat peluang:

1. Suatu hari, relasi saya ingin membangun rumah dan meminta saya untuk dikenalkan dengan kontraktor kenalan saya. Intinya, orang yang bisa dipercaya alias kredibel. Ceritanya, dia habis ditipu. Uangnya dibawa lari oleh mantan kontraktornya. Saya pun berpikir sejenak. Jika saya bisa menyelesaikan masalahnya, ini adalah peluang bagi saya. Alih-alih memperkenalkan dia kepada orang lain, saya malah melihat ini sebagai peluang dan mengambil proyek tersebut. Selanjutnya, apakah saya tahu caranya? Apakah saya punya tim? Apakah saya punya pengalaman dalam mem- bangun rumah? Jujur, ketiga-tiganya tidak saya miliki. Saya awam di dunia kontraktor. Nah, kebetulan teman dekat saya adalah ahlinya. Dia sudah puluhan tahun di bidang ini, dan tentunya bisa dipercaya. Singkat cerita, kami pun bekerjasama dengan pembagian keuntungan 50% - 50%. Sedap? Sedap! Dengan cara ini, saya bisa menghasilkan puluhan sampai ratusan juta dalam sekali deal. Beginilah awal mulanya saya bisa terjun di dunia kontraktor. Ya, mengubah peluang jadi uang.

2. Saat ngobrol santai, teman saya cerita ingin menjual mobilnya. Ketika ia menawarkan ke showroom-showroom resmi, mobilnya ditawar rendah di bawah harga pasar. Ia menjelaskan ini dengan kesal. Ting! Ini peluang, pikir saya! Jika saya bisa menyelesaikan masalahnya, ini adalah peluang bagi saya. Kemudian saya tanya, harga yang ditawar showroom berapa? Harga pasaran berapa? Mobilnya mau dijual berapa? Setelah tahu info detailnya, saya bilang saya akan bantu menjualkan. Dan inilah yang kemudian saya lakukan. Saya foto mobilnya. Selanjutnya, foto mobil tersebut saya posting di TokoBagus.com dan Berniaga.com (waktu itu). Saya naikkan harga jualnya sekian juta rupiah. Dua hari berlalu, mobil tersebut laku terjual. Hehehe. Singkat cerita, teman saya puas dengan harga jual mobilnya yang lebih tinggi. Pembeli? Juga puas. Dan tentunya saya yang paling puas, karena mendapatkan uang jutaan rupiah, hehehe. Sekali lagi, mengubah peluang jadi uang. Nah, saya kira dua contoh kecil di atas sudah bisa membuka pikiran Anda.

Kuncinya hanya satu. Di balik masalah selalu ada peluang dan uang yang tersembunyi. Maka selesaikan masalahnya, terus ambillah peluang dan uangnya. Siap?

4. PUNYA CAHAYA

Begini. Buka bisnis itu gampang. Menjalaninya yang sulit. Butuh ilmu dan perjuangan untuk benar-benar sukses. Berbagai penelitian menurut Forbes dan para ahli menunjukkan bahwa statistik kegagalan pengusaha pemula sekitar 50% sampai 90%. Angka ini membesar jika coba-coba sendiri (trial and error). Saya ulangi, jika coba-coba sendiri. Beda ceritanya kalau didampingi mentor. Risiko gagal sih tetap ada, tapi mengecil dan terus mengecil.

Kenapa harus ada mentor? Begini, melalui mentor, kita akan belajar ilmu teknis dan detail. Semakin teruji ilmunya, semakin besar kesempatan kita untuk sukses. Dengan kata lain, kita seperti memiliki penerang. Semacam cahaya. Eta terangkanlah, hehehe. Kita pun melek tentang cara-cara tercepat untuk mencapai sesuatu. Jadi, langkah kita seperti dimudahkan. Tentu, ini harus dibarengi action yang cepat dan kendaraan yang tepat. Ramuan suksesnya seperti ini: Bimbingan x Tindakan x Kendaraan (yang tepat). Mesti komplit, baru bisa sukses. Ya, punya mentor itu seperti punya penerang. Semacam cahaya. Selanjutnya saya ingin bertanya pada Anda, sudahlah Anda mempunyai mentor? Jika sudah, saya ucapkan selamat. Jika belum, segera temukan mentor Anda.. Ya, carilah mentor yang sesuai dengan bidang yang Anda jalani. Pesan saya, untuk mendapatkan hasil yang terbaik belajarlah dari mentor yang terbaik, misalnya:

 Ingin jadi penulis buku bestseller? Belajarlah dari penulis mega-bestseller. Mintalah saran-sarannya. Kalau perlu, ajak menulis bareng.

 Ingin jadi motivator nasional? Belajarlah dari motivator yang sudah menginspirasi banyak orang. Mintalah nasihat-nasihatnya. Kalau perlu, ajak seminar bareng.

 Ingin jadi pengusaha sukses? Belajarlah dari pengusaha yang terbukti sukses. Lihat cara-caranya. Kalau perlu, segera ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Sukses tuh. Amin. Kalau perlu, ajak bisnis bareng.

Selanjutnya kita akan singgung soal blind spot atau titik buta. Setiap atlit hebat, termasuk petinju profesional pastilah memiliki pelatih. Ya, pelatih. Bahkan petinju sekaliber Muhammad Ali juga mcmiliki pelatih. Padahal jika si pelatih disuruh bertanding. jelas-jelas Ali yang akan menang. Tapi kenapa Ali masih butuh pelatih kalau jelas-jelas dia lebih hebat daripada pelatihnya, Begini. Ali butuh pelatih bukan karena pelatihnya lebih hebat, namun Ali butuh seseorang untuk MELIHAT hal yang tidak bisa dilihat oleh dirinya sendiri. Inilah yang disebut dengan blind spot. Ada juga yang menyebutnya tilik buta atau litik kelemahan. Nah, Ali hanya bisa melihat blind spot-nya sendiri dengan bantuan pelatihnya. Paham?

Sama halnya dalam bisnis, kita butuh mentor untuk mengamati dan mengawal bisnis kita. Tepatnya, melihat kelemahan yang lidak bisa kila lihat sendiri. Mentor akan mengingalkan kita. jika jalan yang kita ternpuh mulai melenceng. Diperlukan kerendahan hati untuk menerima kritikan, teguran dan nasihat. Jangan resisten. Justru inilah yang akan menyelamatkan kita. Tidak ada manusia yang sempurna. Biarkan orang lain menjadi mata di area blindspot kita, sehingga kita ngeh dan benar-benar tahu, apa kelemahan kita yang mungkin tidak kita sadari selama ini. Apalai kalau temyata mentor itu punya kredibilitas dan kapasitas. Bukan sekadar melihat saja.

Terus, bagaimana cara mendapatkan mentor? Ada dua cara. Pertama, Anda bayar dia. Kedua, ajak dia bekerjasama. Inilah cara praktis dalam belajar bisnis. Terserah Anda, mau pilih yang mana. Kalau coba-coba sendiri trial and error, malah lebih lama dan lebih mahal. Percayalah. Saya sudah berulang kali mengalami ini. Rugi. Gagal. Bangkit. Saya tidak ingin Anda mengalami kejadian serupa. Setidaknya. jangan sering seringlah.

Nah, pada akhirnya sukse dan gagal itu sepaket„ tidak dapat dipisahkan. Siap berbisnis artinya siap untuk sukses dan siap juga untuk gagal. Jika belum siap, mending jangan jadi pengusaha. Setuju, Nah, tiba saatnya akan masuk ke bab yang terakhir. Ini bab yang paling penting. Karena  akan membuktikan bahwa ilmu saja tidak cukup, mentor saja tidak cukup, untuk membawa ke puncak kesuksesan. Kita harus punya kendaraan tepat yang membawa kita ke sana.

5. PUNYA KENDARAAN 

Anda punya impian keliling dunia. terus melihat-lihat indahnya tempat wisata, maka kendaraan yang paling cepat dan tepat adalah pesawat terbang. Bisa nggak naik sepcda? Bisa nggak naik bajaj? Bisa saja. tapi kelamaan! Bukan mustahil. sebelum impian Anda tercapai. Anda sudah mati kelelahan. Hehehe. Sama halnya jika . ingin mcnambah income Rp 10 juta per bulan atau Kita mesti punya kendaraannya. Nah, kendaraan paling cepat dan paling tepat di sini adalah bisnis. Sekali lagi, bisnis! Ada cara lain? Ada! Nikahlah sama orang kaya, hehehe. Tapi sebelum itu, baiknya Anda ngaca dulu. Pantes nggak? hehehe.  Sampai di sini. saya yakin sebagian dari Anda masih bingung. Mulainya dari mana ya? Enaknya bisnis apa ya? Bisnis apa sih yang bagus? Sebenarnya semua bisnis itu bagus. yang penting legal dan halal. Ada yang buka restoran dan sukses. tapi ada pula yang buka bisnis serupa dan gagal. Apakah resorannya yang salah? Bukan, mungkin orangnya yang salah atau ilmunya yang salah. Sebab itu berhentilah bertanya, "Bisnis apa sih yang bagus?". Pada dasarnya semua bisnis itu bagus, karena bisnis yang baik adalah bisnis yang dibuka, bukan yang dipikirkan dan ditanyakan terus.

Beberapa tips dari saya:

- Gunakan waktu senggang Anda, terutama weekend. Jangan lagi mengeluh tidak punya waktu. Lebih baik atur ulang jadwal dan prioritas Anda. Betul? Apakah Anda itu pengusaha, karyawan, pensiunan atau iburumahtangga.

- Carilah produk yang marginnya relatif besar, minimal 50%. Dengan margin yang relatif besar, Anda punya budget untuk memberi insentif kepada karyawan, komisi kepada penjual, beriklan dan bersedekah. Kalauptm 10% atau 20% stok tidak terjual, toh Anda masih untung.

- Carilah produk yang mutunya nilai 8 ke atas. setidaknya nilai 7. Kalau mutunya jelek. yang terkuras bukan kantong Anda saja, tapi juga nama baik Anda. Hati-hati. Produk harus bagus. Syukur-syukur kalau produknya standar internasional.

Carilah produk yang bisa dipasarkan secara nasional. Lebih baik lagi kalau bisa delivery dan kecil ongkirnya. Bagaimana kalau produk yang potensi pasarnya cuma lokal? Yah, sayang, Karena dengan social media, kita bisa menjangkau siapa saja, di mana saja setiap hari.

Belajarlah ilmu penjualan, baik offline maupun online Tidak harus produksi sendiri. Kenapa? Pertama, biayanya besar. Kedua. marginnya tipis. Ketiga, waktunya lama. Lebih baik menjual saja. Kalaupun malu dan minder, Anda masih bisa menjual via online. Nggak terlalu susah tho?

Pilihlah bisnis dengan learning enetrontment. Maksudnya, Anda bisa belajar di sana dan dibimbing secara berkala. Dengan begini, suksesnya akan lebih mudah dan lebih ccpat. Kalau coba-coba sendiri kan melelahkan. Sangat melelahkan.

No comments:

Post a Comment