Sep 13, 2018

Imajinasi dan Kreativitas



Imajinasi bukanlah khayalan, fantasi atau lamunan kosong. Imajinasi merupakan kekuatan pikiran untuk menciptakan "kenyataan". Apa yang kita jalankan dan kita ciptakan adalah hasil dari olah imajinasi.
Karena kekuatannya dalam merealisasikan sesuatu itu, maka imajinasi pada dasarnya merupakan potensi atau daya mengolah sesuatu. Imajinasi merupakan kekuatan untuk mengolah dan memanfaatkan sesuatu menjadi sesuatu yang bernilai. Dan karena kekuatan mengolahnya itu, maka imajinasi adalah sumber energi kreativitas, sebab ciri khas dari kreativitas adalah kemampuan untuk mengolah sesuatu menjadi yang bernilai tinggi.

Imajinasi merupakan daya kreativitas yang tak akan pernah habis. Dia selalu mendukung bahan bakar dan energi bagi manusia untuk mengolah sumber daya kehidupannya. Maka, kata Ron Norman, imajinasi juga terkait erat dengan kreativitas. Imajinasi dikatakan sebagai energi kreatif karena ia mempunyai kekuatan mengolah dan mencipta. Jadi, yang namanya profesionalitas, terampil, daya cipta dan daya menemukan itu adalah energi kreatif yang bersumber dari imajinasi. Seorang tukang kayu terampil membuat barang-barang mebel karena imajinasinya dalam membuat barang-barang itu kuat. Atau, seorang Arsitektur bisa membuat berbagai gaya dan model bangunan karena imajinasinya. Ini artinya, kemampuan tangan, kemampuan profesional, serta keahlian atau teknik yang berorientasi pada kerja-kerja praktis adalah manifestasi dari imajinasi. Kerja-kerja praktis dan teknikalistik tersebut merupakan dorongan dari imajinasi. Jadi, sekalipun kemampuan itu terlihat sebagai kemampuan teknikalistik praktis, itu bukan semata-mata ketangkasan tangan, melainkan dikendalikan oleh kekuatan imajinasi. Ketangkasan tangan atau teknik di sini hanya persoalan kebiasaan. Tetapi, ini semua bukan berarti apa-apa tanpa aliran dan sentuhan energi kreatif imajinasi.

Dengan demikian, imajinasi sebagai kekuatan kreatif bukan sekadar membuat piawai dalam arus kebiasaan, namun ia juga mempunyai inisiatif dan ide-ide besar untuk mengembangkannya. Inilah bedanya orang yang kreatif dengan kera. Seekor kera menjalankan kemampuannya hanya berdasarkan latihan dan kebiasaan atau naluri. Seekor kera bisa bermain sirkus dan melakukan atraksi-atraksi yang menakjubkan, terapi kera melakukannya hanya sebatas karena terlatih dan terbiasa, bukan karena inisiatifnya. Oleh karena itu, kemampuannya tidak akan berkembang. Mengapa kemampuannya tidak bisa berkembang? Sebab, kera tidak mempunyai inisiatif dan itu dikarenakan ia tidak mempunyai imajinasi seperti manusia. Kera hanya melakukan sesuai dengan naluri dan apa yang dilatihkan kepadanya. Ini berbeda dengan manusia. Karena manusia mempunyai imajinasi yang jangkauannya tidak terbatas, maka ia mempunyai daya dan energi tak terbatas untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya. Dengan dorongan imajinya yang tak terbatas itu, manusia terus menerus mempunyai kesempatan untuk menemukan inisiatif dalam melakukan perubahan demi kemajuan hidupnya. Perubahan dan perkembangan kehidupan manusia dimulai dari era pertanian, kemudian ke era industri dan sekarang beralih ke era post industri. Ini semua adalah hasil inisiatif manusia dalam mengembangkan kehidupannya. Inisiatif ini muncul dan berkembang karena manusia mempunyai imajinasi-imajinasi agung, impian-impian besar dan sebagainya. Inilah yang menyebabkan peradaban manusia bisa terus berkembang sampai sekarang dan tidak monoton sebagaimana yang terjadi dalam dunia binatang.

Oleh karena itu, imajinasi pada hakikatnya adalah kekuatan atau energi kehidupan yang bukan hanya mendorong manusia untuk pandai menciptakan, tetapi juga pandai membuat kemajuan-kemajuan di segala bidang. Karenanya, imajinasi merupakan energi kreatif yang mampu menciptakan dan mengaktualkan. Seperti kata Immanuel Kant bahwa imajinasi adalah sebuah kekuatan agung untuk menciptakan sebagaimana halnya itu adalah sebuah alam kedua di luar alam material yang disediakan oleh alam yang sebenarnya.

Berdasarkan analisis di atas, maka alam material atau dunia fisik yang kita ciptakan dan kita rekayasa sekarang ini pada dasarnya adalah representasi dari imajinasi kita. Mengapa alam imajinasi justru merupakan energi yang efektif dalam mencipta? Karena, didalamnya ada sebuah pemusatan terhadap sebuah objek. Ini artinya, di dalam imajinasi terkandung konsentrasi. Sebaliknya, orang yang miskin imajinasi adalah orang yang hidupnya tidak fokus, bahkan kacau. Oleh karena itu, konsentrasi dan pemusatan energi kreatif kita sebenarnya sangat di tentukan oleh seberapa besar imajinasi kita. Menurut Brian Sutton Smith, ada peran imajinasi yang bermain dalam perkembangan "konsentrasi cerita" (narrative concern). Suton Smith menyatakan bahwa orang-orang membuat kesan atau gambaran tentang dunia serta pengalaman kita di dalam cerita-cerita dan kita mengingat kembali pokok-pokoknya di dalam struktur cerita dengan lebih baik dari pada di dalam daftar yang tersusun secara logis di otak kita. Dengan demikian, imajinasi bukan hanya sebuah komponen vital dalam komposisi cerita, tetapi juga dalam memahami cerita.

Dalam konteks yang lebih luas, imajinasi bukan sekadar daya kekuatan yang menjadi unsur-unsur utama pembentuk sejarah kehidupan kita di dunia, melainkan juga energi untuk menghadapi serta mengelola hidup dan kehidupan. Kalau memang kehidupan kita di dunia dengan segala macam unsur pokok pembentuknya kita jadikan sebagai cerita agung (grand narrative) bagi kehidupan kita hingga anak cucu kita, maka roh yang membentuk cerita sekaligus alur untuk memahami dan menguak sisi rahasia di balik cerita agung itu adalah imajinasi. Terciptanya alam, manusia dan hubungan antar manusia serta terbentuknya bangsa, negara, masyarakat dan sejarah peradaban lainnya merupakan rekayasa imajinasi kita. Awalnya memang kelihatan abstrak dan seolah sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi, sebagai energi kreatif, imajinasi berusaha menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru bagi kehidupan manusia, sehingga apa yang tadinya dikatakan tidak mungkin akhirnya menjadi mungkin, bahkan pasti. Maka, kata J Thulasi, imajinasi mengadaptasikan alam ke dalam kondisi manusia dengan menciptakan kekuatan konstruktif dan kemampuan artistik di dalam diri seseorang untuk membangkitkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk kehidupan yang lebih cocok. Ini melahirkan konsep biorhythm (pengulangan bentuk aktifitas fisik, emosi dan intelektual yang diyakini oleh beberapa orang bisa mempengaruhi tingkah laku manusia) dalam wujud bantuan yang membuat seseorang berusaha memosisikan dirinya ke dalam berbagai jenis hubungan yang jelas dengan alam semesta yang pertama kali memahami bentuk-bentuk pengulangan tahun, malam, dan hari akibat matahari, serta mencapai pertumbuhan manusia itu sendiri.

Imajinasi sebagai energi kreatif bukan sekadar berhubungan dengan diri manusia (mikrokosmos), melainkan juga berhubungan dengan alam semesta (makrokosmos). Sehingga, sebagai energi kreativitas, imajinasi merupakan tenaga alam (nature power) yang merasuk ke dalam diri manusia sebagai daya untuk menjaga dan mengelola potensinya. Dalam imajinasi, tergambar bahwa manusia merupakan bagian dari alam, termasuk dalam spirit kreativitasnya. Energi-energi yang terdapat di dalam tubuh manusia adalah energi alam, seperti yang terwujud dalam bentuk imajinasi. Maka, dalam konteks kreativitas imajinasi ini, manusia dalam aktivitas kreativitasnya merupakan sosok yang meniru atau menyalin apa yang sudah tersedia di alam. Manusia mampu membuat rumah karena alam menyediakan, misalnya Goa. Manusia menciptakan kursi karena alam menyediakan batu yang bisa di duduki. Manusia menciptakan kapal terbang karena alam menyediakan burung. Manusia menciptakan lampu karena alam menyediakan matahari. Manusia menciptakan mobil karena alam menyediakan hewan-hewan sebagai alat transportasi. Dan, masih banyak lagi contoh yang lain. Intinya, semua yang disediakan alam merupakan guru bagi manusia. Melalui imajinasinya, manusia kemudian menirunya dalam bentuk yang lain. Dengan fenomena-fenomena alam itulah, manusia bisa menciptakan berbagai macam bentuk teknologi dan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia.

Jadi, apa yang diciptakan manusia sebagai produk kebudayaannya adalah hasil dari mencontoh dan meniru alam. Dan, energi yang membuat manusia bisa mencontoh serta mengadaptasikan fenomena-fenomena alam ke dalam kehidupannya adalah imajinasi.

No comments:

Post a Comment