Dec 22, 2023

Memaknai Hidup dengan Logika tanpa Terjebak Fatamorgana

 


Di Bojonegoro sekarang lagi musim enthung. Settia....kamu jangan ngacau! Indonesia itu hanya memiliki 2 musim, kemarau dan penghujan. Mana ada musim enthung. Di bilangin kok ngeyel, di Bojonegoro itu sekarang lagi musim enthung. Itu lho, kepompong ulat pohon Jati, kalau di Bojonegoro bilangnya enthung. Dan itu di cari untuk di masak, katanya c enak banget. Lho, berarti SettiaBlog belum pernah makan enthung? Belum....he....he...., Oalah...Settia...Settia.... gitu kok ngakunya orang Bojonegoro. Pernah coba memakannya, SettiaBlog coba beberapa ekor, klethus....klethus... gimana gitu, habis itu langsung bentol - bentol di tubuh. Ya mungkin karena proteinnya yang sangat tinggi. SettiaBlog punya alergi protein untuk beberapa jenis hewan, salah satunya enthung ini. Untuk video klipnya SettiaBlog kasih "Mirage" milik Kitaro. SettiaBlog suka permainan warnanya, bagus banget, saat kupu - kupu terbang. Mirage sendiri bisa di artikan fatamorgana. Ada ungkapan seperti ini.
"Kebanyakan manusia lebih menyukai keindahan fatamorgana ketimbang menghadapi realita hidup yang terkadang tak seindah harapan."


Ndak sedikit kaum terdidik yang terkadang merasa iri terhadap orang yang pendidikannya rendah, tetapi sukses berbisnis. Dalam hal ini, siapa pun harus menyadari bahwa hidup sudah ada yang mengatur. Allah SWT bebas memberikan rezeki berlimpah kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Jika manusia melihat atau mengalami hal-hal di luar nalar, ia sebaiknya segera mengingat Allah SWT. Terkadang, seseorang merasa bahwa dirinya ndak bodoh-bodoh amat. Bahkan, prestasinya di sekolah dan kampus termasuk di atas rata-rata. Namun, nasibnya secara ekonomi kalah dibanding teman-temannya. Padahal, dilihat dari segi usaha dan kecerdasan, teman-temannya tergolong biasa aja. Maka, muncul ungkapan pintar, tetapi nasibnya kurang sukses. Hal ini menjadi misteri hidup yang hanya diketahui oleh Allah SWT.

Sebenarnya, makna (tepat atau sesuai harapan) dan (tidak tepat atau di luar harapan) bergantung pada orang yang menjalaninya. Sebagai contoh, seorang ahli mesin lulusan perguruan tinggi ternama bekerja di bidang kuliner. Mungkin ada yang menyatakan bahwa nasib sarjana tersebut (tidak mendapatkan keberuntungan). Ia semestinya menjadi teknisi di sebuah perusahaan terkemuka dengan gaji besar. Meskipun banyak orang yang berfikir normatif seperti itu, kenyataannya ia menjalaninya dengan nyaman. Bahkan, ia justru merasa beruntung dapat mengembangkan bakatnya di bidang bisnis makanan. Jadi, apa yang disebut pandangan umum belum tentu benar. Pandangan umum tentang bejo  atau tidak bejo belum tentu sesuai dengan yang dirasakan pelakunya. Seseorang dikatakan bejo  atau ndak bejo  bukan semata-mata didasarkan pada pandangan orang lain yang sifatnya sangat subjektif. Orang lain bisa mengatakan bahwa seseorang nasibnya bejo  karena dulu waktu sekolah ndak pinter, pernah tinggal kelas, tetapi kini bisa menjadi pengusaha. Belum tentu orang yang dianggap beruntung itu di kantor bisa bisa bekerja dengan nyaman. Ia mungkin tersiksa mendapati kenyataan bahwa teman-temannya satu kantor bisa naik ke jenjang karier lebih tinggi karena mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Adapun dirinya tetap stagnan karena kemampuan tidak menonjol sekalipun menjadi pegawai di pemerintahan.

Orang yang pinter, tetapi merasa dirinya ndak bejo  dalam menerima nasib atau takdirnya, berarti patut diragukan kadar intelektualnya. Orang yang pinter seharusnya merasa bejo  di mana pun ia bekerja dengan sebaik-sebaiknya. Ia tidak merasa iri terhadap nasib orang lain.

Setiap orang berhak untuk sukses, bahagia, dan sejahtera. Ndak ada pembedahan bahwa hanya orang yang cerdas yang berhak sukses dan bahagia. Orang yang dikatakan tolol bukan tidak mungkin bisa menjadi konglomerat. Artinya, Allah SWT sudah menentukan garis nasib berbeda antara satu orang dengan yang lain. Ada orang yang lemah pikir, tetapi kaya raya. Namun, ndak sedikit orang lemah pikir hidupnya sangat mengenaskan. Ada orang cerdas yang sangat kaya, tetapi ada pula orang genius yang hidup begitu sederhana atau bahkan sangat miskin. Manusia hanya berfikir keras dan berusaha sekuat tenaga. Ndak perlu menyalahkan takdir karena bisa menimbulkan stres, stroke, dan depresi.

Orang yang enggan menerima kenyataan merasa bahwa takdirnya tidak adil segingga memicu saraf otaknya bekerja lebih keras. Saraf otak merupakan pengendali semua organ tubuh. Jika otak bekerja terlalu lelah maka kinerja organ-organ tubuh lainnya akan melemah. Berbagai penyakit mudah menyerang akibat kondisi otak yang terbebani berat. Tubuh yang mudah terserang penyakit kian lama semakin rapuh. Jika sudah demikian, bisa mengalami akibat yang paling fatal.

 عن جابر بن عبد االله لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بـَرَأَ بِإِذْنِ االلهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim) Demikian hadits yang diriwayatkan Muslim. Dengan bahasa lain: setiap masalah ada solusinya: setiap kesulitan ada kemudahannya: setiap soal ada jawabannya: setiap kegagalan ada berhasilnya.  Masalahnya, banyak orang larut dalam penyakit, terjebak dalam masalah yang ndak kunjung selesai. Akibatnya, belum dapat obatnya sudah menyerah kalah. Bukankah itu sangat disayangkan?

Banyak sekali orang putus asa dan akhirnya bertindak semaunya. Akhirnya, ketika ia mendapatkan masalah, bukan bersyukur tapi malah menyesali dengan mengucap: "Mengapa masalah ini menimpa saya? Mengapa bukan orang lain?" Seakan-akan protes kepada Allah SWT yang Mahabijak dan Mahasegalanya. Bahkan, sering kali kita menyalahkan orang lain ketika masalah menimpa kita. Ironis, bukan? Padahal, masalah itu ada karena kita. Sekali lagi, disebabkan karena ulah kita sendiri, bukan karena orang lain (QS asy-Syuuraa: 30). “Bersama kesulitan ada kemudahan.” Itu artinya, masalah adalah cara Allah SWT memperhatikan umatnya. Dengan diberi masalah, Allah SWT ingin melihat apakah hamba-hamba-Nya itu masih tetap beribadah dan taat pada-Nya atau sebaliknya.  Maka, sikap terbaik ketika tertimpa masalah adalah dengan menunjukkan bahwa kita tetap istiqamah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dari sini, kalimat ini terasa mudah diucapkan tetapi ndak mudah dijalankan. Why? Ada cara sederhana bagaimana menyikapi setiap masalah yang menimpa.

Pertama, yakinkan diri bahwa masalah pasti berlalu. Hanya soal waktu aja. Terasa sakit itu karena kita menganggap masalah adalah akhir dari segalanya. Tidak! Masalah bukan akhir, melainkan awal pembuktian bahwa kita adalah hamba-Nya yang terpilih (QS at-Tin: 4). Maka, bersyukurlah ketika mendapatkan masalah. Karena, dengan adanya masalah, kita akan semakin matang laiknya buah mangga yang masak di pohon. Sebelum masak, buah itu mendapati berbagai masalah, seperti diterpa hujan, angin, badai, dan panas. 

Kedua, sikapi secara wajar. Jangan berlebihan. Segala apa pun yang disikapi secara berlebihan (lebay) akan berdampak buruk. Allah SWT pun ndak menyukai dan melarang umatnya bersikap berlebih-lebihan dalam hal apa pun (QS al-Maidah: 77, QS az-Zumar: 53). Masalah akan tetap menjadi masalah. Yang dibutuhkan adalah cara dan sikap kita menghadapi masalah agar masalah itu segera berlalu. 

Ketiga, lihatlah ke bawah bahwa masalah kita masih lebih baik dibandingkan dengan masalahnya. Dengan begitu, kita tetap bisa bersyukur dan berupaya agar masalah yang menimpa bisa segera berakhir. Masalah itu seperti sedang berjalan menanjak. Terasa berat dan sulit. Tapi, ketika kita mampu melaluinya dari satu tangga ke tangga berikutnya akan terasa mudah dan ringan. Jangan sampai kita terjebak dan hidup dalam fatamorgana masalah. Artinya, melihat hidup itu selalu dipenuhi masalah demi masalah. Seakan-akan ndak ada hari esok yang lebih baik. Cara berpikir seperti ini harus segera diubah. Dengan cara, bahwa kita sebaiknya bersahabat dan berdamai hidup berdampingan dengan masalah.




Kalau yang ini video klipnya Kitaro yang "Matsuri".


SettiaBlog suka motif belah ketupat yang di kenakan, modelnya ini hakama atau apa ya? Tolong ya, yang ngerti SettiaBlog di kasih tahu.

Seperti yang kita tahu, ulat harus menjadi kepompong terlebih dahulu sebelum menjadi kupu-kupu. Proses tersebut mengajarkan bahwa jika ingin berkembang dan menjadi lebih baik lagi serta mencapai tujuan hidupnya, setiap orang pasti dan harus mau berubah. Selain itu, setiap orang harus melewati proses hidupnya sesuai urutan atau secara bertahap dengan baik, baru dapat mencapai hasil yang maksimal.

No comments:

Post a Comment