Oct 12, 2023

Hati - hati dengan Nikmat Dunia

 


Bahas apa ya enaknya? Yang santai - santai aja ya. SettiaBlog ada sedikit cerita candaan.
Ada seorang Kyai, sebut saja namanya Kyai Wafi,  dia seringkali diomelin oleh isterinya (bu Nyai), karena begitu banyak menolong umat melalui nasehat dan do'a. Dan mereka yang ditolong oleh Kyai itu sukses. Biasanya ketika sukses sudah tidak kembali lagi.

“Pak Yai, kenapa orang-orang yang ditolong pada sukses, tapi kehidupan kita cuma begini-begini saja. Apa tidak punya do'a atau apalah yang bisa membuat kita jadi sukses lebih hebat lagi, lebih kaya lagi. Kenapa mesti orang lain teruuus?” protes bu Nyai pada sang Kyai. Rupanya sang Kyai hanya tersenyum belaka.

“Coba kamu ambil gentheng di rumah kita yang ada dekat wuwungan pojok…”  kata Kyai itu.

“ Sebelll aku… Masak minta fasilitas lebih malah disuruh naik gentheng. Nanti apa kata tetangga. Bu Nyai kok naik-naik wuwungan, lagi nyari apaan thu.…Ndak lucu akh…”

“Sudahlah..Ikuti saja. Katanya kamu mau minta harta emas intan berlian.”

Bu Nyai akhirnya nekad naik gentheng. Dengan bersungut-sungut agar tidak dilihat tetangga, nekad juga akhirnya. Begitu ia dapatkan gentheng itu, ia bolak balik, sembari membatin, apa c istemewanya gentheng tanah ini? Setelah turun membawa gentheng, ia serahkan benda itu ke suaminya, dengan muka masem. Genteng itu dipegang oleh Pak Kyai, lalu dibungkus kain. Kemudian Kyai itu memberikan kembali ke isterinya, agar dibuka. Ternyata begitu terkejutnya Bu Nyai, gentheng tanah tadi berubah jadi emas semua. Bu Nyai kaget bukan main. Dengan muka pucat ia tak bias bicara.

“Kamu pilih mana, nikmat-nikmat Allah disegerakan di dunia, atau nanti di akhirat?”

Bu Nyai menyadari kesalahannya, dan menangis memohon ampun kepada Allah Ta’ala. Seketika gentheng emas tadi berubah jadi gentheng tanah. Sejak saat itu, ia kapok protes pada suaminya.

Untuk video klipnya SettiaBlog kasih "something wild" milik Lindsey Stirling, agar pada semangat. Dari lagu tersebut SettiaBlog bisa katakan.
“Kenyamanan dan kepastian mungkin datang kepada mereka yang mengikuti jalan aman; namun kepuasan dan petualangan pribadi berada dalam jangkauan mereka yang memercayai suara hati mereka dan mengikuti panggilannya.”
Namun kita tidak boleh terlalu asyik mengejar dunia. Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan harta yang berlimpah dari Allah SWT. Dalam Islam, kenikmatan dunia itu disebut dengan istidraj. Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa tenang dalam maksiatnya. Peringatan istidraj  termaktub dalam QS. Al An'am ayat 44 sebagai berikut:
فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al An'am: 44)

Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang Dia kehendaki, dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri. Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj  artinya pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT. Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Qalam ayat 44 sebagai berikut:
فَذَرْنِى وَمَن يُكَذِّبُ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ ۖ سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: "Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui," (QS. al-Qalam: 44)

Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan. Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.

Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat Rasulullah SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila engkau lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah istidraj." (HR. Ahmad)

Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada orang yang membutuhkan.

No comments:

Post a Comment