Apr 23, 2021

Benarkah Kepribadian Seseorang Bisa Berubah



  Entah kenapa dua hari ini kok pikiran SettiaBlog ndak tenang, tiap mau ketik bahasan ndak fokus. Kalau ndak salah kemarin malam SettiaBlog membaca pernyataan Jhene, "kalau aku tidak bisa berubah, suka tidak suka seperti itulah aku" Jhene dan semua yang membaca blognya Settia, maafkan SettiaBlog, SettiaBlog juga sadar itu, tidak mungkin kita berubah secara total, termasuk SettiaBlog. Namun setidaknya kita bisa merubah pola pikir, ide, kreativitas dan sikap kedewasaan dalam menghadapi persoalan. O..ya Jhene, SettiaBlog juga sering dengerin lagu kamu. Seperti lagu "love" di atas, dari lirik-lirik yang kamu buat terlihat kamu itu orang yang sangat cerdas. Kalau di perhatikan kamu itu kayaknya lebih dominan gen Asia dari ke 4 gen yang ada dalam diri kamu (Asia, Eropa, Afrika dan Amerika). Kamu harus bersyukur Jhene memiliki gen hampir semua benua, tentu itu akan memperkaya alam pikir kamu. Dan kamu harus mengeksplor kekayaan yang ada dalam diri kamu. Bicara soal kepribadian, setiap manusia tumbuh dengan beragam karakter di dalam dirinya. Kepribadian bertumbuh saat masih kanak-kanak secara bertahap.



Seiring berjalannya waktu, pengalaman mulai dari kita menghadapi masalah, benturan hidup, dan bagaimana kita menghadapi masalah, membentuk seperti apa diri ini pada masa dewasa. Hal ini menjadi pertanyaan, apakah dari waktu ke waktu kepribadian seseorang bisa berubah atau tidak. Sebelumnya, kita kenali dulu kepribadian mendasar pada diri seseorang. Kepribadian terbagi atas lima kategori.

Ekstraversi atau extraversion: Mudah bergaul, tegas, dan berenergi

Menyenangkan atau agreeableness: Penuh kasih sayang, menghargai dan menghormati, serta mempercayai

• Berhati nurani atau conscientiousness: Tertib, pekerja keras, dan bertanggung jawab

• Emosi negatif atau negative emotionally: Cenderung cemas, sedih, dan suasana hati berubah-ubah

• Berpikir terbuka atau open-mindedness: Intelektual, rasa ingin tahu yang tinggi, artistik, dan imajinatif, suka dengan keindahan, dan ide yang abstrak

Di dunia ini, setiap manusia tercipta dengan keunikan masing-masing melalui kepribadian yang melekat dalam dirinya. Ketika diperhatikan, setiap orang termasuk Anda punya pola pikir dan cara yang berbeda saat mengamati sebuah masalah. Apakah kepribadian ini bisa dilihat begitu saja saat Anda kenal dengan seseorang? Kepribadian ini akan muncul dan bisa dilihat ketika seseorang dihadapkan dalam sebuah situasi bagaimana ia bereaksi terhadap suatu masalah.

Tindakan dan pola pikir melibatkan beragam faktor, seperti pikiran, perasaan, dan tujuan mereka bertindak dalam situasi tersebut. Misalnya saja melihat bagaimana teman Anda hadir di dalam pertemuan. Ada yang tepat waktu, ada yang menunda hingga agak ngaret datang, dan ada juga yang tadinya mau datang ternyata menunda tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Terkadang kita berharap bahwa kepribadian teman bisa berubah, setidaknya ia bisa bergerak ke arah yang lebih baik. Nah, mungkin suatu saat Anda melihat adanya perubahan pada teman Anda. Jika dulu ia suka terlambat, kini jadi lebih tepat waktu. Kemudian ia mulai melihat sebuah masalah dari beragam sudut pandang. Semua orang, termasuk diri kita, mungkin saja mengalami perubahan ini.

Beberapa orang percaya kepribadian bisa berubah, sebagian percaya kepribadian adalah hal yang mutlak pada diri manusia. Kepribadian seseorang ketika ia beranjak dewasa cenderung lebih stabil. Warisan genetik dan lingkungan dapat membantu membentuk kepribadian seseorang dan bagaimana ia mampu berekspresi. Perilaku, kebiasaan, dan kepercayaan seseorang membentuk kepribadian di dalam dirinya. Meskipun kepribadian melekat dengan faktor internal seseorang, tetapi faktor eksternal juga punya pengaruh kuat. Termasuk lingkungan dan pengalaman unik membentuk kepribadian seseorang. Jadi, mungkin saja kepribadian seseorang bisa berubah. Rata-rata perubahan tersebut menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan tidak terjadi secara langung, tetapi bertahap. Seseorang bisa dengan sadar mengubah kepribadian mereka sendiri dengan mengubah kebiasaan pribadi dan melakukannya secara berkelanjutan.

Perubahan kepribadian yang positif bisa terjadi ketika ia menjalani kehidupan yang penuh makna. Kini Anda bisa percaya, sangat mungkin kepribadian bisa berubah. Terutama ketika kita berjumpa dengan pengalaman, pertemuan yang membawa makna, dan masalah kehidupan. Semuanya bisa membentuk kepribadian menuju ke arah yang lebih baik. Intinya, fokus saja pada proses, pasti Anda akan bisa melihat sebuah masalah dari beragam sudut pandang. Inilah membentuk kepribadian Anda seiring berjalannya waktu.

Selain itu urutan kelahiran seseorang dalam keluarga secara inheren memengaruhi kepribadian .

Anak sulung (tertua): anak tertua cenderung konservatif, mereka berorientasi pada kekuasaan, dan mampu memimpin. Alasannya karena mereka kerap diberi tanggung jawab untuk menangani adik-adik mereka, anak sulung tumbuh menjadi orang yang peduli, lebih bersedia menjadi orangtua, dan cenderung mengambil inisiatif.

Anak kedua (tengah). Kakak laki-laki atau perempuan adalah "penentu kecepatan" untuk anak kedua, mereka sering berjuang untuk melampaui kakak mereka. Laju perkembangan mereka lebih tinggi, oleh karena itu mereka cenderung ambisius namun mereka jarang egois. Anak kedua cenderung menetapkan tujuan yang terlalu tinggi untuk diri mereka sendiri, oleh karenanya mereka rentan gagal. Tak perlu khawatir, kemampuan mereka mengetahui bagaimana mengatasi kesulitan dalam hidup adalah hal yang membuat mereka lebih kuat.

Anak (bungsu) yang terakhir lahir. Wajar jika anak terakhir lebih mendapat banyak perhatian dan perhatian dari orangtua dan saudara yang lebih tua. Itulah sebabnya mereka mungkin merasa kurang berpengalaman dan mandiri. Namun, kelahiran terakhir biasanya termotivasi untuk melampaui kakak mereka. Sangat sering mereka mencapai sukses besar dan mendapatkan pengakuan di bidang yang mereka pilih. Anak-anak bungsu dalam sebuah keluarga cenderung ramah, meskipun mereka cenderung lebih tidak bertanggung jawab dan sembrono daripada anak-anak yang lebih tua. (bukan maksud menyindir, SettiaBlog juga anak terakhir, ya seperti itulah karakternya)

Anak satu-satunya: terlahir tanpa saudara kandung untuk bersaing, anak tunggal biasanya kerap bersaing dengan ayahnya. Karena terlalu dimanja oleh orang tua mereka, anak tunggal juga mengharapkan dimanjakan dan dilindungi oleh orang lain. Egois dan dependen adalah sifat utama mereka, sehingga mereka kerap mengalami kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya. Banyak anak yang tidak memiliki saudara kandung tumbuh menjadi perfeksionis, dan mereka cenderung mencapai tujuan mereka apa pun yang terjadi.

No comments:

Post a Comment