Mar 25, 2020

Memberi Kebahagiaan, Mendapat Kebahagiaan


Lagu di atas bercerita mengenai seorang kekasih (cewek) yang ditinggal oleh kekasihnya (cowok). Dan kekasihnya tersebut mempunyai kekasih baru dan sudah melupakan kekasih lamanya. Lagu ini curahan hati kekasih yang ditinggalkannya yang harus merelakan kekasih lamanya tersebut. Jadi segala sesuatu harus di sikapi dengan positif, agar bisa mendapatkan kebahagiaan. Seperti bahasan SettiaBlog di bawah ini "memberi kebahagiaan, mendapat kebahagiaan."


Agama adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Mengenal Allah adalah berlaku dengan akhlak (yang baik). Akhlak (yang baik) adalah menghubungkan tali kasih sayang (silaturahim). Dan silaturahim adalah memasukkan rasa bahagia di hati sesama kita.

Rangkaian hadis yang dijalin oleh Syaikh Yusuf Makassari di atas sangat relevan dengan inti pembahasan kali ini. Ia bukan saja mengandung kedua konsep—cinta (dalam hadis di atas terungkap dalam gagasan tentang rahmah, kasih sayang) dan kebahagiaan (terungkap dalam kata surur, yang merupakan salah satu kata yang dipakai Al-Quran untuk mengungkapkan gagasan tentang kegembiraan atau kebahagiaan—di samping farah dan, yang lebih mendasar lagi, sa'adah, thabah, serta falah).

Pada kenyataannya, gagasan tentang kebahagiaan sangat terkait dengan cinta dan kasih sayang. Bahkan, kita dapat menyatakan bahwa memberi dan memberikan kebahagiaan adalah hakikat dari cinta itu sendiri. Cinta tak lain dan tak bukan adalah sumber dari keinginan untuk memberikan kebaikan–yang mendatangkan kebahagiaan-kepada yang dicintai. Sebagian ulama mendeskripsikan cinta sebagai dorongan untuk selalu memberi. Mencintai adalah sebuah prinsip menempatkan kebutuhan dan kepentingan kita di bawah (atau setelah) kebutuhan dan kepentingan orang yang kita cintai. Karena cinta, kita rela mengesampingkan kebutuhan dan kepentingan kita demi terpenuhinya kebutuhan dan kepentingan orang yang kita cintai. Inilah filosofi dasar cinta dan kasih sayang. Ini berlaku bagi siapa pun, bahkan bukan hanya terbatas pada makhluk yang bernama manusia, melainkan juga hewan, tumbuhan, benda-benda "mati", tak terkecuali juga Allah, Tuhan semesta alam. Meski tak memiliki karsa bebas sendiri, sesungguhnya hewan, tumbuhan, bahkan benda-benda mati, berada di alam semesta, tumbuh, beraktivitas dalam rangka mengejar kesempurnaan, mengejar kebaikan puncak yang mungkin dicapainya sesuai dengan potensi (qadr, kadar) nya masing-masing. Dengan kata lain, mereka berada dalam suatu cara demikian, sehingga keberadaan mereka dapat memberikan manfaat maksimum bagi semesta. Kenyataannya, sudah merupakan suatu fakta ilmiah bahwa alam secara ekologi berfungsi dalam keseimbangan maksimumnya. Bahwa jika keseimbangannya tak diganggu oleh berbagai ulah perusakan alam akan memberikan manfaat atau kebaikan maksimum kepada penghuninya.

"Tak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang dalam ciptaan Yang Maha Pengasih. Maka, lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu kekurangan di dalamnya?" (QS Al-Mulk 67: 3)

Manusia, lepas dari karsa bebas yang mungkin justru akan mendistorsi fitrah keberadaannya, juga diciptakan sebagai susunan terbaik (ahsan taqwim) (QS Al-Tin 95 : 4). Artinya, bukan saja ia mempunyai potensi dahsyat, sesungguhnya potensi itu dikaruniakan oleh Tuhan untuk melakukan kebaikan-kebaikan (hasanah, berasal dari kata yang sama dengan ahsan). Sebagai khalifah-Nya dia diharapkan untuk menjadi pembuat kebaikan (muhsin) dan perbaikan (mush-lih, berasal dari akar kata yang sama dengan ish-lah, perbaikan)

perbaikan). Pada puncaknya, kebaikan dan kebahagiaan jugalah yang menjadi tujuan penciptaan oleh Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hal ini, antara lain tampak dalam berbagai ayat Al-Quran yang menjadikan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di hari kemudian, sebagai tujuan keberadaan (penciptaan) manusia:

"Barangsiapa beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedang mereka beriman, kepada mereka kami akan memberikan kehidupan yang baik, dan Kami akan memberi mereka pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan." (QS Al-Nahl 161: 97)

Ibn 'Abbas, mufassir utama dari kalangan sahabat Nabi, mengartikan ungkapan "kehidupan yang baik" (hayah thayyibah) sebagai kebahagiaan (di dunia ini).

Memang, jika mengikuti dan bukannya melanggar fitrahnya maka sesungguhnya manusia diciptakan untuk kebahagiaan.

"Demi jiwa dan penyempurnaannya. Maka setelah itu, Dia ilham kan jalan keburukan (akhlak) dan ketakwaanya. Pasti bahagia (aflaha) siapa saja yang memelihara kesuciannya dan pasti sengsara siapa yang mengotorinya." (QS Al-Syams 91 : 7-10)

Manusia Berbakat Bahagia

Dalam ajaran Islam, memang manusia diciptakan dengan bakat berbahagia, orang harus siap-sedia untuk berbahagia, mau bahagia. Harus memiliki sikap mental—atau tepatnya, sikap hati untuk berbahagia. Dia harus mengembangkan persangkaan-baik. Persangkaan baik kepada kehidupan, kepada Tuhan yang menciptakan kehidupan. Bahwa sesungguhnya kehidupan ini dirancang oleh Penciptanya dalam bentuk kebaikan, yang lahir dari kecintaan-Nya kepada makhluk-Nya. Bahwa, jika dilihat dalam kaca-mata positif, dalam kesadaran akan keseluruhan (wholeness), sesungguhnya kehidupan tak memiliki sifat lain, kecuali kebaikan. Bahwa (apa yang tampak sebagai) kesusahan sesungguhnya adalah kebaikan (juga), hanya dia tersamarkan. Kesusahan sesungguhnya tak lain dari kegagalan kita menembusi permukaan luar atau kemasan saja, ketidakmampuan kita menangkap makna yang terdalam dari kejadian-kejadian. Ketidakberhasilan kita meraih makna di balik fenomena. Bahwa sesungguhnya (apa yang tampak) sebagai kesulitan dan kesusahan itu pada hakikatnya hanyalah pembuka jalan bagi kebaikan yang lebih tinggi, pada kebahagiaan. Bahwa, kalau pun kita mentok di tengah jalan untuk mencapai kebaikan-kebaikan yang kita inginkan maka sesungguhnya is adalah semacam pembelokan (detour) menuju jalan yang justru akan membawa kita kepada pencapaian kebaikan yang lebih besar. Bahwa sesungguhnya, Tuhan telah menebarkan dalam kehidupan manusia di muka bumi, tak terbatas jalan menuju kebaikan dan kebahagiaannya. Ke mana pun kita mengarah dan menuju, di situ terhampar jalan menuju kebahagiaan kita.

Nah, sikap hati seperti inilah yang harus kita kembangkan, kita latih agar menjadi kebiasaan kita dalam menjalani kehidupan, dalam melihat atau mempersepsi apa saja yang terjadi di kehidupan kita. Ya, kebahagiaan memerlukan latihan.

Bagaimana Cara Melatihnya?

Pertama, kuatkan kesadaran dan pengetahuan bahwa hidup pada dasarnya adalah baik. Selalu lakukan refleksi atas kehidupan kita, dan kehidupan sesama kita. Sama sekali tak sulit melihat dengan hati yang terbuka, bahwa sesungguhnya selalu saja ada hikmah atas apa saja yang terjadi dalam kehidupan kita. Dan sesungguhnya, kehidupan semua manusia, kapan saja dalam sejarah umat manusia di muka bumi. Dan sesungguhnya keburukan hanyalah sekadar konsep, sifatnya relatif. Jika kita melihatnya secara parsial, bukan dalam keseluruhan maka suatu kejadian bisa tampak (terasa) sebagai keburukan. Akan tetapi, jika kita tempatkan dalam suatu perspektif yang komprehensif (menyeluruh) maka sesungguhnya ia adalah suatu pendahulu (prekursor) bagi kebaikan yang lebih besar. Lihatlah pengalaman hidup kita dengan pikiran yang jernih, bacalah pengalaman hidup sesama kita, kapan saja dan di mana saja.

Maka, mudah-mudahan kita tak akan gagal untuk memahami hakikat-kebaikannya. Makin banyak kita meyakini hal ini, mudah-mudahan makin kuat-menancap kesadaran kita mengenai sifat-dasar kebaikan dalam kehidupan ciptaan Tuhan ini.

Kedua, timbulkan kemauan. Sebetulnya ini bukan suatu hal yang sulit jika kita sadari bahwa kebahagiaan kita dipertaruhkan di sini. Cobalah untuk selalu melihat ke depan, melampaui kejadian-kejadian itu sendiri. Ke mana kiranya ia membawa kita? Apa makna positifnya? Kemudian timbulkan sikap mental (sikap hati) sabar dan syukur. Selalu menerima apa saja yang datang kepada kita dengan hati yang lapang. Bahwa segalanya datang dari Tuhan, dan bahwa Tuhan selalu menyimpan maksud baik dalam segala kebijaksanaannya. Hampir-hampir merupakan sisi lain dari koin yang sama, selalu kembangkan sifat hati syukur berterima kasih atau apa saja yang datang kepada kita. Baik untuk kejadian-kejadian yang di permukaan tampak sebagai kesulitan, wujudnya adalah kesabaran, dalam konteks keyakinan bahwa ia adalah pendahulu bagi kebaikan yang lebih tinggi maupun atas kebaikan-kebaikan yang datang kepada kita, sehingga kita dapat bereaksi positif kepadanya, dan menjadikannya benar-benar sumber bagi sikap-sikap positif yang pada akhirnya benar-benar bisa mendatangkan kebahagiaan kepada kita.

Ketiga, latihlah agar dalam diri kita terpatri kebiasaan (habit) kebahagiaan. Selalu upayakan kesadaran-penuh dan kendali atas kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita. Setiap saat, selalu operasikan kesadaran kita atasnya. Jangan pernah kejadian-kejadian itu menguasai kita. Jangan biarkan kepanikan merampas kewarasan kita. Setiap saat terjadi suatu kejadian yang segera terasa tidak menyenangkan, coba cari maknanya, merogohlah lebih dalam ke lubuk hati kita untuk dapat menemukan makna positif darinya. Coba upayakan hikmahnya. Coba terawang ke arah mana, yakni kepada kebaikan apa kejadian ini akan membawa kita. Lakukan berkali-kali agar sikap seperti ini menjadi refleks kita dalam menanggapi kejadian apa saja yang menimpa kita.

Jika sudah semua ini kita upayakan, kita bisa berharap bahwa kebahagiaan akan selalu bersama kita tanpa kita harus mengejarnya. Kenyataannya, kebahagiaan memang selalu ada bersama kita, bersama kehidupan kita. Di mana saja, bersama apa saja, ada kebahagiaan. Kebahagiaan ada di hati kita. Hati kita memang diciptakan sebagai wadah kebaikan, wadah kebenaran, dan wadah keindahan. Yakni, total jumlah yang melahirkan kebahagiaan. Justru, kebahagiaan akan mengelak jika kita kejar karena dia tempatnya bukan di luar. Yang tidak di luar tidak bisa dikejar. Yang di dalam hanya perlu kita sadari dan pahami. Kita hanya perlu mengucapkan "selamat datang" kepada kebahagiaan.

1 comment:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete