Apr 7, 2019

Menjadi Wonder Woman yang Sebenarnya


Lihat cuplikan wonder woman di atas. Kekecewaan bisa membuat wanita menjadi kuat dan kemarahan seorang wanita bisa menghancurkan apapun. Nah, baiknya gimana nih biar bisa jadi wonder woman yang sebenarnya? Di sini Settia Blog akan membahasnya. Menurut Settia Blog ada beberapa hal yang harus di perhatikan.


It’s Okay To Be Not Okay

Menjadi kuat itu bukan berarti kita harus selalu merasa baik-baik saja. Wanita yang kuat buatku adalah wanita yang bisa mengatakan aku lelah, aku sakit, aku ingin menangis, aku tidak baik-baik saja. Dengan jujur pada diri sendiri itu artinya kita mau membuka diri kepada orang lain bahwa kita hanya manusia biasa yang juga bisa lelah, bisa sakit, bisa meminta bantuan.

Sekarang coba deh kita pikir, mana yang lebih baik menjadi wanita yang pura-pura kuat dengan mengerjakan segala sesuatunya sendiri, tapi sebenarnya tidak baik-baik saja? Atau mau mengakui bahwa diri kita sedang lelah, sedang ingin berendam di air hangat untuk menyegarkan pikiran, sedang ingin mencium aroma laut agar tenang, namun setelahnya bisa merubah dari yang awalnya tidak baik-baik menjadi baik-baik saja?

Menangislah jika harus menangis. Menangis itu hadiah dari Allah untuk wanita agar bisa meluapkan segala rasa di hatinya. Menangis itu bukanlah bentuk kesedihan, justru dengan membiarkan diri kita menangis saat dibutuhkan, kita tahu dengan benar apa itu kebahagiaan.

Kita itu manusia biasa. Pasti punya rasa sakit, rasa sedih, rasa lelah, rasa marah. Manusiawi sekali jika kita meluapkannya. Yang harus diperhatikan bagaimana cara mengungkapkannya? Tentu saja dengan bijak dan tidak berlebihan.

Ngomong Ya Girl

Ada kalanya wanita lebih memilih diam dan tidak menyuarakan kata hatinya. Padahal wanita itu butuh sekurang-kurangnya tiga puluh ribu kata tiap hari untuk dikeluarkan. Kalau nggak dikeluarkan, nggak cuma jadi jerawat, bisa jadi penyakit juga lo. Lebih bahaya lagi ketika dikeluarkan dengan cara yang nggak tepat, misalnya ngomelin anak. So, cari teman yang tepat sebagai tempat berbagi. Buat yang sudah punya pasangan (halal), bisa bercerita kepada pasangannya.

Aah, suamiku nggak asyik diajak curhat. Beberapa kali aku mendengar pernyataan tersebut. Wokay, aku nggak tahu apa yang terjadi di rumah tangga kalian, tapi jika memang pasangan tidak lagi bisa menjadi tempat untuk berbagi rasa, kita bisa mencari teman lainnya. Entah itu ustadzah, psikolog atau sahabat yang bisa mendengar lebih baik. Yang pasti jangan salah cari teman curhat. Pilihlah yang bisa mendukungmu, tahu ilmunya dan tidak menjerumuskanmu.

Buat yang lebih suka menulis, cara ini juga sangat efektif untuk memberikan self healing pada saat kita sedang merasa lelah, terluka, atau marah. Inilah yang aku lakukan, lewat menulis aku bisa bebas mengungkapkan isi hati dan tidak membiarkan lukaku membesar serta membahayakan diriku.

Ukur Kemampuan Diri

Ketika pekerjaan rumah tangga tidak ada habisnya, anak-anak satu per satu menangis tanpa henti, orderan online shop ngawe-awe… kepala tiba-tiba nyut-nyutan, jantung mulai berdegup kencang dan badan terasa lungkrah. Coba tanyakan kembali pada diri sendiri apakah benar kita mampu melakukan semuanya?

Pilah dan pilih kegiatan yang paling utama untuk kita saat ini. Menentukan skala prioritas itu penting banget. Jangan sampai karena keinginan menjadi wonder woman, kita melakukan semuanya tanpa bantuan, sedang tanpa disadari fisik dan psikis kita mulai terganggu.

Jika memang kita merasa butuh bantuan untuk urusan bersih-bersih rumah, carilah bantuan. Atau kalau memang kondisi ekonomi tidak memungkinkan untuk menyewa ART, minta bantuan pada suami. Tentu bilangnya dengan baik-baik ya, ingat prinsip berbagilah kebahagiaan. Tunggu waktu yang tepat untuk bicara dari hati ke hati, jangan saat suami pulang langsung diberondong dengan keluhan. Biarkan ia melepas lelah dulu sepulang kerja, mengisi perutnya lapar, menyiram tubuhnya agar kembali segar, baru kita ceritakan apa kebutuhan kita.

Kita bisa meminta bantuan psikolog untuk masalah psikis yang mengganggu. Yang mengganggu seperti apa? Kalau kita sudah mulai insomnia, mulai mendengar bisikan-bisikan tak jelas, mulai memukuli atau menyakiti anak, kata-kata kotor mulai keluar, menutup diri dari orang lain, bahkan mungkin mulai menyakiti diri sendiri – mulai terbersit untuk mengakhiri hidup. Ketika hal-hal itu kita alami, segera lari kepada ahlinya! Bagaimana kita mau jadi kuat kalau ternyata jiwa kita butuh disembuhkan?

girl, kita itu manusia sosial. Jadi sangat manusiawi untuk meminta bantuan. Kalaupun harga diri kita terlalu tinggi untuk meminta bantuan, ambillah waktu untuk beristirahat sejenak, meski sekedar hanya mandi lebih lama dari biasanya atau menikmati secangkir kopi kesukaan.

Mana bisa anakku ngintil terus, mana bisa ditinggal sebentar saja nangisnya kaya gitu? Aku lebih memilih membiarkan anakku nangis kenceng dan aku menepi dulu, ambil wudhu atau sekedar minum air putih, lalu mengambil nafas panjang baru memegang anakku kembali. Daripada tetap bersama anak yang menangis sedang kondisiku tidak dalam keadaan tenang. Setidaknya itu akan lebih aman buat aku dan anakku. Aku tidak akan tanpa sengaja menyakiti anakku dan diriku.

Memiliki Empati

Dalam pendapatku wonder woman itu merupakan wanita yang memiliki empati kepada sesamanya. Wanita yang tidak menghakimi sesamanya hanya karena perbedaan pilihan yang dipilih teman wanita lainnya.

“Sarjana kok nganggur, buat apa sekolah tinggi-tinggi.”

“Gitu aja nangis, cengeng, masalahku lo lebih gede dari kamu.”


“Makanya berusaha, males sih kamu, makanya ASI nggak keluar.”

Dan masih banyak lagi hal lainnya. Ketika kita tak bisa membantu orang lain dengan mendukungnya, cukup dengarkan beri pelukan itu jauh lebih menguatkan. Siapkan telinga untuk mendengar lebih banyak daripada mulut yang kadang tak bisa mengontrol diri saat bicara. Tak perlu tergesa memberikan nasihat ketika tak diminta, karena kadang teman kita yang akhirnya mau curhat malah jadi down mendengar penjelasan kita yang panjang kali lebar kali tinggi.

Masalah kecil buat kita bisa jadi masalah besar buat orang lain, begitu juga sebaliknya. Maka tidak perlu merasa masalah kita yang paling besar. Karena Allah sudah memberikan kehidupan bagi para hambaNya sesuai dengan kekuatannya masing-masing. Tugas kita hanyalah mendukung sesama lainnya agar tetap kuat menjalani ketetapan Illahi. Tugas kita hanyalah cukup menjadi sahabat-sahabat yang bijak.

Empati inilah yang sepertinya mulai hilang di antara para wanita. Sedikit-sedikit mom war, sedikit-sedikit nyinyir. Timeline selalu penuh dengan perdebatan demi perdebatan. Lelah girl.

Hanya Allah, Allah Lagi dan Allah Terus

Ini hal terakhir tapi buatku ini yang paling penting. Ada sebuah ilustrasi :

Hari Sabtu Bu Ifa mengikuti parenting day di sekolah anaknya, di sana terjadi pembicaraan dengan Bu Mia yang merupakan direktur tempat anak Bu Ifa bersekolah. Beliau ini memiliki 11 orang anak, masya Allah. Beliau bercerita bahwa banyak yang tanya kepada beliau, memang nggak pusing ya bu, memang nggak rempong ya bu, memang nggak stress ya bu, memang nggak capek ya bu dan berbagai macam pertanyaan sejenis.

Bu Mia menjelaskan kalau dirinya memang sosok yang senang tersenyum, jadi tak banyak orang yang tahu kesusahan yang beliau alami. Namun sebagai manusia biasa pastilah perasaan-perasaan yang ditanyakan pernah perjadi dalam hidup beliau. Beliau menegaskan bahwa apapun yang terjadi cukup satu kunci yang kita pegang, ingatlah kalau kita punya Allah. Pegang kunci itu dengan kuat dan yakinlah Allah akan selalu membantu setiap lelah, sakit, dan semua masalah kita.

Manusia bisa jadi berkhianat, menyakiti, tidak mendengar dan malah mengecewakan, namun Allah akan selalu memberi jalan keluar terbaik asalkan kita mau bersandar hanya padaNya. Bukan hal yang mudah memang, namun tak ada salahnya dicoba bukan untuk mengubah segala lelah menjadi lillah.

No comments:

Post a Comment