Sep 22, 2016

Menapaki Gunung Semeru


Pendakian kali ini kami melewati jalur Cemoro Lawang Probolinggo dan menuju desa Ranu Pane. Sekitar pukul 8 pagi portal menuju lokasi dibuka, kami mendapat pengarahan dari team SAR gunung Semeru.
• Tidak boleh melanggar peraturan.
• Di larang melintas di jalur yang sudah di kasih Police Line.
• Saat di Ranu Kumbolo di larang masuk ke dalam danau atau mencuci muka, kalau mencuci muka harus mengambil dengan botol atau gayung lalu di bawa sejauh 10 meter dari danau.

• Menuju ke Oro-oro Ombo harus bersama kelompok agar tak tersesat.
• Saat menuju Cemoro Kandang para pendaki di sarankan sangat berhati-hati dan minta ijin ketika melintas di situ.
• Setelah tiba di Kali Mati ada pohon yang di kasih kain kafan putih, itu bertanda tidak boleh mendirikan tenda di bawah pohon itu.
• Jika waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, tidak boleh keluar tenda sendirian, apalagi menyalakan senter karena dapat mengundang hewan buas terutama harimau.

Start di mulai pukul 11 siang, kami berdoa dulu di Gapura Selamat Datang. Perjalanan menuju pos 1 jarak tempuhnya sangat lama dan melelahkan, ditambah terik matahari yang menyengat, walaupun medannya tidak terlalu berat namun cukup menguras tenaga. Sepanjang perjalanan kami hanya melihat semak belukar yg tumbuh di sekitar jalur pendakian.

Ketika di pos 1 kelompok kami di datangi seorang pendaki, dia bernama Hendra dari Lumajang. Karena dia tak ada kelompok maka dia bergabung dengan kelompok kami. Di sini masih ada penjual yang menjajakan semangka dan air mineral. Selama setengah jam kami beristirahat di pos 1.

Perjalanan dilanjutkan ke pos 2, jalur yang kita lalui mulai ekstim, karena di sebelah kiri jalur yang kita lewati terdapat jurang yang sangat curam, dan medannya juga licin karena tanah yang kami pijak agak gembur. Di tengah perjalan turun hujan, tidak terlalu lebat. Meskipun hujan kami tetap meneruskan perjalanan, tak berapa lama hujanpun berhenti. Jalur menuju pos 2 tidak terlalu panjang. Tiba di pos 2, kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menikmati keindahan desa Ranu Pane dari ketinggian.

Sepuluh menit berlalu, kamipun melanjutkan perjalanan menuju pos 3. Jalur menuju pos 3 tidak terlalu menanjak, meskipun tidak menanjak namun cukup melelahkan karena jalannya harus mengitari lembah. Sekitar jam setengah tiga sore, kami tiba di pos 3. Kami melanjutkan perjalan ke Ranu Kumbolo, menuju ke Ranu Kumbolo kami harus berjalan menuruni lembah, di sini penuh dengan kabut.

Alam di sini masih sangat terjaga. Rumput-rumput tumbuh tidak terjamah, ada yang sampai membentuk terowongan cukup panjang. Kami juga banyak melihat kera dan tupai yang loncat kesana kemari di ranting-ranting pohon pinus. Banyak juga jalur yang longsor, karena ada batu cukup besar yang jatuh, dan pohon-pohon tumbang menghadang jalan. Sampai di Ranu Kumbolo sekitar jam setengah lima, walaupun tadi sempat ada empat anak dari kelompok kami yang tertinggal.

Di sini kami mendirikan tenda 3 buah, satu untuk perbekalan dan yang dua untuk tidur. Untuk mengisi perut kami masak nasi dan lauk pauk (telur sama kentang). Sehabis makan terus berkumpul di depan tenda, menikmati dinginnya malam di Ranu Kumbolo dan memandangi hamparan bintang di angkasa. Sekitar pukul delapan malam kamipun tidur.

Sekitar pukul lima pagi kami bangun, sesaat menikmati sunrise dari celah buat, setelah puas kamipun packing semua perbekalan dan melanjutkan perjalanan ke Kalimati (sebuah sabana),  untuk menuju ke sana kami melewati jalur Cinta yang sangat curam hampir 90° kemiringannya. Sampai di atas kami bisa menikmati Ranu Kumbolo di sebelah kiri dan Oro-oro Ombo di sebelah kanan.

Di Oro-oro Ombo banyak tumbuh bunga berwarna ungu dan bergoyang mengikuti irama angin. Bunga ini di kenal para Pendaki dengan nama Lavender, yang sebenarnya bukan tanaman Lavender melainkan tanaman parasit dari Brasil yang bernama Febrina Brazilinias. Kira-kira ada sekitar 20 hektar di Oro-oro Ombo ini.

Sehabis melewati Oro-oro Ombo di situ ada tempat yang bernama Cemoro Kandang, yang terdiri dari hutan cemara. Seringkali Pendaki tersesat di wilayah ini. Jalur di Cemoro Kandang sangat membingungkan karena jalan setapaknya tertutup semangat. Dan kami melanjutkan perjalanan ke Jomblangan, sebuah lahan yang tak di tumbuhi rumput, berbentuk lingkaran yang cukup luas.

Tidak terlalu lama, kami sampai di Kalimati, terlihat ada beberapa pohon yang di tali kain kafan dan menebarkan aroma mistis. Dari sabana Kalimati kami dapat melihat gagahnya Mahameru. Di sini kami mendirikan tenda dan masak untuk mengisi perut. Sekitar pukul lima sore kamipun beristirahat.

Pukul 12 malam kami diwajibkan bangun, untuk melihat cuaca di atas. Kalau cuaca berkabut dan berawan kita diwajibkan untuk segera turun. Tenyata malam ini cuaca cerah, langit bertabur bintang. Dan kami boleh melanjutkan perjalanan ke puncak, karena bisa makan waktu 5-7 jam.

Perjalanan ke puncak tidak boleh membawa banyak perbekalan. Udara sangat dingin jalur yang ditempuh sangat ekstrim, karena di kanan dan kiri terdapat jurang yang sangat curam. Dan medannya berpasir, jika di injak akan ambles sedalam 5-15 cm. Di sinilah otot - otot kaki sangat di uji. Lima langkah perjalanan biasa, sama dengan satu langkah di sini. Batu - batu di sini sangat rawan jatuh jika terinjak dan bisa mengenai Pendaki lain.

Tidak sia - sia perjalanan yang melelahkan ini, ketika sampai di atas sunrise menyambut kami, di atas lautan awan. Dan ini yang ditunggu - tunggu para Pendaki, kawah memutahkan asap. Dan ketika jam sepuluh siang kami di wajibkan untuk turun. 

No comments:

Post a Comment