Jun 5, 2024

Dua Momen Penting dalam Kehidupan

 


            
 
     
Video klip di atas "long live" milik Taylor Swift. Coba Anda perhatikan di tangan Taylor Swift. Ada angka 13, yang merupakan angka keberuntungan Taylor Swift. Ya itu di ambil dari tanggal lahirnya. Kalau SettiaBlog sendiri memiliki angka lahir 28. Para ahli Matematika sepakat angka 28 termasuk angka sempurna. Urutannya kayak gini 6, 28, 496, dan 8128. Ada perhitungannya c sebenarnya, pakai rumus Euclid tapi SettiaBlog ndak uraikan di sini ya. Gabungan dua tanggal lahir ini jadi 1328. Yang merupakan tahun di lantiknya Tribuana Tunggadewi menjadi Ratu kerajaan Majapahit. Dan di tahun inilah visi besar penyatuan Jawa atau Nusantara di mulai. Banyak lho peristiwa - peristiwa besar di Indonesia thu terjadi dengan akhiran angka tahun 28, kayak 1428, 1528, 1628 dan tentu kita semua ingat 28 Oktober 1928. Dan para pejuang Indonesia tentu ndak kebetulan untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda di tanggal tersebut. Coba Anda jumlahkan tanggal, bulan dan tahun. Maka akan kebentuk bilangan 10101010, coba Anda konversikan akan ketemu angka berapa? Dan apa maksudnya? Udah ya, he...he.... Lupakan ya.

Sebenarnya Ratu Majapahit Tribuana Tunggadewi udah di jadikan figur oleh para tokoh perintis kemerdekaan Indonesia. Di bawah pimpinan Tribuana Tunggadewi armada laut Majapahit sangat tangguh dan menguasai jalur perdagangan laut. Makanya beliau mendapat julukan "Ratu Laut dari Selatan". Ya SettiaBlog cerita apa adanya, kalau akhirnya Gajah Mada yang di pilih sebagai figur itu karena gender. Tapi dalam lubuk hati para pejuang perintis kemerdekaan Indonesia, visi dan misi Tribuana Tunggadewi lah  yang memberi semangat tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia. Maaf...maaf ...kok keterusan ngomongin ini. Lanjut ke pembahasan ya. Untuk lagu long live sendiri bercerita tentang momen-momen penting dan membahagiakan dalam kehidupan seseorang. Ya, memberikan arti pada setiap momen dalam kehidupan adalah kunci untuk menjalani kehidupan dengan penuh makna dan bahagia.
"Bahkan momen terkecil memiliki arti besar."

Dalam setiap momen, baik itu saat kita menikmati secangkir kopi di pagi hari atau berjalan-jalan di taman, terdapat keajaiban yang dapat kita temukan jika kita mau membuka mata dan hati kita.

Dan yang ndak kalah pentingnya untuk di ingat. Ada dua momen penting yang akan dilalui seorang hamba dihadapan Rabbnya. Momen penting yang pertama berada dalam kehidupan di dunia, dan yang kedua berada dalam kehidupan akhirat kelak yaitu saat bertemu dengan Allâh SWT .  Jika momen pertama bagus maka itu akan membuahkan keberhasilan dan kebahagiaan pada momen kedua. Sebaliknya, jika kondisi seorang hamba pada momen pertama buruk, maka kerugian dan kebinasaan yang didapatkan pada momen kedua.

Momen pertama yang akan dilalui seorang hamba dihadapan Rabbnya yaitu (waktu) shalat yang telah Allah SWT wajibkan pada para hamba-Nya sebanyak lima waktu kali sehari semalam. Orang yang menjaga, memperhatikan, dan melaksakan shalat tepat pada waktu yang telah ditentukan, kemudian dia juga menjaga dan memperhatikan syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang diwajibkan dalam shalat, maka akan mudah baginya untuk menjalani momen (kedua dihadapan Rabbnya) pada hari kiamat kelak,  dia akan selamat dan sukses meraih kebahagiaan. Namun apabila dia meremehkan momen penting yang pertama ini, dia ndak memperhatikan shalat, dan ndak menjalankan dengan rutin, ndak pula menjaga dan memperhatikan rukun-rukunnya, syarat-syarat serta hal-hal yang diwajibkan dalam shalat maka akan sulit baginya untuk melalui momen penting kedua pada hari kiamat nanti.

Imam at-Tirmizi rahimahullah dan an-Nasâ’i rahimahullah  meriwayatkan sebuah  dari Huraits bin Qabishah rahimahullah, dia berkata,
“Saya datang ke kota Madinah dan meminta kepada Allah agar memberiku teman yang shalih, lalu aku duduk dengan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dan aku berkata kepadanya, ‘Wahai Abu Hurairah! Aku telah meminta kepada Allah SWT agar mengaruniaiku teman yang shalih, maka ajarilah aku sebuah hadits yang pernah kau dengar dari Rasulullah SAW, semoga Allah memberiku manfaat dengan hadits tersebut. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata: aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
Sesungguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya bagus maka sungguh dia telah beruntung dan sukses, (namun) sebaliknya bila shalatnya rusak maka dia akan celaka dan merugi.

Maka hendaklah kita memperhatikan dengan seksama, bagaimana keterkaitan yang erat antara kesuksesan seorang hamba pada momen kedua dengan bagusnya seorang hamba melalui momen pertama atau hubungan erat antara kerugian pada momen kedua dengan buruknya seorang hamba melalui momen pertama. Orang yang menyia-nyiakan (momen penting pertamanya yaitu) shalatnya, meremehkannya, ndak benar saat menunaikannya, itu artinya dia telah memposisikan diri berada dalam kerugian –rela ataupun ndak rela- pada momen kedua saat berjumpa dengan Rabbnya. Saat itu dia akan menyesal, namun semuanya sudah terlambat, penyesalannya ndak akan bisa merubah keadaan.

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Musnad, dari Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash, dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya pada suatu hari Beliau berbicara tentang shalat. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَنَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
Barangsiapa menjaga shalatnya maka dia akan mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Dan barangsiapa tidak menjaga shalatnya, maka dia tidak akan mendapatkan cahaya, bukti, dan keselamatan, dan kelak pada hari kiamat dia akan dikumpulkan bersama Qârûn, Fir’aun, Hâmân, dan Ubay bin Khalaf”

Barangsiapa menyia-nyiakan shalat berarti dia telah mengukuhkan dirinya  – suka atau ndak – untuk siap dikumpulkan kelak di padang mahsyar bersama dengan para pembesar dan tokoh kekufuran dan kebatilan.  Ketika seseorang dalam kehidupan dunia telah rela disibukkan oleh kebatilan, kesesatan, kedustaan, kefasikan, dan merelakan dirinya menjadi pengikut tokoh-tokoh sesat, serta penyeru kebatilan, maka dia pada hari kiamat akan dikumpulkan bersama orang-orang yang semisal dengannya. Allâh SWT  berfirman:
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
(Kepada para Malaikat diperintahkan), “Kumpulkanlah orang-orang yang zhalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah.  (QS As-Shaffât/37:22)

Semua orang pada hari kiamat akan dikumpulkan bersama dengan yang orang-orang yang sama dengan dia atau semisalnya dalam kehidupan dunia. Apabila saat hidup di dunia dia termasuk orang-orang yang mendirikan dan menjaga shalat di rumah-rumah Allah (di masjid-masjid), maka dia akan mendapatkan kemuliaan di akhirat kelak dengan dikumpulkan bersama orang-orang yang senantiasa menjaga shalatnya, orang-orang yang senantiasa mentaati perintah Rabbnya, akan dikumpulkan bersama para Nabi dan orang-orang shalih. Dan sungguh mereka itu adalah sebaik-baik teman. (Namun, sebaliknya), barangsiapa ndak seperti itu keadaannya tatkala  hidup di dunia, dia terlalaikan dari shalat oleh kefasikan, kesesatan, kebatilan, dan hal-hal yang sia-sia, berarti dia ndak ingin dikumpulkan bersama orang-orang shalih di atas dan dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama orang-orang yang semisal dengan dia. Rasulullâh SAW bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟  قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى “Semua ummatku akan masuk ke dalam surga kecuali orang yang tidak mau”, Para Shahabat  bertanya, ‘Wahai Rasûlullâh, siapakah orang yang tidak mau tersebut?’ Rasulullâh SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang mentaatiku dia akan masuk ke dalam surga, dan barangsiapa yang menyelisihiku maka sungguh dialah orang yang tidak mau”

Alangkah baiknya kita serius memikirkan dan mempersiapkan momen penting pada hari kiamat. Ingatlah momen tersebut adalah momen yang pasti akan kita lalui atau hadapi. Sebuah momen yang susah dan menakutkan. Tahukah Anda  berapa lamakah momen tersebut? Momen tersebut sebanding dengan lima puluh ribu tahun. Manusia akan berdiri pada waktu yang saat itu seharinya sebanding dengan lima puluh ribu tahun. Sebangdingkah hari itu dengan hari-hari kita saat hidup di dunia? Kita umpakan Anda hidup di dunia ini enam puluh, tujuh puluh atau delapan puluh tahun, bahkan lebih, sebandingkah tahu-tahun tersebut dengan momen yang sulit tersebut? Sebandingkah tahun-tahun yang sedikit tersebut dengan hari yang sebanding dengan lima puluh ribu tahun?

Misalkan saja umur kita enam puluh tahun, sepertiga dari usia kita telah kita habiskan untuk tidur, karena kita tidur setiap harinya kira-kira delapan jam, padahal orang yang tidur ndak dicatat amalannya. Artinya, orang yang berumur enam puluh tahun, dua puluh tahun dari umurnya tersebut telah dia gunakan untuk tidur. Kemudian dari enam puluh tahun itu juga kira-kira lima belas tahun pertama belum terkena taklîf ( belum baligh atau belum mukallaf), jika demikian faktanya, yang tersisa bagi kita (untuk beramal) dalam kehidupan hanya beberapa tahun saja.

Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita- hendaklah kita senantiasa bertakwa kepada Allâh SWT  dalam urusan shalat ini! Hendaklah kita terus menjaga momen ini di depan Allah SWT ! Agungkanlah urusan shalat ini, maka pasti urusan Anda di sisi Allah SWT akan agung dan  pasti engkau mendapatkan kedudukan tinggi! Janganlah kita menyia-nyiakan shalat, karena menyia-nyiakan shalat berarti kerugian nyata. Disebutkan dalam kitab al-Mustadrak karya al-Hâkim, dari Shahabat Rasulullah SAW yang bernama Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
يَوْمُ الْقِيَامَةِ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كَقَدْرِ مَا بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
Bagi seorang Muslimin, hari kiamat itu seperti waktu antara shalat  Zhuhur dan Ashar.

Dalam hadits ini disebutkan waktu diantara dua shalat. Disini terdapat peringatan kepada kita terhadap betapa besar dan pengaruh shalat dalam merealisasikan kondisi di atas. Maka hendaklah kita bertakwa kepada Allah SWT dalam urusan shalat kita, sebuah kewajiban agung yang banyak diremehkan oleh manusia. Mereka menyia-nyiakan shalat, atau menyia-nyiakan syarat, rukun, dan hal-hal yang diwajibkan dalam shalat. Padahal menyia-nyiakan shalat merupakan sebab yang bisa menghalangi seseorang dari meraih kebaikan di dunia dan di akhirat, dan juga menjadi penyebab kerugian yang nyata. Janganlah kita membiarkan diri kita rela menerima kehidupan yang hina dan merugi (akibat meninggalkan shalat).

Kebaikan apakah yang masih bisa diharapkan, atau keutamaan apakah yang bisa diinginkan apabila menyia-nyiakan shalat yang merupakan tali penghubung antara seorang hamba dengan Rabbnya? Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dengan perantara Nama-nama Mu yang paling indah dan sifat-sifat-Mu yang Maha tinggi, jadikanlah kami semua termasuk orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat.


Untuk backgroundnya SettiaBlog buat alur gelombang lautan. Sebenarnya di tengahnya itu ada gambar teratai hitam. Sekali lagi maafin SettiaBlog ya, karena SettiaBlog sendiri juga harus terus belajar dan membenahi shalat dengan semestinya.
Kehidupan itu laksana lautan. Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi.

No comments:

Post a Comment