Video klip di atas ada
"symphony" milik Clean Bandit feat Zara Larsson. Ya, kehidupan dapat dilihat sebagai symphony di mana setiap pengalaman (suka atau duka) adalah nada-nada penting yang membentuk keseluruhan cerita hidup seseorang. Hidup, bagaikan melodi yang terus beralun, membentuk sebuah symphony dalam perjalanan waktu. Dalam symphony ini, kita akan menjelajahi nuansa, harmoni, dan tantangan yang melekat dalam hidup, menggali makna di setiap not kehidupan yang kita jalani.
Setiap hidup dimulai dengan overture, pembukaan yang membawa harapan, kegembiraan, dan potensi yang belum tergali. Kelahiran adalah nadanya, awal dari perjalanan panjang yang disusuri melalui berbagai episode kehidupan. Overture membangkitkan semangat untuk menjelajahi setiap nuansa dalam melodi kehidupan.
Seiring waktu, kita mengalami crescendo kehidupan - momen-momen penuh tantangan yang menguji kekuatan dan ketahanan kita. Seperti melodi yang semakin mendalam, hidup memberikan pelajaran berharga melalui pengalaman-pengalaman yang mungkin pahit namun memperkaya jiwa. Crescendo adalah panggilan untuk tetap berdiri tegak meski dalam riak badai.
Dalam symphony kehidupan, terdapat harmoni yang terbangun melalui hubungan dan keseimbangan. Hubungan dengan sesama manusia, alam, dan diri sendiri menciptakan melodi kehidupan yang utuh. Keseimbangan antara pekerjaan dan istirahat, antara memberi dan menerima, adalah lapisan harmoni yang membentuk jalinan yang indah. Terkadang, hidup memanggil kita untuk melakukan solo - pencarian identitas dan tujuan hidup yang mendalam. Seperti musisi yang menunjukkan keunikan gaya melodi mereka, kita juga dihadapkan dengan tantangan untuk menemukan dan menyuarakan diri sendiri dalam symphony yang lebih besar.
Intermezzo dalam hidup adalah waktu untuk merenung dan menyegarkan jiwa. Seperti bagian instrumental yang memberi ruang bagi kesunyian, intermezzo memberikan waktu dan ruang bagi kita untuk menenangkan pikiran, mengevaluasi perjalanan, dan mempersiapkan diri untuk babak-babak mendatang.
Ritardando adalah fase perlahan, di mana hidup mungkin membawa perubahan yang lebih lambat. Ini adalah momen untuk menikmati setiap detik, menghargai perjalanan yang telah dilalui, dan menikmati setiap nuansa kehidupan. Meskipun melodi melambat, ritardando membawa kearifan dan kedalaman yang hanya dapat ditemukan dalam perjalanan yang penuh warna.
Seiring menua, kita mendekati coda - penutup dari symphony kehidupan. Coda adalah kesimpulan yang membawa makna dan penyelesaian. Meskipun melodi mungkin mereda, jejak-jejak kehidupan akan terus ada dalam bentuk kenangan dan warisan yang kita tinggalkan.
Hidup adalah rhapsody yang terus berkembang, dengan setiap not dan nuansa memiliki arti dan kontribusi tersendiri. Dalam symphony ini, kita adalah penjaga melodi pribadi, bertanggung jawab atas bagaimana kita menyusun komposisi kehidupan kita. Sejalan dengan melodi yang ndak terlupakan, mari kita abadikan setiap saat, setiap pengalaman, dan setiap harmoni dalam rhapsody kehidupan kita yang unik.
Udah ya, maafin SettiaBlog lho ya.
Kata Sulit
overture : musik pembuka untuk opera, oratorio, balet, atau drama musikal yang berfungsi sebagai pengantar untuk karya utama.
crescendo : peningkatan volume secara bertahap selama periode waktu tertentu.
intermezzo : selingan atau jeda ringan yang disisipkan di antara bagian-bagian utama suatu kegiatan, pertunjukan, atau percakapan untuk memberikan variasi, menyegarkan suasana, atau sekadar beristirahat sejenak.
ritardando : memperlambat tempo lagu secara bertahap.
coda : bagian akhir (atau "ekor") sebuah komposisi yang berfungsi untuk memberikan kesimpulan dan rasa penutup yang tegas pada karya tersebut, baik itu berupa beberapa birama singkat maupun sebuah bagian yang kompleks dan utuh.
rhapsody : karya satu gerakan yang episodik namun terintegrasi, mengalir bebas dalam strukturnya, menampilkan beragam suasana hati, warna, dan nada yang sangat kontras.
Setiap hidup dimulai dengan overture, pembukaan yang membawa harapan, kegembiraan, dan potensi yang belum tergali. Kelahiran adalah nadanya, awal dari perjalanan panjang yang disusuri melalui berbagai episode kehidupan. Overture membangkitkan semangat untuk menjelajahi setiap nuansa dalam melodi kehidupan.
Seiring waktu, kita mengalami crescendo kehidupan - momen-momen penuh tantangan yang menguji kekuatan dan ketahanan kita. Seperti melodi yang semakin mendalam, hidup memberikan pelajaran berharga melalui pengalaman-pengalaman yang mungkin pahit namun memperkaya jiwa. Crescendo adalah panggilan untuk tetap berdiri tegak meski dalam riak badai.
Dalam symphony kehidupan, terdapat harmoni yang terbangun melalui hubungan dan keseimbangan. Hubungan dengan sesama manusia, alam, dan diri sendiri menciptakan melodi kehidupan yang utuh. Keseimbangan antara pekerjaan dan istirahat, antara memberi dan menerima, adalah lapisan harmoni yang membentuk jalinan yang indah. Terkadang, hidup memanggil kita untuk melakukan solo - pencarian identitas dan tujuan hidup yang mendalam. Seperti musisi yang menunjukkan keunikan gaya melodi mereka, kita juga dihadapkan dengan tantangan untuk menemukan dan menyuarakan diri sendiri dalam symphony yang lebih besar.
Intermezzo dalam hidup adalah waktu untuk merenung dan menyegarkan jiwa. Seperti bagian instrumental yang memberi ruang bagi kesunyian, intermezzo memberikan waktu dan ruang bagi kita untuk menenangkan pikiran, mengevaluasi perjalanan, dan mempersiapkan diri untuk babak-babak mendatang.
Ritardando adalah fase perlahan, di mana hidup mungkin membawa perubahan yang lebih lambat. Ini adalah momen untuk menikmati setiap detik, menghargai perjalanan yang telah dilalui, dan menikmati setiap nuansa kehidupan. Meskipun melodi melambat, ritardando membawa kearifan dan kedalaman yang hanya dapat ditemukan dalam perjalanan yang penuh warna.
Seiring menua, kita mendekati coda - penutup dari symphony kehidupan. Coda adalah kesimpulan yang membawa makna dan penyelesaian. Meskipun melodi mungkin mereda, jejak-jejak kehidupan akan terus ada dalam bentuk kenangan dan warisan yang kita tinggalkan.
Hidup adalah rhapsody yang terus berkembang, dengan setiap not dan nuansa memiliki arti dan kontribusi tersendiri. Dalam symphony ini, kita adalah penjaga melodi pribadi, bertanggung jawab atas bagaimana kita menyusun komposisi kehidupan kita. Sejalan dengan melodi yang ndak terlupakan, mari kita abadikan setiap saat, setiap pengalaman, dan setiap harmoni dalam rhapsody kehidupan kita yang unik.
Udah ya, maafin SettiaBlog lho ya.
Kata Sulit
overture : musik pembuka untuk opera, oratorio, balet, atau drama musikal yang berfungsi sebagai pengantar untuk karya utama.
crescendo : peningkatan volume secara bertahap selama periode waktu tertentu.
intermezzo : selingan atau jeda ringan yang disisipkan di antara bagian-bagian utama suatu kegiatan, pertunjukan, atau percakapan untuk memberikan variasi, menyegarkan suasana, atau sekadar beristirahat sejenak.
ritardando : memperlambat tempo lagu secara bertahap.
coda : bagian akhir (atau "ekor") sebuah komposisi yang berfungsi untuk memberikan kesimpulan dan rasa penutup yang tegas pada karya tersebut, baik itu berupa beberapa birama singkat maupun sebuah bagian yang kompleks dan utuh.
rhapsody : karya satu gerakan yang episodik namun terintegrasi, mengalir bebas dalam strukturnya, menampilkan beragam suasana hati, warna, dan nada yang sangat kontras.
<
Video klip kedua SettiaBlog kasih Marijana Maksimovic salah satu kontestan The Voice of Germany 2016 yang membawakan lagu "run", salah satu lagu yang memiliki tantangan cukup berat. Terutama ketika sampai pada lirik light up light up. Dalam konteks personal, "light up" bisa diartikan sebagai memancarkan karisma, kebahagiaan, dan energi positif. Senyum atau kehadiran seseorang yang mampu "menerangi sebuah ruangan" menjadi gambaran dari kemampuan ini. "Light up" mengajarkan bahwa justru dalam momen tergelap dalam hidup, kita bisa menemukan kekuatan sejati untuk bersinar. Ini menunjukkan keberanian untuk menghadapi tantangan, bukan menghindarinya. Beberapa interpretasi menyarankan bahwa kegelapan (ketidaktahuan) bukanlah tempat yang buruk, melainkan momen hening untuk mendengarkan diri sendiri dan membuat keputusan yang tepat. Proses "light up" bisa menjadi perjalanan internal untuk menemukan kesadaran diri.
Tujuan Allah SWT menciptakan manusia, yang pertama adalah bahwa Allah SWT ingin manusia berperan sebagai khalifah untuk mengurus dan mengelola bumi. Hal tersebut menyatakan bahwa masing-masing individu (manusia) diciptakan oleh Allah SWT pasti ada tujuan serta gunanya. Namun, pernahkah kita merasa ndak berguna atau bermanfaat? Banyak orang pernah mengalami fase dimana mereka merasa bahwa dirinya ndak berguna untuk orang lain bahkan untuk dirinya sendiri. Itu terjadi karena faktor-faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal dari individu tersebut, namun pada dasarnya hal yang harus diketahui adalah bahwa setiap manusia memiliki kelebihan yang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain. Nah, Orang yang bermanfaat akan memberikan dampak yang sangat luar biasa baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Allah SWT ndak menyuruh kita untuk menjadi orang yang ditakuti oleh orang lain, juga ndak menyuruh kita menjadi orang yang berpengaruh serta memiliki jabatan, pun ndak menyuruh kita menjadi orang yang dikenal oleh orang banyak. Allah SWT hanya menyuruh kita untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Itulah alasan mengapa kita mendapatkan kelebihan-kelebihan yang Allah SWT berikan kepada kita; agar kita dapat memanfaatkannya untuk menolong dan membantu sesama.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani)
Mengapa Kita Harus Menjadi Orang yang Bermanfaat kepada Sesama? Allah SWT menakdirkan kepada manusia sebagai makhluk sosial yang ndak akan bisa menyelenggarakan kehidupannya sendirian. Semandiri apapun seseorang berusaha menghidupi dirinya sendiri, tentu akan ada masanya ia akan meminta pertolongan kepada orang lain. Allah SWT juga menganugerahkan kepada manusia sebentuk perasaan empati yang akan menggugah hati nuraninya saat ia melihat ketidakberuntungan pada orang lain. Perasaan empati itulah yang akan mendorong manusia melakukan aksi sosial dengan cara membantu sesama. Jadi, dengan takdir manusia sebagai makhluk sosial, ia ingin dibantu dan juga ingin membantu. Takdir manusia sebagai makhluk sosial ini juga erat kaitannya dengan ajaran Islam yang sangat menekankan sikap untuk saling menolong. Allah SWT sendiri dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”
Selain karena memang perintah agama Islam untuk saling membantu, menjadikan diri bermanfaat bagi orang lain akan mengundang pertolongan Allah SWT bagi pengamalnya. “Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)
Tentu kita semua sudah pernah mendengar ungkapan, berdo'a tanpa usaha itu bohong dan usaha tanpa do'a itu sombong, bukan? Nah, apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut merupakan penjelasan dan jawaban dari ungkapan ini. Allah SWT memang akan menolong hambanya ketika hambaNya berdo'a meminta pertolongan. Namun, Allah SWT ingin mengetahui sejauh mana ikhtiar hambaNya tersebut untuk menolong serta menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satu wasilah turunnya pertolongan Allah SWT adalah dengan menolong orang lain. Penting untuk kita ingat, bahwa apapun yang kita lakukan akan selalu kembali kepada pelakunya. Jika kita melakukan kejahatan, maka suatu hari nanti kita akan mendapatkan balasannya, cepat atau lambat. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal baik terhadap sesama, maka suatu hari nanti kita akan menerima kebaikan dari orang lain sebagai perantara pertolongan Allah SWT.
Apa yang Harus Kita Lakukan Agar Bermanfaat Bagi Orang Lain?
Setiap orang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Memberikan manfaat kepada orang lain ndak harus menunggu kaya, cerdas, berpengaruh, terkenal, punya jabatan. Dengan apa adanya kita, kita bisa memberikan manfaat kepada sesama. Yang kita perlukan untuk menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi orang lain adalah niat dan kita tahu harus melakukan apa agar bermanfaat. Menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama berarti ikut turut serta dengan sebuah kegiatan atau perkara. Namun bukan berarti kita ikut campur terhadap masalah orang lain. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil di lingkungan tempat tinggal kita seperti ikut kerja bakti membersihkan lingkungan, ikut membantu tetangga yang sedang menggelar hajatan, bergantian memberi makanan kepada tetangga tanpa mengharap ganti, menjenguk tetangga yang sedang sakit, memberi makan kucing liar, atau menyediakan sabun dan ember bekas berisi air agar warga bisa mencuci tangan di situ. Bahkan, selalu menyapa tetangga yang lewat di depan rumah atau ketika kita berpapasan dengan tetangga sambil tersenyum termasuk perbuatan yang terpuji dan menyenangkan, lho. Kita kan ndak pernah tahu seberat apa hari yang tengah dilalui tetangga kita. Siapa tahu dengan sapaan dan senyum kita kepada mereka dapat meringankan beban hatinya.
Ketika kita sedang berada di lingkungan kerja, di sela-sela kesibukan bekerja, kita juga bisa lho memberikan arti lebih dari hadirnya kita di kantor. Cobalah sesekali membawa sarapan lebih, siapa tahu tahu itu ada teman yang terburu-buru berangkat ke kantor tanpa sempat sarapan di rumah. Atau menawarkan diri untuk membuatkan kopi atau teh untuk teman-teman ketika pekerjaan kita sudah selesai. Bisa juga kita membersihkan sendiri peralatan bekas makan kita sendiri. Melakukan hal itu sendiri ndak akan menjatuhkan harga diri kita, bukan? Justru akan meringankan pekerjaan orang lain yang bertanggung jawab terhadap hal itu. Di lingkungan keluarga, kita bisa membantu pasangan mengurus pekerjaan rumah, merawat anak-anak, memberikan hiburan sederhana namun berkualitas, merawat pasangan jika ia sedang sakit, mendengarkan keluh kesah pasangan dan memberikan nasihat jika diminta, dan segala hal yang dapat membahagiakan pasangan dan anak-anak. Ingat ya. Untuk dapat memberikan manfaat kepada sesama, ndak berarti harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar. Cukup keinginan dan tekad yang kuat untuk menjadikan diri ini bermanfaat bagi orang lain. Namun demikian, bukan berarti kita ndak boleh menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Kalau kita sedang Allah SWT beri kelapangan ekonomi, baik bagi kita untuk menyedekahkan sebagian dari rezeki tersebut agar orang lain juga turut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Namun, jika kita sedang Allah SWT uji dengan kondisi ekonomi yang ndak memungkinkan untuk bersedekah dalam bentuk uang, kita tetap bisa memberdayakan apa yang kita miliki dalam diri kita agar bermanfaat bagi sesama, seperti tenaga, waktu, dan ide-ide.
Penting untuk kita tanamkan dalam hati, bahwa apapun yang kita lakukan dan berikan sebagai wujud menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama, jangan sekali-kali mengharapkan balasan atau pujian dari orang lain. Katakanlah orang yang kita bantu membalas semua bantuan yang kita berikan dengan bantuan yang setimpal dengan yang pernah kita berikan, Allah SWT sanggup memberikan balasan yang lebih dari itu. Ingat saja dengan firman Allah SWT surah Al-Qashas ayat 84 yang artinya, “Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu.” Perhatikan pula janji Allah SWT pada surah Al-An’am ayat 160 yang artinya, “Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.”
Kalau Allah SWT sudah menjanjikan hal seperti ini, apakah kita masih ragu untuk memberikan manfaat bagi orang lain? Setiap individu itu berguna, tergantung bagaimana mereka menyebarkan kebaikan dan kelebihan yang ada pada dirinya.
Tujuan Allah SWT menciptakan manusia, yang pertama adalah bahwa Allah SWT ingin manusia berperan sebagai khalifah untuk mengurus dan mengelola bumi. Hal tersebut menyatakan bahwa masing-masing individu (manusia) diciptakan oleh Allah SWT pasti ada tujuan serta gunanya. Namun, pernahkah kita merasa ndak berguna atau bermanfaat? Banyak orang pernah mengalami fase dimana mereka merasa bahwa dirinya ndak berguna untuk orang lain bahkan untuk dirinya sendiri. Itu terjadi karena faktor-faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal dari individu tersebut, namun pada dasarnya hal yang harus diketahui adalah bahwa setiap manusia memiliki kelebihan yang bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain. Nah, Orang yang bermanfaat akan memberikan dampak yang sangat luar biasa baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Allah SWT ndak menyuruh kita untuk menjadi orang yang ditakuti oleh orang lain, juga ndak menyuruh kita menjadi orang yang berpengaruh serta memiliki jabatan, pun ndak menyuruh kita menjadi orang yang dikenal oleh orang banyak. Allah SWT hanya menyuruh kita untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Itulah alasan mengapa kita mendapatkan kelebihan-kelebihan yang Allah SWT berikan kepada kita; agar kita dapat memanfaatkannya untuk menolong dan membantu sesama.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani)
Mengapa Kita Harus Menjadi Orang yang Bermanfaat kepada Sesama? Allah SWT menakdirkan kepada manusia sebagai makhluk sosial yang ndak akan bisa menyelenggarakan kehidupannya sendirian. Semandiri apapun seseorang berusaha menghidupi dirinya sendiri, tentu akan ada masanya ia akan meminta pertolongan kepada orang lain. Allah SWT juga menganugerahkan kepada manusia sebentuk perasaan empati yang akan menggugah hati nuraninya saat ia melihat ketidakberuntungan pada orang lain. Perasaan empati itulah yang akan mendorong manusia melakukan aksi sosial dengan cara membantu sesama. Jadi, dengan takdir manusia sebagai makhluk sosial, ia ingin dibantu dan juga ingin membantu. Takdir manusia sebagai makhluk sosial ini juga erat kaitannya dengan ajaran Islam yang sangat menekankan sikap untuk saling menolong. Allah SWT sendiri dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat.”
Selain karena memang perintah agama Islam untuk saling membantu, menjadikan diri bermanfaat bagi orang lain akan mengundang pertolongan Allah SWT bagi pengamalnya. “Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)
Tentu kita semua sudah pernah mendengar ungkapan, berdo'a tanpa usaha itu bohong dan usaha tanpa do'a itu sombong, bukan? Nah, apa yang dijelaskan dalam hadits tersebut merupakan penjelasan dan jawaban dari ungkapan ini. Allah SWT memang akan menolong hambanya ketika hambaNya berdo'a meminta pertolongan. Namun, Allah SWT ingin mengetahui sejauh mana ikhtiar hambaNya tersebut untuk menolong serta menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satu wasilah turunnya pertolongan Allah SWT adalah dengan menolong orang lain. Penting untuk kita ingat, bahwa apapun yang kita lakukan akan selalu kembali kepada pelakunya. Jika kita melakukan kejahatan, maka suatu hari nanti kita akan mendapatkan balasannya, cepat atau lambat. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal baik terhadap sesama, maka suatu hari nanti kita akan menerima kebaikan dari orang lain sebagai perantara pertolongan Allah SWT.
Apa yang Harus Kita Lakukan Agar Bermanfaat Bagi Orang Lain?
Setiap orang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Memberikan manfaat kepada orang lain ndak harus menunggu kaya, cerdas, berpengaruh, terkenal, punya jabatan. Dengan apa adanya kita, kita bisa memberikan manfaat kepada sesama. Yang kita perlukan untuk menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi orang lain adalah niat dan kita tahu harus melakukan apa agar bermanfaat. Menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama berarti ikut turut serta dengan sebuah kegiatan atau perkara. Namun bukan berarti kita ikut campur terhadap masalah orang lain. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil di lingkungan tempat tinggal kita seperti ikut kerja bakti membersihkan lingkungan, ikut membantu tetangga yang sedang menggelar hajatan, bergantian memberi makanan kepada tetangga tanpa mengharap ganti, menjenguk tetangga yang sedang sakit, memberi makan kucing liar, atau menyediakan sabun dan ember bekas berisi air agar warga bisa mencuci tangan di situ. Bahkan, selalu menyapa tetangga yang lewat di depan rumah atau ketika kita berpapasan dengan tetangga sambil tersenyum termasuk perbuatan yang terpuji dan menyenangkan, lho. Kita kan ndak pernah tahu seberat apa hari yang tengah dilalui tetangga kita. Siapa tahu dengan sapaan dan senyum kita kepada mereka dapat meringankan beban hatinya.
Ketika kita sedang berada di lingkungan kerja, di sela-sela kesibukan bekerja, kita juga bisa lho memberikan arti lebih dari hadirnya kita di kantor. Cobalah sesekali membawa sarapan lebih, siapa tahu tahu itu ada teman yang terburu-buru berangkat ke kantor tanpa sempat sarapan di rumah. Atau menawarkan diri untuk membuatkan kopi atau teh untuk teman-teman ketika pekerjaan kita sudah selesai. Bisa juga kita membersihkan sendiri peralatan bekas makan kita sendiri. Melakukan hal itu sendiri ndak akan menjatuhkan harga diri kita, bukan? Justru akan meringankan pekerjaan orang lain yang bertanggung jawab terhadap hal itu. Di lingkungan keluarga, kita bisa membantu pasangan mengurus pekerjaan rumah, merawat anak-anak, memberikan hiburan sederhana namun berkualitas, merawat pasangan jika ia sedang sakit, mendengarkan keluh kesah pasangan dan memberikan nasihat jika diminta, dan segala hal yang dapat membahagiakan pasangan dan anak-anak. Ingat ya. Untuk dapat memberikan manfaat kepada sesama, ndak berarti harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar. Cukup keinginan dan tekad yang kuat untuk menjadikan diri ini bermanfaat bagi orang lain. Namun demikian, bukan berarti kita ndak boleh menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Kalau kita sedang Allah SWT beri kelapangan ekonomi, baik bagi kita untuk menyedekahkan sebagian dari rezeki tersebut agar orang lain juga turut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Namun, jika kita sedang Allah SWT uji dengan kondisi ekonomi yang ndak memungkinkan untuk bersedekah dalam bentuk uang, kita tetap bisa memberdayakan apa yang kita miliki dalam diri kita agar bermanfaat bagi sesama, seperti tenaga, waktu, dan ide-ide.
Penting untuk kita tanamkan dalam hati, bahwa apapun yang kita lakukan dan berikan sebagai wujud menjadikan kehadiran kita bermanfaat bagi sesama, jangan sekali-kali mengharapkan balasan atau pujian dari orang lain. Katakanlah orang yang kita bantu membalas semua bantuan yang kita berikan dengan bantuan yang setimpal dengan yang pernah kita berikan, Allah SWT sanggup memberikan balasan yang lebih dari itu. Ingat saja dengan firman Allah SWT surah Al-Qashas ayat 84 yang artinya, “Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu.” Perhatikan pula janji Allah SWT pada surah Al-An’am ayat 160 yang artinya, “Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.”
Kalau Allah SWT sudah menjanjikan hal seperti ini, apakah kita masih ragu untuk memberikan manfaat bagi orang lain? Setiap individu itu berguna, tergantung bagaimana mereka menyebarkan kebaikan dan kelebihan yang ada pada dirinya.
No comments:
Post a Comment